Sebuah Tawaran

1529 Words
Wajah pria itu seperti membiru seketika, dia tidak membalas perkataanku, dia melihat dirinya sendiri yang saat ini sedang tertindih oleh kepingan emas yang lumayan berat, sudah jelas dia kesulitan bergerak, dan mudah bagiku menebasnya. Jadi... Untuk menyelamatkan hidupmu yang rentan itu, apa yang akan kau lakukan, Souran Baghi? “Tu-Tuan Eishi, dengarkan aku... Aku mohon, aku memiliki penawaran untukmu!” ujar orang itu. Aku tidak tau apa yang di pikirkan oleh orang ini tapi, sudah pasti dia berusaha sekeras mungkin untuk memikirkan cara agar aku membiarkan dia hidup. Aku membantu Souran Baghi untuk menyingkirkan semua benda yang menindihnya itu. Tentu saja dengan hati-hati dan tidak menurunkan kewaspadaanku, bagaimanapun juga... Aku dan Souran saat ini adalah musuh, aku takut dia akan menikamku sebelum melakukan negosiasi. “Terimakasih, Tuan Eishi,” ucap Pria itu yang kemudian duduk dengan tenang di depanku. Meskipun terlihat dia akan menurut begitu saja, tapi untuk berjaga-jaga aku perlu mengancam orang ini agar tidak melakukan sesuatu yang bodoh seperti menyerangku. “Berdiri, kau akan meledak, maju selangkah kau akan meledak, terlihat mencurigakan kau akan meledak, jika kau mengeluarkan senjata di depanku, maka aku akan menikammu, kemudian kau akan meledak. Kau mengerti?!” tegasku. Pria itu terlihat kembali membiru dengan keringat mengalir deras dari dahi hingga ke pipinya. “Baiklah, sekarang katakan... Tawaran apa yang ingin kau berikan padaku?” tanyaku. “Tuan Eishi, jika separuh Harta ini tidak menarik di mata Tuan, bagaimana jika saya bekerja kepada anda? Saya mungkin tidak pandai bertarung seperti Tuan Eishi atau bud... Maksud saya teman anda, si Gadis Ras Serigala Besi itu. Tapi Tuan... Saya memiliki sebuah Skill Unik, dan skill ini sangat berguna untuk seorang pedagang seperti Tuan Eishi,” ucap Souran Baghi. Aku kemudian duduk bersila di depan orang itu, “Lanjutkan!” tegasku. “Tuan, mungkin anda tidak percaya ini... Tapi keturunan Baghi membawa sebuah skill unik yang di sebut sebagai Pengawetan, sihir dari keluarga kami mampu mengawetkan segala jenis makanan, apa saja! Bagi seorang pedagang yang susah menimbun bahan pangan mereka dan bigung bagaimana menyimpannya agar tidak busuk, skill ini... Sudah pasti sangat menggiurkan, bukan?” jawab Souran Baghi. Memang benar, skill seperti itu sangat-sangat berguna, apa gunanya kulkas jika kita memiliki skill semacam itu. Hmph! Sihir memanglah lebih baik daripada teknologi, setidaknya sihir mampu menerobos logika manusia. “Jika anda membiarkan saya hidup dan mengabdi untuk Tuan Eishi, maka ada keuntungan lain yang akan Tuan dapatkan. Di antara semua keturunan berkemampuan unik lainnya, saya... Souran Baghi adalah keturunan yang paling istimewa.” “Oh... Kenapa demikian?” tanyaku. Aku tau alasan kenapa dia di cap sebagai keturunan Baghi yang paling istimewa, Shatruva telah menceritakannya. Kenapa aku masih bertanya walau aku sudah tau? Ya! Hanya saja, jika ditanyakan maka orang ini akan menyanjung dirinya lebih tinggi, dia ingin memberikan kesan pada orang lain bahwa dia itu sangat di butuhkan. Dia ingin membuatku berpikir agar tidak membunuhnya, dengan menawarkanku begitu banyak keuntungan. “Tuan Eishi, saya Souran Baghi... Dalam garis keturunan Baghi saya, saya tidak hanya di berikan berkah untuk mengawetkan, akan tetapi saya juga bisa memperbaiki pembusukan. Jadi... Walaupun anda membeli sayuran busuk sekalipun, saya bisa memperbaikinya. Dengan membeli benda murah, anda bisa menjualnya dengan harga lebih tinggi.” Keuntungan yang dia tawarkan begitu menggiurkan, kebanyakan orang pasti akan terlena dengan sesuatu seperti ini. Benar-benar, dia pasti merasa dirinya berada di atas angin sekarang, dia mendapatkan kepercayaan dirinya kembali, dia percaya bahwa aku tidak akan membunuhnya dan mengambil kesempatan ini. Souran Baghi... Kau benar-benar licik, dan aku... Membencimu. “Tuan Eishi, ini adalah cara menjadi kaya dengan sangat mudah, aku menjamin dalam waktu tiga tahun kau akan mendapatkan harta lebih banyak daripada harta yang ada di sini. Bagaimana...” Dengan cepat aku menusukkan pedangku ke perut Souran Baghi. Pria itu masih tersenyum tidak sadar bahwa dirinya telah di tikam. “Maaf kawan, Tiga tahun? Kau tidak mempunyai waktu sebanyak itu,” ucapku. “Skillku unik, dan ini akan membuat anda untung banyak, kenapa anda menusuk saya, Tuan Eishi?” “Sederhana, Souran. Aku tidak membutuhkan sebuah skill yang membuatku menjadi orang serakah. Aku tidak membutuhkanmu.” Kemudian Souran jatuh tergeletak setelah mendengar itu. Setelah menjadi mayat, maka status manusia berubah menjadi benda, inventarisku tidak menolak untuk memasukkan mayat Souran Baghi. Tapi lebih baik ku biarkan tubuhnya tergeletak disini, aku... Membunuh seorang penguasa kota Malvin, apa aku bisa pulang dengan aman? *** “Kepala Desa?!” Kadeena berlari ke arahku, dia sudah melepaskan semua orang yang ada di dalam jeruji, tapi tampaknya jumlah orang yang berdiri di tempatku saat ini lebih banyak dari pada saat terakhir kali aku meninggalkan tempat ini. “Apa orang bernama Souran Baghi itu terkejar, Kepala Desa?” tanya Kadeena. “Aku... Membunuhnya,” ucapku. Semua orang terdiam sambil melihat ke arahku. Mungkin mereka akan menyalahkanku atas kejadian ini, mungkin aku dan Kadeena akan di tahan di tempat ini karena telah membunuh Penguasa Kota. Haa... Malah jadi seperti ini, padahal aku hanya berniat pergi kemari untuk mencari persediaan makanan untuk desa dan juga upeti untuk Kerajaan Badamdas. Semua orang kemudian berwajah haru, beberapa mulai menangis dan saling berpelukan. Aku tidak mengerti kenapa, tapi tidak satupun dari mereka yang langsung menyergapku dan Kadeena. “Kadeena, apa kau bisa mengatakan apa yang kau tau setelah aku pergi mengejar Souran Baghi? Apa mereka memperlakukanmu seperti seorang buronan?” tanyaku. “Kepala Desa, mereka yang ada disini adalah mereka yang kehidupannya telah di renggut oleh Souran. Kebahagiaan, keluarga serta kebebasan mereka di ambil alih secara paksa dan di permainkan.” “Saya rasa, saat ini mereka bersyukur karena Souran Baghi telah tiada. Mungkin... Mereka semua berpikir, dengan begini mereka akan mendapatkan kembali apa yang telah hilang dari mereka,” jawab Kadeena. “Tidakkah ini akan menjadi masalah? Aku telah membunuh sang Penguasa Kota, harusnya saat ini kita akan di hukum dan tidak akan dapat keluar dari kota ini,” kataku. “Kepala Desa, anda harus ikut saya. Ada orang yang ingin saya pertemukan dengan anda, mungkin... Orang itu bisa menghilangkan kegelisahan yang anda rasakan,” ujar Kadeena. Gadis itu kemudian menarik tanganku dan membawaku ke tempat kerumunan orang, ntah siapa yang dia tuju, tapi aku bisa melihat Shatruva dan Keluarganya. “Tuan Jajag! Tuan Jajag tolong maafkan saya, maafkan saya karena telah menjebak anda dan kawan anda, maafkan saya karena telah menyerahkan anda pada Souran, ma...” kemudian aku menepuk pundak orang yang memohon maaf sambil menangis itu. “Shatruva... Aku mengerti, aku paham dengan tindakan yang kau lakukan. Kau melakukannya demi keluargamu, kupikir... Apa yang kau lakukan itu tidak sepenuhnya salah. Jika aku memposisikan diriku pada situasi yang kau alami, mungkin aku juga akan melakukannya.” “Kau dengar itu?! Bersyukurlah karena Kepala Desaku adalah orang yang bijak dan pengertian. Dan jangan lakukan hal itu lagi pada orang lain, jika itu bukan Kepala Desa, mungkin Souran akan menghukum orang yang kau serahkan dengan kejam. Untunglah Kepala Desaku adalah orang yang kuat,” celoteh Kadeena dengan wajah kesal yang ia tujukan pada Shatruva. “Kadeena, cukup. Tak perlu sampai sekesal itu pada Shatruva.” “Kadeena?” ucap Shatruva dengan heran. “Bukankah namanya Mukhi?” imbuhnya. “Maafkan aku Tuan Shatruva, tapi kami memalsukan nama kami saat berkenalan denganmu, dia adalah Kadeena. Dan aku adalah Ichigaya Eishi, seorang Kepala Desa dari Desa Nimiyan yang letaknya berdampingan dengan wilayah Kerajaan Badamdas.” “kadeena? Ichigaya Eishi? Anda punya nama belakang? Anda seorang bangsawan? Ma-maafkan sikap keterlaluan saya pada anda, Tuan Bangsawan,” ucap Shatruva gelagapan. “Tak usah kau cemaskan masalah itu, aku tidak apa-apa.” “Kadeena, seseorang yang katanya bisa menghilangkan kegelisahanku, apa maksudmu itu Shatruva?” imbuhku sambil menoleh ke arah Kadeena. “Kepala Desa, bukan dia orangnya. Tapi dia orang yang memperhatikan anda sejak tadi, adalah orang yang saya maksud,” jawab Kadeena, dia menunjuk seorang pria di belakang Shatruva. Seorang Pria dengan luka cambuk dj sekujur tubuh, ada luka goresan di matanya sehingga orang itu menutup sebelahnya. Yang paling terlihat menonjol adalah... Perban yang membalut tubuhnya untuk menutupi tangan kirinya yang putus. Bahkan... Ada tanda b***k di tubuh orang ini. “Salam Tuan Eishi, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak terhadap Tuan. Anda telah menyingkirkan orang yang telah merenggut kebahagiaan semua orang di kota Malvin, Souran Baghi. Dengan tiadanya dia... Sekali lagi Kota Malvin akan menjadi kota yang makmur.” “Maafkan atas kelancangan dan ketidaksopanan saya, Tuan Eishi. Harusnya saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu sebelum membicarakan hal lainnya.” “Saya... Saya adalah Arvantha Kithesvara, seorang penerus dari mantan Penguasa kota, Avaloka Khitesvara,” kata orang dengan tangan yang sudah buntung itu. “Tuan Arvantha adalah orang yang seharusnya menjadi Penguasa setelah Tuan saya, Avaloka Kithesvara. Setidaknya itu adalah peraturan mutlak sebelum penguasa kota di kudeta oleh Keluarga Baghi,” celetup Shatruva. Jadi... Pria dengan tangan buntung dan tanda b***k di pipinya ini, dia adalah anak dari penguasa kota sebelumnya? Bukankah seharusnya bangsawan tidak terlihat seperti dia? Penampilannya ini benar-benar sangat memperihatinkan. Apa yang telah Keluarga Baghi lakukan padanya? “Tuan Eishi? Bolehkah aku menjabat tanganmu?” tanya Arvantha sambil mengulurkan tangan kanannya ke hadapanku. Tanpa ragu aku mulai menjabat tangan pria itu, dan sungguh perkataannya membuatku terkejut. “Tuan Eishi, apakah kau mau menjadi Penguasa Kota Malvin yang selanjutnya?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD