Sebuah Padang Rumput Pelatihan

1578 Words
“Uhukk Uhukk! Uhukk!” suara itu keluar dari mulutku bersamaan dengan air yang kira-kira sebanyak segelas, suara batuk itu bukan hanya terdengar dariku saja, bahkan aku mendengarnya dari tempat lain, dan tidak sedikit yang merasakannya. Tampaknya aku sudah dipindahkan ke tempat yang lain lagi, dan aku masih bersama mereka, aku tak tau alasan kenapa kami masih dipindahkan secara bersamaan di tempat yang juga sama. Saat aku melihat ke arah mereka, aku sadar bahwa mereka tidak jauh berbeda denganku, mereka sama-sama akan tersedak jika meneguk air terlalu banyak. Aku teringat bahwa aku baru saja tenggelam dalam lautan yang benar benar dalam, tapi saat aku tersadar aku merasa sangat familiar dengan tekstur yang saat ini menyentuh kulitku. Indra perasaku mengatakannya, ini adalah rumput, dan yang membentang di depanku adalah padang rumput yang bahkan tidak bisa dilihat dimana ujungnya, kira-kira apa yang akan kami lakukan di tempat ini? Aku tidak yakin ini adalah dunia yang dimaksudkan, tidak ada pegunungan, pepohonan, pedesaan, hanya sebuah padang rumput hijau sejauh mata memandang. Tak ada apapun yang spesial, hanya ada hembusan angin yang tenang dan sejuk, untuk beberapa saat itulah yang kupikirkan. Setelah aku berdiri dengan pakaianku yang basah kuyup sebuah angin kencang datang entah darimana. Perasaanku tidak enak, jika ada sesuatu yang tiba-tiba muncul tanpa adanya peringatan, mungkin ini semua perbuatan dewa, mungkin saja hembusan angin kencang yang datang secara tiba-tiba ini adalah pertanda kemunculan seorang dewa, begitulah yang aku pikirkan. Angin yang kulihat itu terlihat membawa serpihan rerumputan bersamanya, potongan rerumputan yang hijau itu lalu berkumpul di satu tempat, lalu muncul seseorang dari titik berkumpulnya rumput yang tadinya berterbangan. Tidak salah lagi, Dia adalah seorang dewa! “Selamat datang di tempatku, para tamuku sekalian!” ujar dewa yang berperawakan seperti manusia pada umumnya. Dia tidak tinggi dan tidak juga besar, ukurannya seperti manusia rata-rata. Dia juga tidak memiliki sebuah tanduk, sayap ataupun ekor, tak ada tambahan mata di dahinya, kulitnya pun tidak berwarna merah, hijau ataupun biru. Tak salah lagi, penampilannya itu sama seperti manusia pada umumnya. Ya! Yang membuatnya berbeda adalah kekuatan magis yang dia keluarkan, dengan kekuatan aneh seperti itu tidak salah lagi kalau menyebutnya sebagai makhluk non-manusia. “Wah... kalian semua benar-benar nampak seperti seorang ksatria, kalian memegang senjata di tangan kalian, dan kalian memancarkan bara api melalui mata kalian, tak salah lagi, beginilah seharusnya seorang ksatria.” “Ah! Maaf... Sepertinya aku malah terlalu banyak bicara sebelum menyebutkan namaku, maaf atas ketidaksopanan ini. Namaku adalah Gradiolus, seorang Dewa Perang. Beberapa orang di berbagai alam semesta terkadang mengenalku sebagai seorang Dewa Ksatria, pejuang, atau semacamnya. Tapi satu hal yang perlu kalian ketahui, aku... Hanya seorang dewa yang sangat gemar bertarung.” “Haha... Kalian jadi begitu waspada setelah mendengar bahwa aku adalah seorang dewa yang gemar bertarung. Para manusia, kalian tenang saja, kehadiranku menyambut kalian bukan untuk melakukan sebuah pertarungan, jadi lemaskan tangan kalian, tidak perlu mengepal atau menggenggam erat-erat senjata kalian.” Setelah Dewa yang menyebut namanya sebagai Dewa Gradiolus seorang Dewa Perang selesai bicara, aku benar-benar baru menyadari bahwa orang-orang yang berada disekitarku baru saja melemaskan tangannya dan mengendorkan genggamannya pada senjata mereka. Satu hal yang ada di dalam pikiranku, aku menganggap... Mungkin beginilah cara seorang pejuang dan ksatria berpikir, begitu ada sesuatu yang tiba-tiba muncul, mereka akan bersiaga. Hanya aku yang tidak merasakan ada bahaya apapun, jika aku terus bersikap seperti ini, mungkin aku tidak akan pernah merasakan kapan bahaya itu akan datang, kemungkinan aku mati terlebih dulu itu menjadi semakin besar. Aku tidak bisa menyalahkan kesi4lanku karena sudah terjebak dalam situasi ini. “Manusia sekalian, aku hanya datang untuk menyapa, dan... Melatih kalian menjadi seorang prajurit yang benar-benar siap dalam pertempuran kalian melawan takdir, itulah alasan kehadiranku kemari, daripada harus waspada, akan lebih baik jika kalian berterimakasih padaku, hahaha...” Para Dewa kerjaannya hanya tertawa seenak perut mereka, karena mereka adalah dewa, mungkin mereka tidak perlu merasa cemas, tidak sepertiku, aku disini sudah sangat khawatir sejak aku tiba, aku benar-benar tidak tau harus berbuat apa selain menggenggam kedua benda ini, palu dan gergaji. “Latihan? Latihan seperti apa yang kau maksud?” Mengejutkan! Siapa orang itu? Dia tidak ada basa-basi sama sekali, terlebih kalimat yang ia ujarkan untuk berbicara pada sang dewa tidak memperlihatkan kesopanan sedikitpun. Ah! Lirikan mata tajam yang ditunjukkan oleh sang Dewa padanya memancarkan aura membunuh yang sangat kuat. “Tentu saja latihan yang membuat kalian kuat dan latihan yang mampu membuat kalian mengerti dengan kemampuan kalian sendiri. Apa kalian berpikir bahwa diri kalian sama seperti diri kalian sebelumnya? Apa kalian tidak merasakan aliran kekuatan yang mengalir dalam tubuh kalian saat ini?” Dewa Gradiolus ini malah lebih mengejutkan, sesaat setelah menunjukkan ekspresi yang memancarkan kebencian, dia kembali tersenyum ramah dengan cepat. Dia... Bahaya! “Senjata yang kalian pegang saat ini merupakan anugerah dari dewa yang mengalirkan gelombang energi pada tubuh kalian, semakin kuat senjata kalian maka semakin banyak energi yang akan ditampung oleh tubuh kalian, tentu saja kalian semua tidak hanya akan menampung energi tersebut, kalian juga bisa melepaskannya.” Sebuah energi mengalir ke dalam tubuhku karena benda pemberian dari dewa, aku tidak merasakannya, aku merasa aku tidak jauh berbeda dari aku yang belum berpindah. Apa yang lainnya merasakan adanya aliran energi yang dimaksud? “Tapi apa kalian tau caranya melepas aliran energi tersebut? Tentunya tidak, karena itu aku disini untuk memberi tau caranya dan menjelaskan energi yang dimaksud se detail mungkin.” Setelah itu Dewa Perang Gradiolus menjelaskan secara detail apa yang dimaksud dengan aliran energi, dengan menjadi orang pilihan para dewa, manusia seperti kami sudah seperti manusia setengah dewa, kami mempunyai inti magis yang bisa membuat apa yang kami pikirkan menjadi kekuatan nyata melalui aliran energi ini. Setiap aliran energi di bedakan berdasarkan warnanya, warna-warna itu persis seperti warna pelangi yang menyelimuti setiap senjata yang di turunkan oleh Dewa Garileon. Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu. Senjataku... Ntah ini bisa dikatakan senjata atau tidak, tapi saat aku memilih senjata ini, senjata ini memiliki warna ungu yang menyelimuti di sekitarnya. Merah adalah energi yang berhubungan dengan api, siapapun orang yang memiliki senjata merah, mereka mampu mengeluarkan energi yang mereka tampung ke dalam bentuk api. Jingga, sinergi warna ini adalah dengan tanah, orang yang memiliki aliran energi warna jingga mampu membuat sebuah benteng tanah. Kuning, sinerginya dengan cahaya. Hijau, bersinergi dengan angin. Biru, mengubah aliran energi menjadi bongkahan es. Nila, membawa gelombang ombak. Dan ungu milikku... Dewa bilang kebanyakan orang dengan warna senjata ungu itu memiliki kekuatan yang berbeda-beda, ada yang dapat men-summon monster, ada yang mampu memperkuat fisik, ada yang mengubah fisik dan masih banyak hal lain yang bisa dilakukan oleh pemegang senjata ungu lainnya. Aku adalah seorang Crafter, kira-kira apa yang aku mampu? Aku tidak mengerti dengan kekuatanku sendiri, dibandingkan dengan mengatakan tidak mengerti, aku malah lebih suka mengatakan bahwa aku tidak bisa merasakannya. “Senjata yang kalian pegang itu bisa kalian sembunyikan dengan mengucapkan mantra, mantranya sangat sederhana, Hide untuk menyembunyikan, dan untuk membuatnya keluar kembali, kalian hanya tinggal mengatakan Summon Weapon. Maka bling! Senjata itu akan muncul kembali.” Sambil memberikan penjelasan, Dewa Gradiolus terus berjalan sambil memperhatikan orang-orang disekitarnya. Oh ya! Perempuan yang saat ini berada di dekat Dewa Gradiolus adalah perempuan yang sempat berdiri di sampingku di alam kita bertemu dengan Dewa Tertinggi Oldodeus, Perempuan dengan sabit raksasa. “Nona muda, bolehkah aku mengetahui namamu?” ujar Dewa Gradiolus. “Elizabeth Bathory,” jawab gadis itu dengan wajah yang datar. “Nona Bathory, tidak keberatan jika memberitahuku apa kelas yang kau dapatkan sebagai Champion?” tanya Dewa Gradiolus sambil mendekatkan wajahnya pada gadis dengan tatapan kosong dan wajah datar tersebut. “Assassins!” jawab Bathory dengan singkat. Seorang Champion dengan kelas Assassins, mengejutkan! Dalam permainan yang sering kumainkan di bumi, kelas Assassins digambarkan sebagai kelas pejuang yang melakukan pertempurannya secara sembunyi-sembunyi, Membunuh jenderal musuh dengan mengendap-endap, memiliki serangan paling mematikan, namun daya tempurnya rendah. “Nona Bathory, bisakah kau mengucapkan dua mantra yang telah kuajarkan? Pertama aku ingin kau menggunakan Hide.” “Hide!” tanpa berpikir panjang Bathory mengatakannya. Sungguh mengejutkan, sabit yang lebih besar dari badan perempuannya itu menghilang dalam sekejap seperti terserap ke dalam sesuatu. Dewa Perang Gradiolus mengangkat satu jarinya, Bathory juga bergerak secara tiba-tiba seperti sedang dikendalikan, dia mengankat sebelah tangannya, menampakkan sebuah tanda berwarna ungu seperti tatto di telapak tangannya. “Kalian semua pasti melihat tanda yang tiba-tiba terukir pada tangan Nona Bathory, sebenarnya di dalam tanda itulah senjata yang baru saja menghilang bersembunyi,” kata Dewa Gradiolus. Sang dewa melihat dengan seksama tandanya, lalu dia tersenyum. “Wah-wah... Tidak kusangka dia memiliki energi berwarna ungu, kekuatan non-elemen mengalir dari dalam tubuhnya, kira-kira apa yang mampu kau lakukan Nona Bathory? Apa kau akan mampu men-summon monster? Atau mempertkuat diri? Aku ingin tau kekuatan Non-elemen macam apa yang bisa kau kuasai.” “Manusia sekalian, beginilah cara kalian mengetahui kekuatan Champion yang lainnya, dengan melihat tanda yang ia miliki di tangannya, dengan begitu kalian pasti tau aliran energi apa yang mengalir dalam tubuh Champion itu. Warna selain ungu pasti akan mudah di kenali, karena selain warna ungu, semua energi yang dihasilkan adalah energi Elemental. Champion berwarna ungu adalah Champion paling diuntungkan karena kemampuannya masih samar dan sulit ditebak, kalian hanya bisa mengetahui kemampuan para Champion berwarna ungu hanya ketika kalian berhadapan langsung dengan mereka.” “Hide!” ujarku. Aku sungguh terkejut mengetahui bahwa palu dan juga gergaji yang aku pegang menghilang secara tiba-tiba, ini seperti aku mendadak bisa melakukan sebuah trik sulap. Dan saat aku melihat telapak tanganku, sebuah tatto sama sekali tidak muncul. “Nah Loh!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD