Bab 8 Di Kantin

1071 Words
"Aku tak akan pernah menikah! Dan tak mau menikah! Tak peduli ancaman seperti apa yang ia berikan padaku! Ini sudah keterlaluan! Menikah adalah hak privasiku! Hak satu-satunya yang tak akan aku serahkan pada siapa pun! Jika aku harus berperang bisnis dengannya, maka aku akan meladeninya!" Dan telepon pun ditutup tanpa peringatan. Teruo menghela napas lelah, kening bertaut. "Apa itu cucuku, Satomi?" "Shimazaki-sama?!" Ia berbalik menatap kakek Satomi memasuki ruangan. Lelaki tua itu berjalan pelan dengan penuh wibawa mengggunakan tongkat berjalannya yang terbuat dari kayu terbaik dan termahal dunia. Kontras dengan pakaian kasual yang selalu dipakainya, meski ia sanggup membeli banyak barang mewah dan mahal, ia lebih suka memakai pakaian yang nyaman. Ini salah satu yang membuat Teruo kagum pada tuannya. "Bagaimana reaksinya?" "Dia marah besar. Hah...." "Sesuai dugaanku," ia mengelus dagunya, berpikir dengan mata menerawang jauh. "Lalu?" tanya Teruo cemas. "Apa sebaiknya kita merancang ide untuk membuatnya hamil di luar nikah? Bukankah banyak yang menikah setelah terjadi kecelakaan?' "SHIMAZAKI-SAMA!" "Kenapa? Itu ide yang luar biasa, bukan?" "Anda masih belum mengerti watak cucu anda rupanya! Satomi-san akan memelihara anak itu sendiri, meski harus menjadi ibu tunggal!" Kedua bola mata sang kakek membulat, membeku sesaat kemudia ekspresi wajahnya mengeras. "Kalau begitu kita tekan perusahaannya saja. Ancam dengan 'anak kesayangannya' itu. Buat dia bangkrut!" "A-apa? Anda yakin? Kita masih bisa memikirkan hal lain, Shimazaki-sama" "Oh, ya? Seperti apa contohnya?" ia menyipitkan mata, skeptis. "Eng... Itu... itu..." Teruo salah tingkah, menundukkan kepalanya seraya menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Suruh dapertemen utama Shimazaki Group merebut klien terbesarnya saat ini. Lalu buat rekan bisnisnya yang lain bangkrut!" "I-itu berlebihan jika harus menyeret banyak pihak dalam urusan perjodohan Satomi!" Terou nyaris memekik, tak percaya tuannya akan melakukan berbagai cara agar cucunya menikah. "Aku tidak peduli! Cucuku adalah hal yang paling utama dan penting dibandingkan siapa pun! Kau mau membuatku malu menghadap kedua orangtuanya di atas sana?" suaranya menggelar hebat di ujung kalimat, tongkatnya dihentakkan ke lantai. "Ma-maafkan saya, tuan!" Teruo membungkuk meminta maaf. *** Di kantin, pada jam istirahat. Masih pada hari yang sama. Beberapa karyawan perempuan duduk berkumpul di sudut ruangan. Mereka tertawa keras sesekali. Sibuk bergosip membahas sesuatu secara berbisik. "Kudengar, gosip perjodohannya bahkan sudah keluar perusahaan," ucap perempuan gemuk dengan rambut keriting sebahu, ia tampak antusias membahas tentang Satomi dibandingkan 6 karyawan lainnya di meja panjang itu. "Apa gosip ini bisa dipastikan kebenerannya? Dia, kan, lesb*an. Mana bisa menikah!" ledek perempuan bermuka lonjong, lalu tertawa dengan suara aneh nyaris seperti babi keluar dari mulutnya. "Kau benar! Apa ini gosip yang dibuatnya sendiri agar menghapus status lesb*annya? Kudengar, meski para rekan bisnisnya mendengar kelainan yang dimiliki perempuan itu, mereka tetap menjalin kerjasama karena otaknya yang encer! Mungkin ia ingin membuat rekan bisnisnya merasa nyaman dan tenang berinvestasi padanya," sahut perempuan paling cantik di meja itu, ia menyampirkan rambut hitam panjangnya, berpikiri seraya menyeruput minuman dinginnya. "Oh! Kau memang pintar, Chie! Tidak salah kami berteman denganmu!" puji si rambut keriting, yang lain mengangguk setuju. Dari jauh, Ryuhei berjalan menuju salah satu meja yang kosong tak jauh dari mereka. Ia meletakkan nampan makannya dengan hati-hati, seraya kupingnya menegang mendengat nama Satomi terdengar dari meja tukang gosip itu. Ekspresinya mengeras. Sumpitnya digenggam nyaris patah. "Jadi kau perrnah melihat tubuh Shimazaki-san?" si rambut keriting menjadi penasaran gila. "Ya! Aku pernah melihatnya tidak sengaja saat sedang di ruang ganti ketika acara hari peringatan olahraga nasional perusahaan! Di bagian ini, bagian bawah perutnya sangat aneh!" perempuan berambut pendek bob dengan muka genit yang manis itu meletakkan tangan kanannya pada bagian bawah perutnya, tepat di bawah pusar. "Menurut kalian itu apa?" matanya tertawa menyimpan rahasia. "Apa? Apa?" desak mereka nyaris bersamaan. Dengan wajah menahan jawaban yang membuat mereka mengerutkan kening, ia pun mengatakan hal ini dengan suara serendah mungkin, "yang aku tahu, itu seperti bekas perempuan yang telah melahirkan!" Mereka yang mendengar ini menjadi tercengang. "Apa dia punya anak di luar nikah?" celutuk si permpuan paling pintar dengan nada suara biasa, ia terlihat berpikir dengan mimik wajah bingung. Para penggosip itu melakukan gerakan telunjuk ditempel pada bibir, menyuruhnya diam, "Sshh!" desis mereka secara bersamaan. "Apa? Oh, maaf!" ia yang semula melempar pandangan bersalah, sudut matanya tiba-tiba menangkap sosok familiar di meja tak jauh darinya. Bibirnya tersenyum lebar. "Kau melihat siapa, sih?" salah satu dari mereka berbalik menghadap Ryuhei yang tengah menyantap makanannya, beberapa rekan kerja pria Ryuhei tampak datang untuk ikut makan di meja itu. "Ooohh... dia memang lelaki yang bikin jiwa semua perempuan menjerit." "Araki Ryuhei, ya?" si rambut keriting menegaskan topik baru mereka, matanya ikut melirik ke arah meja lelaki itu. "Dia sosok sempurna dan idaman semua wanita di perusahaan ini. Dia baik, pintar, suka menolong, senyumnya juga tak pelit. Tubuhnya aduhai pula! Wanita beruntung mana yang mendapatkannya, sih? Aku jadi iri...." si pemilik tawa aneh melengos pasrah, sadar ia bukan selera lelaki tampan itu. "Di antara kita semua, kurasa hanya Chie yang pantas bersanding dengannya!" seru si rambut keriting dengan penuh semangat. "Ah! Apa iya? Dia, kan, terlalu sempurna!" Chie terlihat malu-malu, lalu segera membuka tas genggamnya dan mengoleskan lipstik secara sembunyi-sembunyi dari pandangan umum. Mereka yang ada di meja itu tertawa seru. Memberikan semangat dan dukungan pada Chie agar maju menyatakan cinta pada lelaki populer itu. "Kau pasti bisa, Chie! Araki-san tak pernah terlihat jalan bersama perempuan mana pun, Juga membahas wanita dari mulutnya." "Hei! Dia tidak gay, kan?" si rambut keriting tampak kembali antusias. "Jangan bicara sembarangan tentang pangeran departemen kami!" tegur si rambut bob, ia terlihat kesal. "Ryuhei-kun itu normal! Aku pernah melihat ia dipinjami video p*rno oleh teman meja sebelahnya!" "Tapi, kan, kita tidak tahu kalau dia menontonnya atau tidak? Menonton video seperti itu bukan jaminan lelaki itu bukan gay, kan? Sayang sekali kalau ia adalah seorang gay. Hah..." ucap si pemilik tawa aneh, helaan napasnya panjang dan terdengar sedih. "Bukan hanya itu! Tapi, rahasiakan, ya, ini dari siapa pun!" tambah si rambut bob dengan wajah serius. "Oh, ya? Apa? Apa?" Mereka semua maju mendekat ke kursi perempuan berambut bob itu. "Cepat katakan! Apa yang kau ketahui, Mei!" hidung si rambut keriting kembang kempis oleh rasa penasaran yang menggelitiknya. ---------------- Halo! Nat-chan di sini!^^ Mulai 13 Maret 2020, novel ini hiatus sampai bulan Desember 2020! Masih lama updatenya! Skip saja! Silahkan baca yang lainnya dulu! Abaikan saja cerita ini! ------------ STATUS: HIATUS TANPA BATAS WAKTU YANG TAK DIKETAHUI DEMI ALASAN KESEHATAN AUTHOR. TAPI, AKAN DIUSAHAKAN GRATIS SAMPAI TAMAT JIKA KEMBALI UPDATE. MOHON MAAF BAGI YANG SUDAH MENUNGGU LAMA. AKAN UPDATE SESEKALI JIKA MEMANG ADA KESEMPATAN.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD