Seorang Messiah, diriku?

1736 Words
Selama mereka berdua pergi untuk menemui Tuan Bern aku harus mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan kemampuanku sendiri. Baiklah, aku akan memeriksa mereka, mungkin aku bukanlah seorang dokter, tapi saat ini orang sepertiku adalah orang yang paling bisa di andalkan oleh penduduk desa, aku harus melakukan semua yang aku bisa! Badan mereka panas, tidak seperti demam tinggi, tapi panas tubuh mereka terasa lebih tinggi. Dan bukan hanya anak ini saja yang suhunya sepanas ini, bahkan Ibu anak ini dan juga Kakek Tua Teemo juga demikian. “Tuare, apa kakakmu Rya juga mengalami gejala yang sama seperti ini saat dia sakit?” “Benar, Kakak juga awalnya jatuh pingsan tanpa sebab, dan tubuhnya sangat panas. Kurang lebih apa yang mereka alami sama dengan yang kakak alami, kita bisa menyimpulkan bahwa mereka terkena penyakit yang sama.” “Aku mengerti,” ujarku. “Kak Ichigaya, kau akan menyembuhkan mereka, bukan?” “Itu sudah pasti. Tapi… menyembuhkan mereka bukanlah solusinya, jika sekedar menyembuhkan saja itu mudah, yang harus kita lakukan adalah mencari tahu apa yang menyebabkan wabah ini menjangkiti desa, dan mencari solusi untuk menanganinya. Dengan begitu tidak akan ada lagi warga yang akan jatuh sakit secara tiba-tiba.” “Ichigaya… apakah akan semudah itu kita mencari sebab dari munculnya wabah ini?” tanya Rya. “Mungkin tidak akan semudah yang kita bicarakan, tapi kita harus tetap melakukannya walau sulit sekalipun, jika kita hanya berdiam diri saja, wabahnya akan terus berkelanjutan dan orang-orang desa tidak akan pernah bisa tenang dan menjalani hari-hari mereka seperti biasa.” “Ichigaya, maafkan aku… padahal kau adalah orang luar yang tidak ada sangkut pautnya dengan desa Nimiyan, tapi kau memikirkan keadaan warga disini padahal seharusnya itu tidak ada hubungannya denganmu.” Benar juga, kenapa aku harus melakukannya sejauh ini untuk mereka? Mereka bukanlah keluargaku ataupun orang penting yang harus kubantu dalam hidupku. “Aku… aku hanya ingin mereka tidak terpisah dengan keluarga mereka.” Rya dan Tuare tersenyum dengan wajah penuh haru, mungkin jawabanku telah menyentuh mereka. Jawaban itu keluar begitu saja, apakah itu adalah ketulusan hatiku untuk orang-orang ini, padahal aku adalah seorang yang anti-sosial, kenapa aku harus bertindak sejauh ini? Sejauh apapun tindakanku, selama itu bisa berguna untuk orang lain yang membutuhkan, aku tidak memerlukan alasan kenapa aku melakukannya. Saat ini adalah waktu bagiku untuk tidak hanya berdiam diri, dengan kekuatan yang kumiliki saat ini, aku pasti akan menyelamatkan semuanya. “Perfect Calculation!!!” Tidak ada yang terjadi, kupukir aku akan mengetahui gejala penyakit yang mereka derita dan cara untuk mengatasinya dengan menggunakan skill ini, kurasa skill ini hanya untuk meneliti bahan untuk membuat sesuatu, ini tidak bisa digunakan untuk menganalisa penyakit seseorang, lalu bagaimana aku akan mencari gejalanya? “Apa yang baru saja kau ucapkan Ichigaya?” “Oh! Baru saja aku menggunakan mantra sihir untuk menganalisa penyakit yang menjangkiti warga.” “Bagaimana? Apa kau sudah menemukan gejalanya?” dengan wajah bersemangat dan senyum yang menyimpan harapan Rya mengatakannya, tapi… “Aku tidak bisa menemukan gejalanya, aku masih belum menemukan akar masalah dari wabah yang menjangkiti desa saat ini, sayang sekali,” ucapku sambil menggelengkan kepala. “Begitu ya… kurasa kita harus sedikit bersabar, kau pernah bilang kalau ini bukanlah sesuatu yang bisa kita cari dengan mudah, perlahan kita pasti mendapatkan petunjuknya,” ujar Rya. Aku harus terus berpikir, skill yang kumiliki tidak bekerja pada manusia, melainkan hanya bekerja pada benda mati, barang dan juga alat. Itu adalah skill yang berguna untuk menganalisa bahan dan juga resep untuk membuatnya menjadi benda jadi. Benda… benda, itu dia! “Rya! Bisakah kau membawakanku sebuah selembar kertas dan juga sebuah jarum?” “Kak Ichigaya, apakah bros ku tidak apa-apa? Disini juga ada sebuah jarum,” jawab Tuare. “Kurasa itu tidak apa,” jawabku singkat. “Kalau begitu Rya, tolong carikan kertasnya!” “Baiklah! Aku akan kembali dengan segera, tunggu aku!” Dengan tangkas Rya mulai berlari keluar dan mencarikanku sebuah kertas. Ini… hanya sebuah pemikiranku saja, tapi kuharap ide ini akan berhasil. Sekarang bagaimana aku harus memilih siapa yang akan menjadi objek penelitianku? Ah… rasanya aku menjadi seorang scientist gila saat mengatakan untuk menggunakan manusia sebagai objek penelitianku. Aku berpikir untuk menusukkan jarum ke jari mereka agar aku mendapatkan sebuah sampel darah dari mereka. Biasanya virus itu menyebar dengan cepat melalui peredaran darah, jika aku meneteskannya keselembar kertas, maka darah tersebut akan menjadi sebuah benda mati, mungkin aku akan bisa menganalisanya setelah itu. Sekarang di hadapanku ada lima orang yang tengah terbaring tak sadarkan diri, satu adalah seorang pria yang sudah sangat tua, satu lagi pria paruh baya, dua lainnya adalah seorang anak-anak, dan yang terakhir adalah seorang wanita paruh baya yang merupakan ibu dari seorang penjaga gerbang bernama Lyod. Kurasa aku akan menusukkan jarumnya pada paman ini dan juga ibunya Tuan Lyod, aku merasa kasihan kalau harus melakukannya pada Kakek Teemo atau kedua anak-anak ini. Sekarang aku harus menunggu Rya kembali. “Kak Ichigaya… apa yang akan kau lakukan dengan sebuah jarum dan juga kertas?” “Aku berniat untuk mengambil sedikit darah dari mereka.” “Darah? Untuk apa kau mengambil darah mereka, apa kau seorang vampire?” ujar Tuare dengan wajah yang mulai cemas. Eh… aku tidak mengira dia malah akan berpikir seperti itu, tunggu… jadi di dunia ini juga ada vampire? Ah… benar juga, inikan adalah sebuah dunia Fantasy yang berbeda dari bumi, hal semacam vampire sudah pasti ada di dunia ini. “Aku adalah manusia, tidak perlu cemas, aku tidak meminum darah manusia, aku hanya ingin mempelajari darah dari orang yang terkena wabah, asal kau tau saja… sebuah virus akan menyerang tubuh manusia dengan cepat melalui aliran darah mereka.” “Virus? Apa itu virus?” ucap Tuare kebingungan. Ah… jadi orang di dunia ini tidak mengenali istilah virus, kurasa aku harus menjelaskannya dengan cara yang akan mudah di pahami oleh mereka. “Virus… virus adalah sebuah benda yang ukurannya sangat kecil, kau tau semut, kan?” Tuare menganggukkan kepalanya. “Nah, Virus itu ukurannya jauh lebih kecil lagi, sangat kecil bahkan sampai bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui celah yang ada pada jari kuku kita, virus akan menyebar dengan cepat melalui aliran darah manusia, dan jika seseorang sudah terserang oleh virus, kekuatan mereka mulai melemah dan akhirnya akan membuat mereka jatuh sakit.” “Jadi yang membuat kakakku sakit adalah Tuan Virus ini.” “Tepat sekali, dan saat ini kita harus memusnahkan semua virus yang sudah masuk ke dalam tubuh para warga, kita juga harus mencari sumbernya sehingga Tuan Virus tidak akan lagi dan mengganggu warga, kau mengerti kan, Tuare?” “Aku mengerti, mari pastikan kita memusnahkan Tuan Virus yang jahat ini.” Aku mengangguk dan tersenyum ke arah Tuare, dan entah kenapa dia jadi tersipu dengan wajahnya yang mulai merah merona. “Bu-bukan berarti itu karena aku memintamu untuk melakukannya bersamaku, ya. Aku melakukan ini hanya untuk membuat warga desa kembali sehat dan Tuan Virus meninggalkan desa dan tidak pernah datang lagi.” Ha… gadis yang tidak pernah mau jujur dengan perasaannya, tapi ntah kenapa melihatnya bertingkah seperti itu membuatnya terlihat imut. “Ichigaya! Ichigaya! Aku kembali dengan selembar kertas seperti yang kau minta.” Rya menyerahkan kertasnya padaku sambil membungkuk dengan sebelah tangannya menyentuh lutut kakinya dan nafas yang terengah-engah, sepertinya dia telah berlari dan berusaha sekuat yang ia mampu. “Terimakasih, Rya. Kau sudah berjuang sangat keras. Sekarang mari berjuang untuk menolong mereka Bersama!” Kedua gadis yang ada di dekatku itu tersenyum seraya mengangguk. “Rya… apa ini adalah sebuah kertas?” “Benar, itu adalah sebuah kertas, kenapa?” Rya terlihat bingung, apa dia bingung karena aku mengajukan pertanyaan aneh soal kertas ini? Aku juga cukup bingung, kertas di dunia ini sama sekali berbeda dengan kertas yang ada di duniaku, kertas ini teksturnya cukup keras dan saat kita melipatnya seratnya seperti retak, mungkin ini adalah kertas generasi pertama, bentuknya benar-benar menyerupai kulit pohon dan warnanya juga kecoklatan. Si4l, kertas ini pun cukup keras, aku butuh lebih banyak usaha untuk sekedar menyobeknya, mungkin lain kali aku harus membuat kertas yang lebih fleksibel. “Tuan Tamu! Kami sudah membawa Paman Bern ikut bersama kami, dan semua benda juga bahan yang telah anda sebutkan kami juga sudah membawanya.” “Nak, Eishi… apa yang terjadi? Aku diminta datang secepatnya dan kedua anak muda ini tidak memberi tahuku alasannya, karena mereka menyebutkan namamu, makanya aku datang.” “Tuan Bern, syukurlah anda juga sudah berada disini.” Pria Tua itu mendekatiku dan secara naluriah dia melihat pada lima warga desa yang sedang terbaring tak sadarkan diri di atas tumpukan jerami. “Apa mereka adalah warga yang baru-baru ini terjangkit wabah mematikan yang sudah menghantui desa?” “Paman Bern, Tuan Tamu bilang dia mampu menyembuhkan penyakit para warga yang terjangkit, dia sudah menyembuhkan Rya yang sudah terbaring lama, sekarang Rya sudah sehat dan bahkan mampu berkumpul lagi bersama kita,” ujar Lyod sambil menunjuk Rya dan berdiri di sampingnya. “Kau… kau adalah putri sulung Jerome, aku sudah lama tidak melihatmu atau mendengar kabar soal dirimu, jadi kau juga menderita sakit yang sudah banyak menjangkiti warga desa Nimiyan. Kau bersama dengan Nak Eishi, itu artinya…” pria tua itu lalu mengarahkan matanya padaku. “Nak Eishi, apa kau menggunakan potionnya pada Rya?” “Haha… ternyata memang seperti apa yang di katakan oleh Tuan Bern, Potion itu memiliki efek penyembuhan yang luar biasa, jadi kita benar-benar membuat sebuah High Potion. Hehe… tadinya aku hanya ingin melihat hasil kerja dari benda itu.” Pria Tua itu pasti marah, dia sudah melarangku untuk menunjukkan High Potion yang ku buat pada orang lain untuk mencegah kegemparan yang mungkin disebabkan oleh benda itu. “Sekarang semua orang yang ada disini juga akan tau, apa kau tidak khawatir jika rahasia ini sampai di dengar oleh kerajaan, kau tidak akan tau siapa di antara kami yang pada akhirnya akan membuat rahasia ini bocor, kau bisa terjebak dalam sebuah bahaya, kau sudah memperhitungkan resikonya dengan benar, kan?” “Rahasia? Rahasia apa yang anda bicarakan, Paman Bern,” ujar Lyod. “Semua yang ada di ruangan ini, kalian harus mendengarnya baik-baik. Dan jika kalian mempunyai rasa untuk mengucapkan terimakasih pada Tuan Eishi setelah ini dan merasa berhutang budi padanya, maka kalian harus menjaga hal ini tetap menjadi sebuah rahasia, apa kalian mengerti?” “Kami mengerti, Paman Bern!!!” Lyod, Torn, Tuare dan juga Rya menyerukannya secara bersamaan. “Dengar ini baik-baik. Tuan Eishi… sebenarnya dia adalah seorang Messiah yang di kirim oleh tuhan.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD