Bab 5

1293 Words
Adam terbangun dengan mengusap peluh di keningnya. Dia selalu termenung jika bermimpi tentang Anjani, dia dan Sarah ingin berubah, dan Sarah adalah wanita yang tepat. Tapi sayang setelah menikah mereka tetap tidak di bahagia, mereka seperti di teror oleh seseorang yang tidak di ketahui siapa. Pernah Sarah mengatakan wanita itu mirip dengan Anjani, tapi Adam tak yakin. Dirinya dan Anjani tidak ada masalah yang perlu di sesali. “Sayang, ini sarapan kamu! Hari ini di perusahaan ada rapat ya? Kalau pulang malam pakai sopir saja, jangan membiasakan diri pulang sendiri. Bahaya loh di jalan.” "Sayang aku tahu kau sangat khawatir terhadap keselamatan ku, Tapi saat ini aku belum memerlukan seorang sopir," Adam menjawab sambil meneruskan sarapannya. Mendengarkan jawaban dari sang suami, Sarah hanya mengangguk kecil. Saat ini Sarah sedang mengantarkan suaminya ke depan rumah. Sebelum berangkat ke kantor Adam tidak lupa mencium istrinya dengan mesra. "Sayang aku berangkat kerja dulu, kau hati-hati di rumah," Sarah membalasnya dengan tersenyum manis dan melambaikan tangan . Saat ini Sarah sedang memikirkan apa yang dilihatnya waktu itu, Sarah sangat yakin bahwa yang dilihatnya itu adalah benar Anjani. "Apa benar yang ku lihat semalam adalah Anjani, tapi mengapa tatapan sangat kosong dan seperti menyiratkan kebencian ya?" Saat ini Anjani sangat bingung dengan semua yang terjadi banyak kejadian-kejadian yang di luar akal sehat nya terjadi akhir-akhir ini. Sebenarnya Sarah memiliki ketakutan bila Anjani kembali di kehidupannya dan Adam, sebenarnya Sarah mengetahui Adam dan Anjani saling mencintai, tetapi Sarah tidak menghiraukan hal itu, Sarah tahu saat ini Adam belum bisa mencintai dirinya. "Akh,sudahlah mungkin memang benar apa yang diucapkan Adam aku salah lihat, lebih baik aku meneruskan pekerjaanku yang lain," "Prang" Sarah sangat terkejut melihat bingkai foto pernikahannya yang berada di dinding terjatuh. "Kenapa bingkai foto ini bisa terjatuh padahal tidak ada angin di sini," dengan wajah khawatir dan cemas Sarah membereskan pecahan kaca. "Semoga ini bukan pertanda buruk Ya ," Sarah mengucapkan doa di dalam hati. ... Saat ini di kantor Adam hanya duduk memikirkan apa yang diucapkan Sarah pagi ini. Adam sangat merindukan Anjani, Bertahun-tahun Adam mencoba melupakan Anjani tetapi tidak bisa, ia masih dihantui rasa bersalah. "Maafkan aku Anjani?" Adam hanya dapat meratapi dalam diam. "Selamat pagi tuan Adam?" Adam masih duduk diam tanpa menjawab salam dari pria yang baru memasuki ruangannya. Pria yang memasuki ruangan itu tau apa yang sedang dipikirkan oleh pria yang saat ini duduk termenung. "Hei tuan Adam!" Pria itu meninggikan suaranya. "Hey Bung, Bisakah kau mengetuk pintu dulu sebelum memasuki ruangan seseorang," Adam ikut meninggikan suaranya. "Ada perlu apa kau datang ke ruangan ku?" tanya Adam kepada Bimo. Bimo yang mendengar pertanyaan Adam hanya menggelengkan kepalanya. "Skretaris mu sudah mengetok pintu ruanganmu tetapi kau tidak ada jawaban. Maaf bila aku lancang menerobos masuk tanpa persetujuan dari mu. Aku kemari hanya ingin menyerahkan berkas ini untuk Kau pelajari." "Siang ini apakah kau sibuk? Aku ingin kita makan siang bersama, Sudah lama kita tidak keluar bersama." ajak Bimo. "Baiklah sepertinya memang kita sudah lama tidak keluar bersama," Adam menerima ajakan Bimo. "Apa kau sedang ada masalah?" Adam yang mendengar pertanyaan itu hanya menjawab dengan gelengan kepala. "aku merasa akhir-akhir ini kau seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu." Dengan perasaan penasaran Bimo bertanya kembali kepada Adam. "Sepertinya hal ini memang harus aku ceritakan," akhirnya Adam memutuskan untuk menceritakan apa yang sedang ia pikirkan akhir-akhir ini. "Anjani, akhir-akhir ini aku seperti melihat kembali sosok Anjani, Aku sangat merindukannya," Adam mengungkapkan semua isi hati yang selama ini ia pendam dan rasakan selama ini kepada sahabatnya itu. Bimo hanya duduk terdiam mendengarkan semua cerita yang Adam rasakan sejak lama, Bimo sangat memahami perasaan Adam yang sangat tersiksa saat kehilangan sosok Anjani. Sebenarnya Bimo pun merasakan hal yang sama, Dia sangat terpukul saat kehilangan sosok sahabatnya itu. "Adam Sepertinya kau harus melupakan Anjani, Sekarang ini kau telah memiliki istri dan kau harus memikirkannya perasaannya dan membahagiakannya," Bimo menasehati sahabatnya untuk melupakan semua kenangan kepada Anjani. "Aku sudah berusaha untuk melupakan Anjani tetapi itu sangat sulit," ada menjawab dengan frustasi. "Aku tahu itu sulit tapi kau harus berusaha melakukannya,". Jawab tegas Bimo. "Apakah aku bisa melupakannya nya?" Adam menjawab di dalam hatinya nya.  Bimo hanya memandang diam orang yang berada di depannya saat ini. ''Ok Adam, saatnya kita pergi ke ruang meeting," akhirnya Bimo memecahkan keheningan saat ini. Tampa banyak bicara Adam langsung berdiri dan pergi ke ruangan meeting dan diikuti Bimo di belakangnya.   ...   Saat ini Bimo dan Adam duduk di sebuah restoran, mereka berdua masih larut dengan kegiatannya masing-masing,"Adam Apa kau sangat mencintai Anjani?" Mendapat pertanyaan itu Adam langsung mengangkat kepalanya. Adam hanya terdiam dan larut dalam pikirannya sendiri, Bimo yang melihat sahabatnya itu sebenarnya mengerti dengan perasaan Adam. "Aku sangat mencintai Anjani,sampai sekarang rasa itu tidak pernah bisa aku hilangkan. Aku menyesal belum bisa menjadi lelaki yang baik sampai akhir hayatnya Bim,"Adam menceritakan semua isi hatinya nya dengan bimbang. Bimo tahu sekarang sahabat yang ada di depan nya saat ini sedang menangis dalam diamnya, dan dia hanya memberikan waktu untuk ia melepas semua yang sedang ia rasakan, tetapi Bimo tetap menyimpan curiga terhadap Adam. Sampai saat ini Bimo masih terus mencari penyebab kematian Anjani sahabatnya tersebut. ... Sarah saat ini sedang duduk termenung di ruang kerja Adam, ia mengingat masa lalu bagaimana dahulu ia menutupi perasaannya kepada Adam. Dia… bukankah dia tampan? Pemuda idaman setiap gadis dan dialah Adam. Tubuh tinggi yang ideal, wajah tampan serta otak yang cerdas ada pada nya. Sangat munafik dan berupa kebohongan besar jika seorang gadis normal sepertiku tak mencintai sosok Adam. Ya, aku mencintai nya. Lebih dari dia tahu aku mencintai nya, lebih dari dia mencintai Anjani dan lebih dari dia menyakitiku bersama Anjani. Aku? Bukankah aku begitu menyedihkan? Tak berani mengungkapkan perasaanku padanya waktu itu hingga hatinya menjadi milik orang lain. Tapi setidaknya aku masih bisa menatapi wajahnya setiap hari, mendapatkan godaan seperti tadi setiap pagi dan bisa mendengar suara nya sebelum tidur juga tak lupa dengan teriakan nya setiap bagun tidurku. Meskipun aku tak bisa mendapatkan hatinya secara utuh, tapi ijinkan aku memiliki hatinya separuh saja tanpa dia tahu. Cinta ku dan hatiku berbanding lurus dengan sakit ku. Sakit ketika pertama kali dia bercerita bahwa dia menyukai Anjani.Menyukai gadis cantik itu. Terlalu sakit hingga membuatku terpaksa memasang topeng ceria ku. Setiap malam kalian tahu? Aku bahkan tak bisa tidur nyenyak saat teringat kata-kata nya ketika membanggakan Anjani. Bahkan aku… gadis yang mencintainya dan berharap ia menyatakan cinta nya padaku rela menjadi penghubung mereka. Rela setiap hari dekat dengan gadis kecintaan pemuda kecintaan ku. Rela memasang topeng ceria ku dan membuang semua sakit ku seharian demi lelaki ini. Dan saat itu tiba, Adam lelaki ini mengatakan bahwa dia akan menyatakan cinta nya pada Anjani. Dan aku? Terpaksa berteriak bahagia karena dia bilang Anjani mau menjadi kekasihnya. Pukulan telak dan aku hanya bisa menunggu keajaiban datang dengan kedua orang yang akan pacaran waktu itu putus. Kejam? Tidak. Aku mencintai Adam. Sakit itu juga menumpuk. Meyesaki hatiku hingga sepertinya tak ada tempat tersisa untukku bahagia. Setidaknya bahagia bersama Adam. Sarah hanya tersenyum miris, mengigat semua yang terjadi dahulu, iya sekarang sarah sudah menjadi istri dari lelaki yang selama ini di cintainya, walaupun Sarah sudah menjadi istri Adam tetapi ia tahu bahwa suami nya itu masih mencintai gadis lain, dan lagi-lagi sarah hanya merasa menjadi bayangan gadis itu. Tapi didalam lubuk hati nya ia pun menyimpan kerinduan kepada Anjani. "Anjani apakah kau bahagia disana? mengapa kepergian mu sangat tragis? Jujur aku sangat merindukan mu Anjani," Ucapan Sarah yang terdengar bergetar menahan tangisnya. Saat ia sedang melamun dan memikirkan semua tiba-tiba angin kencang menerpanya."Aneh sekali kenapa ada angin kencang masuk didalam rumah? padahal semua sudah tertutup rapat," Sarah merasa aneh. Sarah pun selalu merasa khawatir belakangan ini, banyak hal-hal aneh yang ia rasakan selama ia menikah terlebih pada saat Anjani pergi untuk selama-lamanya.                
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD