Belajar Logika Dunia Ini

1554 Words
Ha.. akhirnya aku selesai memakan sesuatu yang benar-benar bisa dikatakan sebagai sebuah makanan, perutku sangat bersyukur. Setelah makan Rya dan juga Tuare pergi untuk membereskan semua makanan dan juga piring yang ada di atas meja, aku tidak menduga ternyata Bibi Merry juga menyembunyikan bir yang sudah disediakan oleh Paman Jerome, aku sangat berterimakasih karena Bibi Merry sangat pengertian terhadapku. Bibi Merry kembali dengan membawa sebuah kotak yang Nampak seperti sebuah peti kecil, apa di dalamnya ada semacam makanan penutup? “Sayang, apa kau membawa benda yang ku suruh ambil?” Bibi Merry meletakkannya di atas meja dan itu tepat di hadapanku, aku tidak tau apa isinya tapi nampaknya mereka sangat ingin memberikannya padaku. Paman Jerome membuka kotaknya, dan ada tumpukan koin perak dan juga beberapa koin emas yang ada di dalam kotak itu. “Ini adalah uang yang dimiliki oleh keluarga kami saat ini, mungkin jika dibandingkan dengan Potion harta yang kau berikan ini sama sekali tidak ada apa-apanya. Tapi bagaimanapun juga keluarga kami tetap harus membayar hal itu.” “Paman Jerome, maaf. Saya… tidak bisa menerimanya. Saya paham anda hanya ingin mengucapkan terimakasih pada saya, anda mungkin memiliki perasaan tidak ingin berhutang, tapi Paman… saya melakukan semua ini dengan niat yang murni dan juga tulus, saya tidak membutuhkan pamrih. Jika paman berhutang dan merasa ucapan terimakasih saja belum cukup, bagaimana jika paman membiarkan saya tinggal disini untuk beberapa waktu? Dan sebagai gantinya saya akan mengambil tiga koin perak yang sudah saya bayarkan pada Bibi Merry.” “Apa kalian tidak masalah dengan itu?” imbuhku. Paman Jerome dan Nyonya Merry tampak bingung, mungkin mereka berpikir kenapa tidak kuambil saja semua uang yang ada di dalam kotak itu. Tapi… aku benar-benar tidak membutuhkannya, apa yang kubutuhkan adalah sebuah tempat tinggal untuk sementara waktu. Ku harap dengan aku mengambil tiga koin perak ini kembali, aku bisa meringankan rasa berhutang dan tidak enak hati mereka terhadapku. “Kami sangat tidak masalah dengan hal itu, justru… jika kau mau tinggal di sini lebih lama maka kami akan sangat senang. Tapi apa kau yakin tidak membutuhkan uang ini?” “Paman, aku telah lama melakukan perjalanan mengelilingi dunia, dan aku bisa bertahan hidup meskipun tidak memiliki banyak uang. Yang kubutuhkan saat ini adalah atap untuk bernaung dan lantai yang hangat untuk merebahkan tubuhku, aku sama sekali tidak membutuhkan uang ini. Sebaiknya kau simpan uang ini untuk Rya dan Tuare.” “Ichigaya… sampai kapanpun rasanya terimakasih saja belum cukup untuk membalasmu.” “Tak usah kau pikirkan, Paman. Akupun berterimakasih karena kalian sangat menyambutku di Penginapan Bulan Bintang ini dengan sangat baik. Kalau begitu aku akan pergi ke kamarku untuk beristirahat.” Mereka sangat bersikeras untuk membalas kebaikanku, dengan begitu aku mengerti bahwa mereka semua adalah orang baik. Aku begitu beruntung dapat bertemu mereka, dan akupun sangat bersyukur aku bisa membantu mereka. Menolong orang lain yang merasa kesulitan rasanya tidak buruk juga. Bibi Merry bilang kamarku adalah kamar nomor Sembilan, ini kah? Aku masuk ke dalam sebuah kamar yang telah ditunjukkan oleh Bibi Merry, saat aku masuk aku merasa kamar ini tidak lebih luas dari kamarku yang ada di bumi, tapi karena tidak ada terlalu banyak benda yang mengisi ruangan ini, kamar ini terasa lebih lega. Hanya ada kasur, meja, kursi, dan gantungan baju. Tidak ada bantal, dan kasurnya pun hanya kayu, apa orang-orang di desa tidak tau caranya membuat sebuah kasur sederhana? Dunia yang cukup terbelakang, tapi tidak apa… ini kesempatanku untuk membuat dunia ini lebih maju, berbekal pengetahuan dan kemampuan yang telah diberikan oleh dewa kepadaku, aku pasti akan membuat sesuatu yang revolusioner untuk dunia ini, karena aku adalah seorang Crafter. “Tok tok tok!!!” Seseorang mengetuk pintu? Apa itu Nyonya Merry? “Masuk!” seruku. “Selamat malam Tuan Eishi, maaf mengganggu anda malam-malam begini.” Rya?!! Ada apa ini? Apa ada semacam special service di penginapan ini untuk tamu VIP? Tapi aku sama sekali tidak memiliki pengalaman untuk itu, hatiku benar-benar belum siap. Dewa Garileon tolong ak… “Saya membawa selimut dan juga s**u hangat untuk anda, saya akan menaruhnya di meja. Tolong dinikmati sebelum anda tidur.” “A-ah… tentu, aku akan meminumnya sebelum tidur.” “Tuan Eishi… terimakasih untuk hari ini, berkat anda… saya dapat melihat senyum keluarga saya kembali dan juga tersenyum Bersama mereka. Jika anda membutuhkan sesuatu, sebagai ucapan terimakasih saya, saya bersedia melakukan apapun untuk anda.” “Apapun?!!” Apapun itu artinya apa saja kan ya? Apa saja boleh kan? Semua bisa terjadi, kan? Ini yakin Rya akan melakukan apapun? Apapun sungguh kata yang mengandung banyak arti yang indah. “Tentu saja, saya akan melakukan apapun untuk anda.” Bagus! Ku harap kau tidak menyesalinya. “Kalau begitu… malam ini… bisakah kita…” “Bisakah kita?” dengan bingung Rya mengatakannya. “Menjadi seorang teman?” Sungguh! Memang inilah yang ingin ku katakan, kalian yang berpikiran buruk pasti memiliki hati yang kotor. “Apa itu artinya saya boleh memanggil anda menggunakan nama depan anda?” “Tentu saja, kau bahkan boleh berbicara dengan santai kepadaku, sejujurnya aku tidak memiliki terlalu banyak teman yang seumuran denganku.” “Benarkah? Kalau begitu aku akan menjadi temanmu, Ichigaya!” dengan senyumnya yang manis Rya mengatakannya sambil mengulurkan tangannya. Tangan Rya terasa agak dingin, tapi senyumnya itu benar-benar hangat. Pertama kalinya dalam hidupku menyentuh seorang gadis, dan pertama kalinya dalam hidupku aku mendapatkan seorang teman yang seumuran. “Terimakasih karena telah menjadi temanku, Rya.” “Aku senang menjadi temanmu, oh iya! Ichigaya, aku harus segera kembali, kalau tidak mungkin ayah dan ibu akan berpikiran macam-macam karena aku terlalu lama di kamarmu. Bagaimanapun juga kita sama-sama sudah dewasa, berada di satu kamar yang sama, bukankah itu…” “Kau benar, kalau begitu kau harus segera kembali!” ujarku dengan tegas. “Selamat malam Ichigaya.” “Selamat malam.” Ah! Benar juga, di dunia ini aku sudah di anggap sebagai seorang pria dewasa, ha… aku mulai menyesali permintaanku untuk menjadikannya teman kalau begini, si4l… ternyata aku juga seorang pria dengan hati kotor. Susu hangat dan juga selimut kah, padahal dalam ruangan ini aku tidak merasakan kedinginan sedikitpu, tapi karena Rya sudah memberikannya maka akan ku pakai. Ha… akhirnya aku bisa meluruskan punggungku, meskipun tidak ada bantal dan hanya ada kasur beralaskan kayu, setidaknya aku tidak tidur di rumput atau bebatuan, aku juga tidak perlu khawatir kalau-kalau ada ular atau binatang buas yang akan menerkamku saat aku memejamkan mata. Untuk saat ini, ini adalah kenyamanan yang bisa ku dapatkan di dunia lain. Mari kita mensyukurinya. **** Hari ke duaku di dunia lain yang di sebut dunia Khartapanca, saat ku buka jendela kamarku, tidak jauh berbeda dengan duniaku yang sebelumnya, disini juga terang saat pagi, dan gelap saat malam, tapi satu hal yang mungkin berbeda dari dunia ini, perbedaan siang dan malam. Ternyata waktu pada malam hari itu lebih pendek dari pada siang hari, aku tidak mengerti cara dunia ini berputar pada porosnya, tapi jam tidurku lebih sebentar disini, tau-tau hari sudah siang saja. Rya mencoba membangunkanku saat pagi tapi karena dia tidak enak karena melihatku yang tertidur sangat lelap maka dia mengurungkan niatnya. Aku mengerti dia tidak ingin menggangguku, tapi bukankah artinya dia dapat menyelinap ke kamarku kapan saja? Oy! Ayolah, kita ini sudah sama-sama dewasa, kau pikir bisa menyelinap ke kamar seorang pria begitu saja? Lalu saat sudah bangun dari tidur kalian pasti tau apa yang harus dilakukan, kan? Benar, mandi. Aku belum mandi semenjak aku tiba ke dunia ini, jadi aku butuh itu, tapi saat ku tanya dimana itu kamar mandi… “Kamar mandi? Apa itu semacam kolam yang digunakan kaisar atau raja untuk membersihkan tubuh mereka?” Begitulah yang dikatakan oleh Nyonya Merry. Dan sekarang disinilah aku, aku berada di bagian belakang rumah mereka, dan di depanku saat ini hanya ada sebuah pompa air, air akan perlahan keluar jika kita memompanya, lalu kita harus meletakkan air itu ke dalam wadah yang sudah kita sediakan. Baiklah, setidaknya air yang bisa digunakan untuk mandi sudah di dapatkan, tapi… benarkah aku harus mandi di tempat terbuka seperti ini?! Aku bisa melihat orang-orang desa berlalu Lalang dari tempatku duduk, mereka bahkan tersenyum untuk sekedar menyapaku, saat mandi… apa kalian pernah membalas lambaian tangan penduduk ke arah kalian? Tidak, kan. Apa Nyonya Merry, Rya dan Tuare juga melakukannya disini saat mereka mandi? Bukankah itu terlalu… “Ichigaya… ku dengar kau ingin mandi, apa kau butuh bantuan membawa ember itu ke dalam kamarmu?” Rya? Kenapa dia kesini? Apa dia juga ingin melihatku mandi seperti halnya orang-orang desa yang selalu melirik ke arahku saat kita berpapasan? Ya ampun… logika di dunia ini sungguh kacau. Tunggu dulu, Rya bilang untuk membawa ember airnya ke kamar, apa maksudnya itu? Apa aku boleh membawa ember air ini ke kamar? Aku tidak akan di marahi kalau lantai kamar menjadi basah karena penggunaan air ini, kan? Pokoknya mari kita ikuti dulu. Pikirkan ini, jika aku mandi di dalam kamarku sendiri setidaknya tak akan ada orang yang melihatku, jadi aku tidak perlu khawatir. “Tidak, biar aku saja yang membawanya ke kamarku. Tapi… apa aku boleh membawanya ke kamar? Aku khawatir membuat lantainya basah.” “Bukankah semua orang membasuh tubuh di dalam kamar mereka, lagipula membasuh tubuh dengan kain tidak akan sampai membuat lantainya basah kalau kau tidak menumpahkan airnya ke lantai.” “Begitu ya… kalau begitu baiklah, eh! apa yang kau maksud dengan membasuh tubuh?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD