Kalimat yang Keluar tanpa disadari

1594 Words
Cara terbaik untuk bertahan hidup adalah dengan menaikkan level, dengan begitu bar HP dan juga MP akan bertambah, Skill yang bisa dipakai pun akan semakin banyak. Saat ini aku adalah orang yang paling mengerti bagaimana cara dunia lain ini berjalan, aku tidak boleh menunggu sampai Champion lain juga mengerti cara kerjanya. Alasannya sangat sederhana, mereka yang saat ini ada disekitarku dulunya adalah seorang pejuang, ksatria, bahkan seorang pahlawan di kehidupan mereka, demi mendapatkan kedamaian yang mereka impikan, orang-orang ini berjuang keras untuk menjadi kuat, jika mereka paham bagaimana sistem permainan ini berjalan, maka mereka akan segera menaikkan level mereka dan aku akan berada jauh di bawah mereka. Inilah perbedaan antara aku dan mereka, mereka adalah Veteran, dan disini... Aku adalah seorang Noob Player. Hanya beberapa saat setelah Bathory menggunakan Skillnya, disusul dengan Oda Nobunaga yang juga tahu cara menggunakan Skill, Champion dengan gelar perlahan bermunculan, jumlahnya tidak banyak, itu hanya satu per empat dari kami semua. Kurasa begitu. Lu Bu - seorang pria dengan badan kekar dan tampang mengerikkan, rambutnya diikat karena meskipun dia laki-laki dia memiliki rambut yang panjang. Lu Bu, nama yang sering kudengar dalam lagenda Tiga Kerajaan, apa dia orangnya? Haha, sudah pasti dia orangnya. Dia bersenjatakan tombak yang lebih panjang dari ukuran tubuhnya, tak salah lagi, dia seorang Lancer. Dia mampu mengeluarkan api yang menyelimuti tombaknya, daya serangnya meningkat dengan Skill tersebut. Nakano Takeko - Orang jepang lainnya, selain Oda Nobunaga, aku juga cukup tau dengan perempuan ini, dia adalah sosok seorang samurai wanita yang hebat, dia memegang sebuah katana di tangannya, tebasannya mampu mengeluarkan bilah angin yang dapat memotong benda walaupun katana tersebut tidak menyentuhnya. Joan De Arc, nama yang tidak asing di telingaku. Nampaknya dia adalah orang suci yang kemudian difitnah lalu di bakar karena sebuah kesalah pahaman, disiksa dengan kejam membuatnya jatuh ke jalan iblis. Dari mana aku membaca cerita itu ya? Joan memegang sebuah tombak panjang seperti Lu Bu, tapi di tombaknya terdapat bendera berlambangkan singa. Joan juga pemegang senjata ungu, kemampuan yang ia tunjukkan adalah Non-elemental, skillnya sepertinya untuk memperkuat keberanian dalam hatinya. Aku tidak tau dengan Champion lainnya, karena Dewa Gradiolus hanya merasa salut tanpa menanyakan nama mereka, jadi aku tidak tau latar belakang seperti apa yang mereka punya. Aku hanya tau satu orang Champion dengan gelar lainnya.... Sinbad - Someone Who Loved by The Seas, dia memiliki sebuah pedang lengkung yang ia gantung di pinggulnya, selain pedang tersebut, dia juga menyembunyikan sebuah belati di sabuknya, belati tersebut dapat berubah menjadi sebuah kapal yang siap mengarungi samudra. Skill yang benar-benar cocok dengan Sinbad. Dengan begini keseimbangan di dalam game benar-benar sudah hancur, mereka seperti karakter berbayar di dalam sebuah game, dengan membawa beberapa kelebihan bersama mereka, sedangkan aku hanyalah karakter biasa. Ini adalah game yang benar-benar tidak ingin kumainkan, satu-satunya alasan aku ikut bermain adalah karena aku telah terjebak di dalamnya. Ini... Sama sekali tidak menyenangkan. “Aku sudah memberitahukan cara agar kalian dapat menggunakan kemampuan kalian, dengan begitu aku sudah seperti melatih kalian semua. Tapi... Rasanya sangat kurang kalau hanya memberikan landasan teoritis untuk itu, aku sama sekali tidak merasa seperti sedang melatih kalian.” “Kalau begitu... Bagaimana dengan melakukan sebuah praktek?” sambung Dewa Gradiolus dengan wajah yang bersemangat. Praktek? Apa yang dia maksud dengan praktek? Aku tau kalau praktek itu artinya mencoba teori dengan tindakan secara langsung. Tapi praktek yang Dewa Gradiolus maksud... Apa mungkin dia berniat untuk membuat kami menggunakan kekuatan kami untuk bertarung melawannya? “Aku ingin kalian menggunakan kemampuan yang kalian miliki dalam pertarungan secara langsung,” ujar Dewa Gradiolus. Sudah kuduga, tidak salah dia mendapatkan gelar sebagai seorang Dewa Perang, kurasa dia tidak akan puas sebelum melihat adanya sebuah pertempuran. “Di padang rumput yang saat ini kita pijak, tidak ada apapun yang dapat kita lihat selain hamparan rumput hijau ini saja, tak ada monster, naga, iblis atau apapun makhluk yang telah kau sebutkan di awal tadi.” Lu Bu? Dia angkat bicara tanpa kalimat yang menunjukkan kesopanan kepada Dewa Gradiolus, kalau di ingat-ingat, dia adalah orang yang berani menyela dan berbicar kasar pada Dewa Gradiolus sebelumnya, dia adalah orang yang membuat Dewa Gradiolus menampakkan tatapan kebencian untuk sesaat. Lu Bu, bahkan keberadaan Dewa yang agung pun dia abaikan. “Jadi ini saja yang bisa kusimpulkan, kau akan membiarkan kami bertarung satu sama lain, atau... kau akan menyuruh kami semua bertarung melawanmu,” sambung Lu Bu. Dewa Gradiolus memberikan tatapannya itu pada Lu Bu, untuk beberapa saat dia seperti memperhatikan Lu Bu, ntah apa yang dia katakan dalam hatinya, tapi aku merasa Dewa Gradiolus sedang tidak tahan dengan cara Lu Bu berbicara dengannya. Bagaimanapun juga dia adalah seorang Dewa, dia pasti ingin kami menghormatinya, dan yang terpenting... Menyadari dimana tempat kami berada. “Membuat kalian bertarung satu sama lain? Kurasa itu sangat tidak adil. Meskipun level kalian setara saat ini, tapi beberapa kalian sudah ada yang membangkitkan kemampuan kalian, dan kalian bisa menggunakannya secara bebas selama MP kalian tidak habis. Tapi bagaimana dengan mereka yang masih belum memiliki kemampuan? Ini seperti memberikan mereka siksaan secara fisik dan juga mental, kalian melukai mereka dengan kemampuan kalian, lalu mereka akan berpikir bahwa ini tidaklah adil karena mereka tidak memiliki kemampuan seperti halnya kalian.” Seperti yang dikatakan oleh Dewa Perang Gradiolus, ini akan menyebabkan luka mental bagi kami para Champion tanpa gelar. Tak peduli di dunia manapun itu, keberadaan orang-orang berbakat pasti menyakiti hati orang-orang biasa, kemampuan yang tidak mungkin pernah bisa setara akan menimbulkan perasaan iri, dan akhirnya perasaan itu akan melukai diri sendiri. Tapi jika Dewa Gradiolus tidak berniat membuat kami bertarung satu sama lain, itu artinya... “Aku juga tidak akan membuat kalian bertarung melawanku, jadi kalian tidak perlu merasa khawatir, lagipula dewa-dewa yang lain telah repot-repot memilih kalian sebagai Champion mereka, yah... Meskipun tujuannya untuk kenaikan pangkat mereka sebagai dewa yang lebih tinggi. Jika Champion mereka mati saat bertarung melawanku maka aku akan kena masalah dengan mereka.” Itu melegakan, daripada harus melawan seorang dewa, lebih masuk akal bila harus bertarung melawan Champion yang lain. Jika bukan Champion lain atau Dewa Gradiolus yang harus dilawan, lalu... Apakah itu? “Benar, seperti yang dikatakan oleh Tuan Lu Bu, dan kalian pun bisa melihat sendiri bahwa di padang rumput hijau ini tidak ada apapun selain rerumputan saja, tapi kalian tidak perlu risau perihal hal itu, karena disini ada aku, yang merupakan sosok seorang dewa. Aku bisa dengan mudah menciptakan sesuatu di tanah yang kosong ini, lagipula sejak awal akulah yang membuat tanah ini.” Araise! Begitulah mantra yang diucapkan oleh Dewa Gradiolus sebelum seekor binatang magis muncul di padang rumput yang kosong ini. Benar-benar sosok binatang yang tidak akan mungkin pernah bisa di jumpai di bumiku dulu, tapi bukan berarti aku tidak pernah melihatnya, binatang magis itu hampir sama dengan binatang magis yang pernah aku lihat dulu di dalam game ataupun anime, hanya saja... Binatang yang aku lihat saat ini lebih nyata. Sama halnya seperti saat dia memperlakukan Bathory, dia mengangkat telunjuknya untuk menahan atau mengendalikan binatang magis itu. “Tadinya aku ingin membuat kalian melawan makhluk ini, tapi... Kupikir ini akan teralu berlebihan, mengingat banyak dari kalian yang masih belum membangkitkan satu kemampuan kalian.” Seperti sedang menghempaskan tangannya, ntah bagaimana binatang magis yang di munculkan oleh Dewa Gradiolus hancur dan hanya terlihat darah berhamburan kemana-mana. “Jadi aku berniat mengubah latihannya,” imbuh Dewa Gradiolus. “Dewa Gradiolus, apa yang baru saja anda lakukan? Apa yang terjadi pada monster barusan... Andakah yang melakukannya?” ujar Sinbad dengan tatapan tajam mengarah pada Dewa Gradiolus. “Ah... (melihat pada darah monster yang berserakan di sampingnya), apa kalian tidak tahan dengan pemandangan yang baru saja kalian saksikan?” kata Dewa Gradiolus. “Dewa Gradiolus, sebelum kami dipanggil ke dunia ini, kami sudah terbiasa menyaksikan darah dan juga penderitaan, hal semacam itu bukanlah hal yang membuat kami tidak tahan,” jawab Sinbad. Mungkin benar kebanyakan dari kalian terbiasa, tapi aku... Rasanya seluruh isi perutku mau melompat keluar melihat pemandangan yang barusan. “Hal yang membuat saya tidak tahan adalah, walaupun dewa seperti anda bisa dengan mudah melenyapkan monster seperti yang baru saja kami lihat, kalian masih ingin membuat kami para manusia yang lebih lemah melawan monster tersebut. Bukankah kalian bisa saja pergi ke dunia lain itu, dan membereskan pertempuran dengan naga, iblis atau apalah itu? Bukankah itu jauh lebih mudah?” sambung Sinbad. Dewa Gradiolus menundukkan kepalanya, dia menyisir rambutnya yang berkilau bagaikan emas menggunakan tangannya, kemudian Dewa Gradiolus terlihat tertawa. “Hahahah... Benar, benar! Apa yang kau katakan tadi benar, wahai Champion dengan gelar. Jika kami yang turun di dunia yang penuh dengan kekacauan itu, masalahnya pasti bisa dengan mudah kami selesaikan.” Ya, bukankah lebih baik kalian para dewa yang melakukannya, daripada kalian harus merasa bosan duduk tenang di atas surga. “Tapi! Karena hal itu terlalu mudah, hal itu sama sekali tidak menarik. Memang apa salahnya jika dunia itu tetap kacau? Ini... Tidak ada hubungannya sama sekali dengan para dewa.” “Tak ada hubungannya anda bilang? Bukankah melindungi dunia dan mengawasinya adalah tugas para dewa? Lalu bagaimana anda bisa mengatakan bahwa itu tidak ada hubungannya dengan anda?” Semua mata tertuju ke arahku, aku tak mengerti kenapa mereka menatapku, termasuk Dewa Gradiolus. Apa yang baru saja aku lakukan? Dewa Gradiolus itu berjalan ke arahku dengan tatapannya yang terlihat sinis. “Champion tanpa gelar, muda, dan membawa sebuah palu dan gergaji di tangannya. Apa kelasmu? Dan bagaimana orang tanpa kemampuan sepertimu berani menyelaku saat bicara? Bahkan kau mencoba mengajariku tentang apa yang harus aku lakukan.” Eh? Apa yang dimaksud oleh Dewa Gradiolus? Apa aku mengatakan sesuatu tanpa sadar? Apa aku menyinggungnya secara tidak sengaja?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD