TBSM - Chapter Three

2801 Words
“Bibi, apa Daddy jadi ikut dengan kita?” Tanya Agrata pada Chacha. Wanita itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Tunggu sebentar, Daddymu sebentar lagi selesai.” Jawab Chacha. “Apa keperluan Adel sudah di bawa semua? Jangan sampai ada yang tertinggal kecuali kau mau Andrew marah.” Peringat Chacha pada pegasuh anak perempuan Andrew itu. “Saya sudah siapkan semuanya.” “Mommy apakah nanti aku boleh makan es krim?” Chacha memicingkan matanya lalu mengusap kepala Adelicia dengn lembut. “Aku tak yakin Sweety, kau tahu sendiri bukan bagaimana Daddymu? Nanti kita bisa tanya pada Daddymu, aku akan membujuknya. Tapi janji setelah itu kau harus sikat gigi dan tidak boleh memakannya banyak. Jangan makan yang rasa stroberi oke?” Adelicia menganggukkan kepalanya dengan cepat. “Baik Mom, aku janji.” “Baiklah, Bibi akan bertanya pada Daddymu nanti. Apa kau juga menginginkan sesuatu Agra?” Kali ini Chacha bertanya pada anak sulung Andrew. “Tidak ada.” “Bagaiamana kabar Mommymu, apakah dia baik?” “Ya dia baik. Mommy juga menitip salam padamu.” “Mommymu tidak mau ikut liburan dengan kita?” Agrata mengernyitkan keningnya bingung. “Ada apa dengan ekspresimu? Apa menurutmu aku tidak memperbolehkan Mommymu ikut liburan dengan kita?” Agrata menganggukkan kepalanya. “Aku tidak masalah kalau memang Mommymu mau ikut dengan kita. Aku yakin kau juga ingin Mommymu bisa ikut liburan bukan? Kau tak punya kenangan liburan bersama dengan kedua orangtuamu bersama bukan?” Lagi anak sulung dari Andrew itu menganggukkan kepalanya. “Apa Bibi sungguh tak masalah? Bibi tak cemburu pada Mommy karena ada Daddy? Bukankah kau sedang menjalin hubungan dengan Daddy? Bukankah biasanya pasangannya akan marah kalau pasangannya masih dekat dan menjalin hubungan yang baik dengan masa lalunya?” Chacha tersenyum. “Aku bisa memahaminya Agra, aku menjalin hubungan dengan Andrew yang ternyata latar belakangnya mempunyaimu dan Adel. Aku tidak bisa egois, aku harus bisa terima akibatnya bukan? Kalau aku tidak bisa menerima masa lalu Daddymu, tak seharusnya aku menjalin hubungan dengannya dari awal. Jika tidak ada kalian mungkin aku akan marah, tapi ada kalian sudah pasti mereka akan berhubungan. Andrew sudah bersamaku sekarang, bukan dengan Mommymu. Itu berarti dia sudah selesai dengan Mommymu, bukan begitu? Aku percaya pada Andrew, aku tidak bisa memisahkanmu dengan Daddymu. Aku tidak sejahat itu Agra, aku bisa menerimanya.” “Apa kau juga bisa menerima kami karena perasaanmu pada Daddy?” Chacha tampak berpikir lalu kembali tersenyum pada Agra. “Ya bisa di bilang iya, tapi tidak sepenuhnya benar. Aku memang menyukai kalian, terlepas kalian anak Andrew. Kalian anak yang baik dan aku menykainya, jika memang aku hanya menyukai kalian karena Andrew aku akan baik di depan Andrew saja. Tapi apa aku melakukan hal itu? Aku tetap memperhatikan kalian dan bersikap baik di belakang Andrew bukan?” Agrata terdiam memikirkan hal itu. “Apa kalian juga menerimaku karena Daddymu?” Kali ini pertanyaan itu Chacha kembalikan kepada kedua anak Andrew. “Aku menyayangimu Mom.” Adelicia langsung saja memeluk Chacha dan duduk di pangkuannya. Wanita itu menerimanya dengan senang hati lalu melihat Agrata kembali guna menunggu jawaban. “Aku tidak pernah membencimu, begitu juga dengan Mommy Adel. Jujur saja, aku pikir kau bersikap baik pada kami karena Daddy. Tapi setelah memikirkan semuanya, perkataanmu benar. Aku menyukaimu karena kau memang baik. Kau menyayangi kami dan membuat Daddy jadi peduli dengan kami. Aku senang Daddy menjalin hubungan denganmu, karena itu Daddy lebih memperhatikan kami. Itu semua karenamu bukan?” Chacha tertawa kecil. “Aku hanya mau membantu supaya kalian punya hubungan yang baik. Aku tidak melakukan banyak hal, syukurlah kalau hubungan kalian sekarang seperti ini. Aku senang melihat kalian seperti sekarang. Aku hanya tidak mau kalian sepertiku.” “Apakah hubunganmu dengan kedua orangtuamu tidak baik?” Tanya Agrata penasaran. Chacha tersenyum kecil lalu menganggukkan kepalanya. “Mereka meninggalkanku dari kecil, semenjak itu aku hanya bertemu dengan mereka beberapa kali. Mereka meninggalkanku dan kedua saudara laki-lakiku. Kami hidup mandiri dan mereka yang mengurusku sampai akhirnya aku bertemu dengan Daddymu. Aku menyayangi kedua saudaraku, hanya mereka keluarga yang kupunya. Tapi sekarang aku punya kalian dan juga Daddymu, aku punya keluarga baru bukan?” Chacha berusaha untuk tidak sedih dengan mengingat masa lalunya yang begitu sulit. “Ya kita adalah sebuah keluarga, aku, Adelicia dan Daddy adalah keluargamu. Kalau memang kedua orangtuamu meninggalkanmu jangan ingat mereka lagi yang membuatmu sedih. Lupakan saja mereka, bagaimana dengan kedua saudaramu Bibi? Apa mereka juga baik sepertimu? Apa kami bisa bertemu dengan mereka? Apa mereka juga bisa menerima kami?” Tanya Agrata lagi dengan penasaran. Entah kenapa kali ini anak laki-laki Andrew itu terdengar bijak dan sangat ingin mengetahui tentang kekasih dari Daddynya itu. “Nanti akan kutanyakan, mereka ada di Indonesia. Sulit untuk menemui mereka. Tapi mereka orang baik, pasti mereka juga akan menyukai kalian. Saudaraku yang pertama sudah menikah dan sudah punya anak juga. Hampir sama seperti Adel umurnya.” “Aku berharap Bibi bisa bahagia bersama Daddy.” Ucap Agrata tulus membuat Chacha tersenyum. Ia senang mendengar ucapan yang terdengar begitu tulus dari anak laki-laki Andrew itu. “Terima kasih Agra, terima kasih juga sudah menerimaku.” Balas Chacha membuat Agrata juga ikut tersenyum. “Apa yang sedang kalian bicarakan? Sepertinya kalian sangat serius.” Andrew tiba-tiba datang dan ikut bergabung dengan yang lainnya. “Dad, bisakah kita pergi sekarang? Kau sangat lama sekali.” Kata Adelicia yang mendekati Andrew dan pria itu segera mengangkat anak bungsunya itu, sedangkan Agrata dan Chacha tertawa mendengar keluhan yang di sampaikan Adelicia. “Maafkan aku Sweety, aku harus mandi supaya bisa terlihat cocok di samping Mommymu.” Andrew mengedipkan matanya sambil melirik kearah Chacha. “Dad apa aku boleh meminta sesuatu?” Andrew langsung memicingkan matanya menatap anaknya itu. “Aku yakin kau menginginkan sesuatu Sweety, kali ini apa yang kau inginkan?” “Aku ingin makan es krim, aku janji tidak akan memakan rasa stroberi. Setelah itu aku janji akan menggosok gigiku.” Kata Adelicia dengan memohon, Andrew langsung saja melirik kearah Chacha. Wanita itu menganggukkan kepalanya pelan saat ditatap dan membuat pria itu akhirnya menghembuskan napasnya kasar. “Baiklah, tapi kau harus menetapi janjimu Sweety.” Adelicia langsung saja menganggukkan kepalanya dengan cepat lalu mencium kedua pipi Andrew. “Terima kasih Daddy, I love you so much.” Kata Adelicia dengan senang. “Kau bersikap manis kalau sudah seperti ini Sweety.” Sindir Andrew membuat Agrata dan Chacha tertawa. “Ayo kita berangkat.” Ajak Chacha, wanita itu langsung saja merangkul Agrata dan berjalan keluar. Mereka menggunakan dua mobil. Satu untuk keluarga tersebut bersama dengan supir, mobil satu lagi untuk para pengasuh dan para pengawal yang mengikuti dari belakang. *** “Ada lagi yang kalian butuhkan?” Tanya Chacha pada kedua anak Andrew, keduanya kompak menggelengkan kepala. Dari tadi tangan Andrew tidak pernah lepas dari pinggang wanita itu. Andrew sangat posesif dengan Chacha kalau mereka sedang berada di luar terutama di tempat ramai. Andrew ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa wanita yang ada di sampingnya itu adalah miliknya. Andrew tidak mau bahwa wanita yang dicintainya itu di inginkan oleh pria lain. Banyak pasang mata yang mencoba melirik kearah Chacha dan itu membuat Andrew tidak suka. Maka itu dari tadi Andrew langsung saja menatap tajam pada orang-orang yang melirik sang kekasih. Andrew selalu tidak suka apabila Chacha memakai pakaian yang terlalu terbuka dan menunjukkan hal-hal yang tak seharusnya kalau di tempat umum. Tetapi Chacha tidak suka di larang seperti itu. Makanya Andrew hanya bisa pasrah dan ia hanya bisa menjaga Chacha agar tidak di ganggu oleh pria lain yang menginginkannya. Itulah salah satu alasan membuat Andrew tidak percaya kalau wanita itu pergi sendirian tanpanya. Tetapi kalau memang harus, Andrew akan menyuruh orang untuk menemaninya. “Baiklah kalian bisa makan es krim dan menunggu kami untuk kita makan malam. Coba pikirkan kalian ingin makan malam apa, aku mau membeli sesuatu sebentar tak apa bukan?” Tanya Chacha lagi. “It’s okay Mom.” Jawab Adelicia. “Tolong jaga mereka.” Pinta Andrew pada pengasuh dan pengawalnya. “Kalian bisa tinggalkan kami.” Kata Andrew lagi, apabila ingin berdua saja dengan Chacha pria itu biasa untuk ditinggalkan para pengawalnya. “Apa yang sedang kau inginkan?” Tanya Andrew penasaran. “Baju untuk kita pergi liburan pastinya. Aku juga ingin pakaian dalam baru dan lingerie baru, bukankah aku tak boleh membelinya sendiri? Jadi aku harus memanfaatkanmu sekarang untuk mencarikannya untukku.” Andrew tersenyum senang. “Baiklah, ayo kita mencarinya. Aku suka kalau harus berbelanja itu, aku jadi tak sabar untuk kau mencobanya sekarang.” Chacha berdecak. “Belum saja di beli sudah di suruh memakainya, tolong jaga pikiranmu Andrew.” Sindir Chacha membuat pria itu tertawa. Akhirnya setelah memilih beberapa Andrew segera membayarnya. Pria itu memilih cukup banyak dari segala macam model dan bahkan mereka tidak mengunjungi satu toko saja. Tetapi sampai lima toko dan Andrew membeli dengan berbeda-beda model dan semuanya pilihan pria itu. Andrew tidak malu memilih itu semua di depan para pelayan yang ada. Malah ia cukup bangga memilih hal itu untuk Chacha. Sedangkan Chacha karena sudah terbiasa ia bisa paham, bahkan ia bisa mendengar beberapa ada yang memuji sikap Andrew tersebut. Chacha tak peduli akan hal itu, ia hanya bisa pasrah dan menerima saja. Setelah memilih beberapa pakaian dalam dan lingerie, mereka membeli baju yang dibutuhkan wanita itu. “Kenapa terlihat gelisah?” Tanya Chacha saat sadar Andrew sedang gelisah. “Aku ingin ke kamar mandi, tapi aku juga tak mau meninggalkanmu di sini.” Hal itu membuat Chacha berdecak. “Ayo ikut ke kamar mandi, aku tak mau kau di ganggu di sini.” “Pergilah, takkan ada yang menggangguku di sini. Lihat sedang tidak ada orang hanya kita saja. Lagi pula aku akan di ganggu di sana, menunggumu di luar sudah pasti banyak pria. Aku tidak bisa ikut masuk ke dalam bukan? Lebih baik kau pergi sendiri daja dan tinggalkan aku di sini. Aku lebih aman di sini dari pada di sana.” “Bagaimana kalau ada yang mengganggumu?” Chacha kembali berdecak. “Tempat ini sangat ramai, aku bisa berteriak bukan? Apa yang bisa mereka lakukan padaku di sini? Sudahlah pergi saja sana, jangan mencari masalah. Aku akan sangat malu kalau kau harus mengeluarkannya di sini. Aku tidak akan bisa menerima resikonya nanti.” Ancam Chacha membuat Andrew tidak punya pilihan lain selain meninggalkan wanita itu di sana. Dengan cepat Andrew pergi dari sana dengan berlari. Chacha tertawa melihat sikap Andrew itu. kemudian ia melanjutkan kegiatannya mencari barang yang diinginkannya. Syukurnya Andrew tidak pernah mengeluh padanya untuk menemaninya berbelanja. Mau selama apa, Andrew akan tetap berada di sampingnya. Andrew cukup penyabar dalam beberapa hal, tetapi itu semua karena Chacha. “Permisi apakah aku boleh bertanya?” Seorang pria mendekati Chacha saat ia sibuk mencari yang diinginkannya. “Ya, kenapa? Ada yang bisa di bantu? Tapi aku bukan pr—“ “Ya aku paham, hanya saja kekasihku sepertimu. Aku ingin membelikan pakaian untuknya, tetapi aku tidak tahu ukuran bajunya. Bolehkah kau membantuku untuk memberitahu ukuran bajumu? Atau bolehkah aku memintamu untuk mencoba pakaian yang ku pilihkan ini? Apakah ini cukup untukmu? Karena kalian mempunyai bentuk tubuh yang sama.” Mohon pria itu. “Benarkah? Baiklah, aku akan mencobanya.” Chacha mengambil pakaian yang sudah di pilih pria itu. “Bolehkan kau memegang ini untukku?” Pria itu menganggukkan kepalanya dan menerima keranjang yang berisi pakaian pilihan wanita itu. Chacha langsung saja masuk ke dalam ruang ganti dan memakai pakaian tersebut. Setelah memakainya, ia langsung saja keluar menunjukkan pada pria itu. Entah kenapa Chacha mau membantu pria itu karena ia merasa bahwa pria itu sangat manis bisa memikirkan kekasihnya dan mau membeli sesuatu untuk kekasihnya. Hal itu mengingatkannya dengan Andrew yang terkadang suka membelinya sesuatu saat pria itu sedang pergi ke beberapa negara. Maka itu Chacha mau membantunya, karena langsung mengingat Andrew. “Bagaimana? Apakah menurutmu bagus?” Tanya Chacha saat keluar sudah memakainya. Pria itu tersenyum senang dan menganggukkan kepalanya. “Ya sangat bagus, pasti kekasihku juga menyukainya. Terima kasih sudah membantuku, aku akan membeli ini untuknya.” Chacha jadi ikut tersenyum senang mendengarnya. “Senang bisa membantumu, kau mengingatkanku dengan kekasihku yang selalu membelikanku barang juga saat tak bersamaku. Makanya aku langsung menerima tawaranmu.” “Wah begitu, terima kasih sekali lagi.” Kata pria itu dengan tulus. “Baiklah aku akan menggantinya.” Chacha kembali masuk ke dalam ruang ganti. Setelah itu ia memberikan pakaian yang dipakainya itu. “Semoga kekasihmu juga menyukainya, aku mendoakan yang terbaik untuk hubungan kalian.” “Terima kasih, kau juga semoga hubunganmu baik dengan kekasihmu. Ini barang belanjaanmu, terima kasih sudah membantuku.” Chacha tersenyum dan mengganggukkan kepalanya, pria itu langsung saja pergi ke kasir untuk membayar. Andrew langsung saja mendekati Chacha karena ia melihat interaksi keduanya. “Apa yang sedang kau lakukan? Kau sedang merayu pria lain di belakangku?” Desis Andrew tak suka dan mencekal pergelangan tangan Chacha. “Andrew sakit, kau menyakitiku. Lepaskan, kau salah paham. Aku hanya membantunya saja, apa yang kau lihat tidak sama seperti yang kau pikirkan.” “Kau selalu saja membuatku marah, apa kau tidak bisa menahan diri? Aku tidak suka kalau kau melawanku. Aku tak suka kau berdekatan dengan pria lain! Tapi kenapa kau selalu membuatku kesal.” Andrew langsung saja mendorong Chacha hingga wanita itu masuk ke dalam ruang ganti. “Apa yang ingin kau lakukan?” Tanya Chacha dengan panik. “Apa lagi kalau bukan menghukummu Honey!” Desis Andrew. Pria itu langsung saja mengangkat dress yang digunakan Chacha. Tanpa pikir panjang Andrew langsung saja menghimpit Chacha ke bilik tersebut lalu membuka kaki wanita itu. Menurunkan setengah pakaian dalam milik Chacha, dan segera membuka celananya juga. Ia langsung saja memasukkan kepunyaannya ke dalam milik Chacha tanpa ada pemanasan membuat wanita itu merasa sakit di dalam miliknya. Bagaimana tidak ia merasa sangat kering tetapi harus di masukkan dengan kepunyaan Andrew yang panjang dan besar. Bahkan pria itu memompanya dengan sangat kuat dan keras. Andrew juga meremas bukit kembar milik Chacha dari luar dan mencium leher wanita itu. Chacha benar-benar di siksa, bahkan tangan Andrew yang satunya memukul b****g indah milik wanita itu. “Akhhh Andrew pelan-pelan! Kau menyakitiku! Kau salah paham! Aku hanya membantunya saja, ku mohon berhenti. Jangan lakukan di sini, kita bisa ketahuan.” “Kalau tidak mau ketahuan lebih baik kau diam saja dan nikmati permainanku Honey! Kau harus di hukum supaya kau tahu apa yang harus kau lakukan!” “Aku tidak menggodanya, aku hanya membantunya memilih pakaian untuk kekasihnya. Aku membantu karena mengingat kau sama seperti dia yang memikirkanku. Ayolah Andrew jangan seperti ini aku belum siap.” “Kau harus siap kapanpun aku menginginkannya Honey!” Desis Andrew membuat Chacha memejamkan matanya saat Andrew semakin kuat memompanya. “Arghhh Andrew!” Desah Chacha dan tangannya langsung saja menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara lagi. Akhirnya Chacha hanya bisa pasrah dan menerima siksaan yang diberikan Andrew itu. Tidak puas hanya sekali, setelah mendapat pelepasan pertamanya Andrew kembali menyerangnya. Membalikkan tubuhnya dan membuatnya harus menghadap dinding. Andrew memasukinya dari belakang, setelah mendapat pelepasannya kedua barulah Andrew benar-benar melepaskan wanita itu. Keadaan wanita itu tidak baik-baik saja, pakaiannya berantakan. Peluh keringat membasahi wajahnya dan bekas sudah pasti di tinggalkan oleh Andrew di lehernya. Chacha merasakan lelah yang luar biasa, walaupun begitu ia tak bisa pungkiri bahwa ia juga menikmati permainan kasar yang diberikan Andrew padanya. Awalnya ia memang merasa sakit, namun setelah itu ia merasakan nikmat. Ini bukan kali pertama bagi mereka melakukannya di tempat terbuka atau di tempat umum. Keduanya sering melakukan hal itu secara diam-diam. Sudah pasti sensainya jelas berbeda, hanya dengan cara seperti itu membuat Andrew bisa memaafkannya dan bersikap tenang. Benar saja setelah itu ia kembali bisa menghabiskan waktunya dengan Chacha dan kedua anaknya untuk makan malam. Kedua anaknya sudah pasti mengeluh karena mereka yang lama. Namun Andrew tak peduli dengan hal itu, walaupun para pengasuh dan para pengawal tahu apa yang mereka lakukan. Bagaimana tidak tahu kalau jelas ada perubagan yang terjadi pada Chacha. Setelah selesai mereka langsung saja kembali pulang ke rumah. Sampai di rumah Andrew tidak membiarkan Chacha bisa beristirahat dengan tenang. Karena ia kembali menyerang wanita itu dan menghabiskan malam yang menggilakan dan malam yang panjang. Chacha hanya bisa pasrah karena Andrew menginginkannya. Ia melayani pria itu dengan senang hati sampai akhirnya mereka selesai saat dini hari. Chacha benar-benar tak sanggup lagi dan Andrew entah sudah berapa kali mendapatkan pelepasannya. Ia saja tidak tahu. Andrew memang tidak bisa menahan diri kalau itu Chacha. Ia selalu saja kehilangan akal kalau sudah berhadapan dengan wanita itu. Entah apa yang Chacha punya sampai membuat Andrew tergila-gila padanya. Pria itu tidak bisa melepaskan Chacha begitu saja. Ia selalu menginginkan Chacha lagi dan lagi, ia bersikap seperti ini hanya pada wanita itu. Maka itu Andrew tidak bisa tanpa Chacha, ia selalu membutuhkan wanita itu kapanpun, dimanapun saat ia menginginkannya. Ia tak bisa tanpa wanita itu, maka itu Chacha merasa di butuhkan saat bersama Andrew.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD