INAD 5

1483 Words
"Kyaa!! Dia anak yang tadi aku lihat di parkiran!" "Manis sekali..... Lihat bibirnya itu, persis seperti bayi." "Aku penasaran, bagaimana bisa dia semungil itu. Apa dia masih di bawah umur?" Qian mendengar bisikan-bisikan itu dengan jantung yang berdengup kencang. Genggamannya pada tangan Brian mengerat, namun efeknya malah membuat mereka semakin ribut di depan mereka. "Tenanglah kalian semua. Kalian hanya akan membuatnya takut jika terus begini." Brian mengambil alih keadaan, membuat anak-anak itu diam seketika dengan patuh. Melihat keadaan telah kondusif, akhirnya Brian mengalihkan perhatiannya lagi pada Qian yang berdiri begitu dekat di sampingnya. "Baiklah, perkenalkan namamu pada teman-teman barumu. Tidak apa, aku akan melindunginu," bisik Brian lembut. Qian mengangguk pelan, sedikit maju dengan menggigit bibirnya perlahan karena gugup dan sedikit takut. "Na, namaku Qian," sapa Qian perlahan. Suaranya terdengar kecil sekali, membuat para wanita itu sekali lagi, memekik kegemasan karenanya. Mendengar teriakan itu membuat Qian perlahan beringsut kearah Brian. Dia takut, suasana meriah ini sama seperti saat Qian disiksa oleh para manusia itu dulu. Matanya perlahan memerah. Val tidak ada disisinya, tidak ada yang bisa melindungi Qian jika manusia-manusia ini hendak mengurungnya lagi sekarang. Brian juga tidak membantu seperti janjinya tadi. Werewolf itu hanya diam, ketika dia sudah bergetar hebat saat ini. Mendengar suara isakan kecil dari si manis, Brian yang semula hanya diam segera berubah menjadi panik. Bisa dipotong Val dia jika sampai membuat takut Qian. Padahal ini adalah kelas terbaik, mereka juga tidak bisa disalahkan karena mereka hanya memekik karena terlalu gemas melihat Qian. Brian memegang pundak Qian lembut. Pertama, dia harus membuat Luna imut milik sahabatnya ini merasa aman di kelasnya saat ini. "Hey.... Jangan takut oke? Mereka semua baik. Lihatlah." Qian mengalihkan pandangannya pelan, membuat teman sekelasnya segera bungkam melihat wajah hendak menangis itu. "Sudah kubilang kan? Dia baru di kota ini. Dan dia tidak terbiasa berkomunikasi dengan orang lain. Sebelumnya dia selalu homeschooling, dan aku harap kalian tidak akan menjadi penyebab keluarnya Qian dari sekolah ini karena takut," tegas Brian. Para siswa itu mengangguk patuh. Iba juga melihat wajah mungil itu menangis karena takut terhadap mereka. Melihat tangis Qian perlahan reda, Brian akhirnya lega. Dia tersenyum manis sekali lagi, sebelum mengantar Qian untuk duduk dibangku yang telah disediakan. Anak itu duduk bersama seorang lelaki berambut coklat yang tersenyum ramah padanya. Dan untuk pertama kalinya, Qian membalas senyuman lelaki itu walaupun sangat kecil hingga hampir tidak tampak. "Nah, Aston. Bantu Qian jika dia kesulitan ya?" Lelaki bernama Aston itu mengangguk. Dia menjabat tangan Qian, dan setelah belajar, Qian balas menjabat dan mereka berkenalan satu sama lain. "Hai! Aku Aston Tiary. Kamu bisa memanggilku Aston, Qian!" Aston adalah anak yang sama mungil dengan Qian walau dia masih lebih tinggi beberapa centi. Wajahnya juga terlihat imut, walau setidaknya masih ada ciri anak remaja disana. "Qian...." Lagi-lagi Qian berucap pelan. Mata Aston yang hangat membuatnya sedikit tenang, dan mereka akhirnya duduk dan mulai membahas hal umum. Melihat Qian tidak segugup tadi, Brian akhirnya pergi dan guru pelajaranpun masuk. Qian memandang bingung guru perempuan yang tengah menjelaskan pelajaran di depan. Dia hanya diam sambil berkedip beberapa kali, menarik perhatian Aston yang semula sedang mencatat pelajaran. "Kamu tidak mencatat?" tanya Aston heran. Qian mengerejap bingung. "Mencatat itu apa?" tanyanya polos. Aston menepuk jidatnya dengan gaya berlebihan. Wajahnya menatap tidak percaya Qian yang masih bingung. Ah dia lupa, Qian katanya kan sedari kecil homeschooling. "Kamu dengarkan perjelasannya lalu kau menulisnya di bukumu. Untuk dipelajari lain kali. Apa tutormu dulu tidak mengajarimu itu?" "Tutor itu apa?" Mulut Aston mengap-mengap mendengar pertanyaan polos Qian. Dia pikir, Qian diam karena apa. Ternyata dia tidak mengerti apa pun toh. Yang menyekolahkannya di sini, jelas nekat sekali. Aston sampai bingung kenapa orang tua Qian bahkan sampai memperbolehkannya sekolah begini. Tapi tenang. Aston itu sabar. Dia tersenyum lalu kembali menjelaskan dengan perlahan. "Lupakan. Mana bukumu? Kamu ikuti saja apa yang aku lakukan," putus Aston pada akhirnya. Qian sekali lagi memandangnya bingung, membuat Aston mau tidak mau membuka tas yang dibawa Qian dengan tangannya sendiri. Tas itu bergambar anak anjing yang lucu dengan tiruan kuping yang menonjol. Aston bahkam sempat terkejut saat melihat merk tas Qian, pantas saja Qian homeschooling. Dia pasti anak orang kaya, pikir Aston. Buku yang dibawanya pun semua baru dan rapih. Semuanya tertata dengan baik, baik alat sekolahnya sekalipun. "Tidak apa aku membuka tasmu?" tanya Aston lagi. Qian mengangguk, aura teman barunya ini baik. Qian percaya padanya. Aston mengeluarkan satu buku dengan tempat pensil bergambar serigala dari tas Qian. Aston sempat berpikir berapa umur Qian sebenarnya, melihat peralatannya semua seperti anak kecil saja. Dia menyimpan bukunya di hadapan Qian, yang dibalas tatapan bingung oleh anak itu. "Ini, mulailah belajar. Kau akan cepat lupa jika tidak menulisnya di buku. Aku tidak tahu bagaima metode belajarmu dulu tapi di sekolah normal, kamu akan membutuhkan buku catatan" jelas Aston sabar. Qian mengngguk. Dia sempat ragu saat menggunakan pulpen seperti Aston. Dia bahkan belum pernah memakainya. Hanya pernah melihat seorang profesor menggunakannya dulu saat masih di pack. Namun sesaat setelah tinta keluar, Qian mulai bersemangat. Matanya berbinar, dan dia mulai meniru apa yang Aston lakukan. ***** "QIAN!!!!" Di saat bel baru berbunyi, dan siswa kelas A baru saja ingin mengerubungi Qian yang bangga dengan hasil tulisannya yang seperti anak kecil, pintu kelas dibuka menampakan Hera yang tampak bersemangat diikuti oleh Jake yang tersenyum kecil menghampiri Qian. "Kyaaa!! Wajah bingungmu itu menggemaskan sekali! Bagaimana hari pertamamu? Aish, Tuan Val kejam sekali memisahkan kita. Tidak ada yang membullymu di sini kan?" Hera menangkup pipi Qian gemas. Memandangnya dengan raut penuh kekhawatiran. Qian menggeleng pelan, membuat Hera menghela nafas lega lalu mengusak mencium pipi Qian yang memerah. "Syukurlah..... Kamu pasti lapar kan? Aku ke sini untuk mengajakmu pergi ke kantin." "Hei, jangan lupakan aku bodoh," gerutu Jake dari belakang. Anak itu mengusak rambut Qian pelan, menatapnya dengan tatapan yang lembut. "Sepertinya kau memang lebih aman berada di kelas ini Qian. Pasti Tuan Val yang mengaturnya untukmu," komentar Jake, matanya menatap lembut ke arah Aston. Yang menggembungkan pipinya melihat keberadaan Jake di depannya. Qian mengangguk setuju, lalu mengingat teman barunya yang sedari tadi membantu Qian saat berada di 'jam pelajaran'. "Hera, Hera." Qian menarik ujung baju Hera pelan. Menatap perempuan ini dengan mata bulatnya. "Dia temanku. Aston," ujar Qian memperkenalkan lelaki bawel yang banyak mengajarinya sebelum ini. Aston tersenyum gugup, membungkuk sedikit di hadapan Hera dan Jake. "Saya, maksudku, aku Aston. Teman sebangku Qian," sapa Aston gugup. Hera tersenyum manis, mengapit tangan Qian dengan erat. "Jaga Qian saat kami tidak bisa menjaganya ya? Dia adikku yang paling berharga" Suara riuh terdengar setelah itu. Hera berinisiatif mengajak Qian makan di kantin, dengan Aston dan Jake tanpa mempedulikan beberapa pasang mata yang selalu memperhatikan mereka. Aston berjalan dengan Qian di belakang Hera dan Jake. Yang asik berdebat mengenai apa yang harus mereka makan. "Kamu sungguh adiknya Kak Hera?" tanya Aston hati-hati. Qian memiringkan kepalanya bingung, lalu berpikir. Pack berarti keluarga. Hera sekarang satu pack dengannya. Jadi Hera adalah keluarganya. Qian mengangguk, membuat mata Aston lebih membola lagi. "Kamu adik seorang model terkenal dan vokalis band terkenal?! Pantas saja peralatanmu mahal begitu!" gemas Aston. Qian ingin membuka mulutnya, menanyakan apa itu model dan vokalis sebelum Hera meraih tangannya semangat. "Qian kamu mau pesan apa? Jake akan memesankannya untuk kita. Aston juga, katakan saja apa yang kamu inginkan! Jake yang traktir," ujar Hera seenaknya. "Hey! Kenapa jadi aku yang bayar?! Jika itu hanya untuk membayarkan Aston dan Qian sih aku tidak apa-apa. Tapi kau? Tidak akan pernah," balas Jake sewot. Anak manis teman baru Qian itu melotot. "Tidak usah repot-repot Kak," balasnya ketus sambil mengapit lengan Qian. Sebenarnya jika bukan karena Hera idolanya ada di sini, Aston malas sekali bertemu dengan si aneh Jake. Dia boleh dipuja banyak orang. Namun tidak untuk Aston. Dia malas berurusan dengan orang aneh. Pria mana yang mengakui bahwa Aston pasangan sehidup sematinya dihari pertama mereka bertemu? Aston bahkan tidak mengenal Jake jika bukan karena dia senang menonton televisi. Apalagi tatapan lembut itu. Aston risih melihatnya. Jadi dia menarik Qian untuk pergi ke arah daftar menu. Meninggalkan Jake yang tersenyum maklum. Yah, bagaimanapun matenya itu manusia biasa. Walau dengan kadar keimutan yang membuatnya gemas. Saat melihat menu bergambar daging di daftar, dengan semangat Qian segera menunjuknya. Qian suka daging, itu makanan favoritnya sejak dulu. Hera memekik gemas ketika melihat Qian makan dengan semangatnya. Jake mengelus kepala Qian lembut, lalu ingin mengelus kepala Aston jika saja anak itu tidak menghindar. Menatapnya dengan tatapan nyalang yang terlihat lucu di mata orang. Membuat seluruh penghuni kantin mengigit baju gemas. Yang satu manja seperti kucing kecil. Dan yang satu lucu seperti kucing yang baru memiliki cakar. Sangar tapi lucu. Hera dan Jake, mereka berdua adalah orang yang tidak tersentuh di sekolah. Dan kini tengah memberikan perhatian spesial pada anak baru sekolah mereka. Apapun hubungan mereka, tidak ada yang tahu. Bahwa beberapa pasangan mata menatap benci Qian yang tengah nyaman diusap kepalanya oleh Hera. To be continued.......   Silahkan tekan love sebagai bentuk dukungan untuk Saya^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD