Bab 10

1881 Words
Sarah mulai mengerjapkan matanya, menyesuaikan seluruh pandangan dengan cahaya pagi yang menerobos masuk dari jendela kamarnya yang tak seberapa besar. Baru saja kesadarannya penuh, Sarah merasakan tubuhnya sangat sakit terutama di bagian bawah pinggulnya. Sarah meringis dan menyentuh daerah sensitifnya ketika mencoba untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang. "sudah bangun?" Adam yang baru saja menyelesaikan ritual mandinya segera bertanya melihat Sarah yang berada dalam posisi duduk di ranjang. Sarah menoleh. "baru saja. Kau berangkat sepagi ini?" Sarah dengan malu bertanya, bagaimana pun ia masih merasa malu bila berdekatan dengan suami nya itu, tetapi ia lebih tak suka lagi kalau terjebak dalam keadaan canggung dengan Adam. Adam terkekeh, "tidak juga. Entahlah, hari ini tumben sekali aku bisa bangun pagi" jawab Adam jujur. Biasanya Pria itu akan bangun setelah berkali-kali dibangunkan oleh Sarah dan tadi pagi ia sudah terbangun sebelum dibangunkan oleh Sarah. Sarah mengangguk singkat menandakan setuju dengan apa yang di ucapkan oleh suaminya itu. "Apa kau jadi pergi bersama teman mu itu?" tanya Adam ketika ia dengan santainya melepas handuk yang tadi ia pakai untuk mengeringkan rambut hingga seluruh bagian atas tubuhnya terekspos jelas dimata Sarah. Dengan cepat Sarah mengalihkan pandangannya ke arah lain. "eum, ya." Bahkan pipi Sarah tengah merona sekarang. untung saja Adam sedang sibuk memakai pakaian nya sehingga tak menyadari tingkah gugup Sarah. "kalau begitu aku tunggu kau di ruang makan, kita sarapan bersama" Sarah yang mendengar ajakan sarapan oleh sang suami sangat kaget,  "Apa kau juga sudah menyiapkan sarapan juga?" Adam hanya mengangguk  Sarah yang mendengarkan itu semua tersenyum dan bersyukur dengan perubahan kecil yang terjadi di antara mereka. "Baiklah.." Sarah mengambil handuknya dan segera melesat ke kamar mandi. ... "Sarah, kau baik-baik saja?" tanya Adam khawatir melihat wajah Sarah yang terlihat pucat. "hm, kurasa tidak" jawab Sarah singkat dan mengambil tempat duduk didepan Adam. "kau yakin? Kulitmu terlihat pucat" tanya Adam tak yakin, pasalnya ia merasa ada yang salah dengan wajah Sarah. Kulit wanita itu sejak kemarin memang putih tetapi sedikit kemerahan. Dan kali ini tak ada jejak kemerahan tersebut, hanya putih pucat. "Tapi sepertinya perutku sedikit bermasalah, tak terlalu parah. Aku bisa mengatasinya nanti.." Adam mengangguk, melanjutkan ritual makannya. Ia masih merasa Sarah membuat jarak antara mereka dan Adam tak mau memaksa Sarah untuk segera merasa nyaman bersamanya. Setelah merasa Adam cukup yakin dengan jawabannya, Sarah mengambil makanannya. Sejak tadi Sarah memang merasa seperti tidak enak badan, apalagi ketika di kamar mandi ia sempat beberapa kali muntah di wastafel. Sarah merasa harus berobat nanti. Melihat makanan didepannya membuat Sarah merasa lebih mual. Sarah menggigit bibirnya, melawan rasa mual tersebut dan memasukan sesuap nasi serta sayuran ke dalam mulut dan mengunyahnya perlahan, sebelum- "EMPH-!" Sarah sedikit tersedak makan nya "Sarah!" Adam terlihat panik melihat Sarah yang sedikit tersedak. Segera Adam memberikan minuman kepada Sarah dan sedikit menepuk-nepuk pelan punggung wanita itu untuk membuat nyaman si pemilik . "Pelan-pelan sayang" Titah sang suami yang mendapatkan anggukan Sarah. Adam sekarang bersiap-siap berangkat kekantor tak lupa ia memberikan pelukan hangat dan ciuman hangat kepada Sarah. "Aku berangkat dulu sayang, hati-hati di rumah, dah" Adam bersiap menjalankan mobil dan berlalu. ... Sebuah kursi santai berwarna coklat yang terdapat disalah satu balkon terlihat diduduki oleh seorang wanita sejak dua jam yang lalu. Tak ada perubahan posisi yang berarti, hanya terdengar sesekali helaan nafas berat. Sarah terdiam di balkon kamarnya. wanita itu membiarkan hembusan angin menerbangkan beberapa helai rambutnya yang ia gerai begitu saja seusai berkeramas. Tepat setelah pria itu pergi dari rumah mereka, Sarah segera membersihkan dan sedikit membereskan kamarnya yang jauh dari kata rapih. Tak lupa ia memasak makanan siang untuk dirinya tapi entah mengapa ia sangat tidak berselera untuk menghabiskan makanan tersebut. Menyentuhnya pun tidak. Mungkin karena tak ada sosok yang biasa menemaninya makan diruang makan kecilnya. Sarah saat ini memijat kepala yang terasa sangat pusing dan ia beralih dengan Tatapan beralih pada secarik kertas yang sedari tadi berada di genggamannya itu. Wanita itu berkali-kali membaca tulisan aneh yang di dapatnya itu, "Aku kembali" .. Sarah sebenarnya ingin menghubungi Adam tapi sepertinya ia mengurungkan niat nya karena ia yakin Adam tak akan mempercayai hal aneh seperti ini. Dan akhirnya Sarah memutuskan akan menceritakan kejadian-kejadian aneh ini kepada teman yang sudah dia anggap saudaranya itu. ... ting.. tong..' Sarah hampir melonjak dari duduknya. Menyadari ada seseorang yang datang ke rumahnya dan ia tau siapa yang datang itu, Sarah berdiri bermaksud untuk membukakan pintu. 'ting.. tong..' Sarah mengumpat pada bagian bawah tubuhnya yang masih saja terasa sakit sehingga ia harus berjalan pelan-pelan dan membuat sang tamu menunggu. 'cklek' "Caca?!" setelah terpekik kaget melihat kedatangan sang tamu, Sarah berhambur memeluk Caca dan menangis haru. Sahabatnya yang satu ini memang selalu datang tepat saat ia mengalami duka dan suka. Sarah baru mengingat bahwa ia tak sepenuhnya sendirian. Ada Caca yang akan bersamanya. Caca yang memang sudah tahu apa yang terjadi hanya mengusap punggung Sarah untuk menenangkan. Dalam hati Caca meringis melihat keadaan sahabatnya yang jauh dari kata baik-baik saja. Ia sudah tau cerita Sarah dan Adam semuanya. Ia sudah tahu apa yang terjadi dengan Sarah yang mencintai Adam yang masih memikirkan mantan kekasihnya itu dan ia datang untuk menemani dan menghibur sahabatnya itu. Bagaimana pun Caca tidak mau kehilangan sahabatnya sejak kecil, ia takut Sarah akan melakukan tindakan yang sangat tidak diinginkan. Caca merasa kasihan dengan perjuangan sahabatnya tersebut, ia yang melihat pengorbanan Sarah untuk mencari perhatian Adam yang belum bisa menghilangkan rasa kepada sang mantan. Tetapi Caca cukup senang melihat Adam dapat memperlakukan sahabatnya itu dengan baik, dan ia dapat merasakan juga bahwa Adam telah berusaha untuk bersikap selayak nya suami yang baik. Saat ini Sarah menceritakan bukan tentang dia dan suaminya lagi tetapi ia menceritakan tentang bagaimana ia dan suaminya mendapatkan kejadian-kejadian aneh. Sarah tampak ketakutan dan bingung untuk menghadapi situasi ini. "sssshh.. tenanglah sar.. biarkan aku masuk dan kita bicarakan dengan tenang" bujuk caca seraya melepaskan pelukannya dan menuntun Sarah untuk duduk di sofa. "oh, maaf kan aku, silahkan masuk," sarah mempersilahkan masuk. "Apakah kau sudah makan ca?" Tanyanya kembali. "Hei, santai sayangku, aku kemari ingin mendengarkan cerita sahabatku ini bukan mau meminta makan disini," Ledek sahabatnya itu. Sarah mendengarkan omongan sahabatnya itu tau bahwa ia sedang di goda sahabatnya itu. "isst.. kau ini, aku sedang baik dengan mu menawarkan makan, karna ku takut kau pingsan nanti karna aku akan bercerita panjang kali lebar," Sarah balas mengoda sahabatnya itu. Dan mereka saat ini sedang tertawa bersama. ... Saat ini Sarah dan sahabatnya itu sedang bercerita tentang apa yang terjadi, Sarah sangat yakin dengan semua yang terjadi ini ada hubungan nya dengan mantan suaminya itu , iya Sarah sangat yakin ini ada sangkutan nya dengan sosok orang yang sudah tiada itu, Anjani. Caca yang mendengarkan itu sebenarnya tidak terlalu mengerti karna jujur sebenarnya ia tidak mempercayai hal yang berbau-bau mistis. Tetapi disini Caca berusaha menjadi pendengar dan penghibur sang sahabat yang saat ini sedang tidak baik. Sarah menyodorkan kertas yang ia dapat hari ini kepada Caca, Segera Caca mengambil dan membaca tulisan yang ada di kertas itu. "Apa kau yakin ini tulisan yang memang tertuju padamu," jawab ragu Caca. Sarah mendengus pasrah, sebenarnya ia pun tidak yakin. "Aku ingin mencari orang yang dapat membantuku dalam masalah ini ca," "Maksud mu?" Tanya bingung Caca. "Paranormal, iya paranormal" Sarah membenarkan jawaban tersebut. Caca tidak menyangka dengan apa yang di dengarnya saat ini, sahabatnya yang ia kenal adalah seorang wanita modern, Caca tidak menyangka dengan jawaban yang ia dengar itu. "Apakah kau bisa menemani ku mencarinya?" dan hal itu hanya mendapat oleh Caca anggukan. "Aku mempunyai ide lain sar," tiba-tiba ide itu muncul dipikiran nya. "Apa?" Caca tidak menjawab dan langsung mengajak sarah keluar rumah. ... Adam dan Bimo melangkah masuk kedalam rumah setelah Adam memasukkan kartu di pintu otomatis yang terpasang kokoh di depan rumah. Rumah ini terasa sunyi bila tak ada Sarah. Adam melenggang masuk ke ruangan kerjanya dan diikuti Bimo yang berlari kecil untuk menyusul langkahnya. "Di mana Sarah?" Adam menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyusun berkas yang tertinggal. Pria itu paling tidak suka menunda pekerjaan. Ia lebih suka menyelesaikan semua itu segera agar ia tak perlu terbebani dengan segala hal berbau pekerjaan di saat diluar kantor. Tetapi semuanya terhenti ketika Bimo menyebut nama Sarah. Adam merutuki dirinya yang sesaat melupakan keberadaan wanita itu. Tapi ia tidak melihat Sarah sejak tadi. Apa Sarah itu belum pulang? Tetapi ia tau kalau hari ini Sarah akan pergi keluar bersama temannya. Adam melirik ponselnya ragu, melihat jam dan tak ada notif masuk dari sarah yang menandakan ia memberikan kabar, karna biasanya istrinya itu menghubunginya bila ia keluar walaupun ia sudah meminta ijin langsung. Kemana istrinya itu pergi? Ia ingin menghubungi istrinya itu tapi...- 'aish!' Adam mengutuk pikirannya yang sulit diajak kompromi akhir-akhir ini. Entah karena apa ia merasa sulit mengambil keputusan sejak keberadaan Sarah di hidupnya, padahal biasanya ia tak perlu dua kali berpikir dan dengan cepat mengambil tindakan yang tepat. Jangankan untuk mengambil keputusan, sekedar berinteraksi dengan Sarah saja ia perlu berpikir beberapa kali. Ia selalu berusaha untuk menjaga perasaan wanita itu dan membuktikan perkataannya untuk belajar menerima Sarah dalam hidupnya. Setelah merasa cukup yakin, Adam meraih ponselnya dan menghubungi Sarah. 'nomor yang anda tuju sed-' 'PRAK!' Bimo menatap miris ponsel mahal yang baru saja dibanting Adam. Tak merasa kaget dengan tindakan sahabatnya barusan karena Adam memang sering melampiaskan kekesalan nya itu pada barang-barang yang berada didekatnya. "tidak bisa dihubungi?" tebak Bimo tepat sasaran. "aku harus mencarinya.." Adam meraih kunci mobil dari sakunya dan segera keluar dari kamar. Melupakan berkas yang ia selesaikan. Disusul oleh Bimo yang berusaha menenangkan kyuhyun dibelakangnya, karna ia tidak mau melihat sifat masa lalu nya kembali. "hei.. kita tunggu saja dulu. Ini masih sore" Adam sempat memikirkan saran Bimo. Tapi bagaimana kalau sampai malam Sarah tak kunjung pulang? Mencari keberadaan seseorang di malam hari akan lebih menyulitkan. Adam kembali melanjutkan langkahnya, merasa yakin kalau ia harus mencari Sarah sekarang juga. Bimo yang mendengar keputusan sepihak Adam malas untuk membantah. Ia cukup tahu sahabatnya itu akan sangat sulit dibujuk kalau sudah menyangkut keinginannya. 'cklek' Adam maupun Bimo baru saja akan melangkah sebelum keduanya berhadapan dengan seorang wanita ketika pintu terbuka. "Sarah.." Adam berucap pelan. Meyakini kalau wanita di depannya benar-benar Sarah. Disampingnya, Bimo melirik sebelum memutuskan untuk menyapa wanita itu. Mendengar sapaan ramah Bimo di depannya, Sarah tersenyum tipis. Sebelum Sarah bertanya, Bimo langsung memberikan jawaban. "Maaf waktu itu aku pulang tidak berpamitan dulu kepada kalian, aku mesti pulang pagi-pagi." "Tidak apa-apa, aku yang saat itu memaksamu menginap disini," jawab sarah "Apa kalian ingin keluar?" tanya sarah balik. Adam memandang Bimo tajam seolah memberi isyarat agar tak memberitahu Sarah tujuan awal mereka keluar rumah. "mmm, ya. dia ingin mengantarku pulang. Kami permisi, sar oh iya! kuharap lain waktu kita dapat berkumpul dikafe, yaa sekedar berbincang karna kita sudah lama tak keluar bersama" Adam cukup bernapas lega. merasa senang karena Bimo bisa diajak kompromi kali ini. Sarah menggeser tubuhnya, memberi jarak agar kedua pria yang ada didepannya dapat keluar karena sedari tadi tubuhnya menutup hampir setengah lebar pintu. "akan ku usahakan" jawaban pelan dari Sarah tak pelak membuat Adam kesenangan dalam hatinya, mengetahui wanita itu mau menyisihkan waktunya untuk bersenang-senang, Adam ingin sarah melupakan hal aneh yang terus dipikirkan nya itu.  "kalau begitu aku masuk duluan. Kalian hati-hati di jalan" wanita yang terbalut putih itu melenggang masuk, meninggalkan adam dan Bimo yang tanpa menunggu waktu ikut beranjak dari sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD