Bab 2 - Donor Mata

1006 Words
Bab 2 - Donor Mata        "Tidak ada yang tahu apa maksud semuanya." ****        Keira duduk menunggu aba-aba Dokter yang akan membuka perban di matanya. Kakaknya Keylo tetap berada di sisi sang adik. Begitupun dengan ayahnya yang kondisinya sudah mulai sedikit membaik. Mereka semua cemas takut-takut operasi yang dilakukan perempuan kesayangan dikeluarga mereka gagal.      "Keira ... Saya akan membuka perbannya perlahan-lahan. Kamu rileks saja ya," ucap Sang Dokter memecahkan suasana di ruang tersebut. Dengan di sampingi suster di sampingnya untuk membantu Dokter tersebut.      "Dok apa Saya bisa melihat lagi seperti sebelumnya? Apa operasi ini bisa gagal atau–"     "Kei...." Keylo memotong pembicaraan Keira yang banyak menorehkan pertanyaan. Bukan maksud apa hanya saja Keylo tahu perasaan Keira. Sedangkan sang Dokter hanya tersenyum.     "Tidak apa-apa Mas Keylo wajar Keira bertanya seperti Itu mungkin dia terlalu takut seperti sebelumnya," ucap sang Dokter kepada Keylo. Pandangan matanya beralih lagi ke Keira, "Semoga saja semuanya lancar ya, Keira. Kamu bisa sambil berdoa di dalam hati." Keira hanya mengangguk walaupun hatinya sebenarnya gugup dia takut kalau saja kebutaannnya Itu permanen.      "Sudah siap, Kei?" tanya sang Dokter kepada Keira.     "Iya." Hanya jawaban singkat yang terlontar di bibir manis Keira. Dokter kemudian perlahan-lahan membuka perban yang berada di mata Keira. Beberapa saat kemudian perban Itu sudah terbuka kemudian Dokter memberikannya ke suster yang mendampinginya.     "Keira coba buka mata kamu pelan-pelan," ucap sang Dokter memberikan instruksi kepada Keira. Keira mengangguk lalu membuka matanya perlahan-lahan. Buram pandangannya Masih mengabur dia melihat semua orang yang berada di sekelilingnya tapi pandangannya Masih sangat kabur saat ini.     "Gimana, Keira?" tanya sang Dokter melihat serius ke arah Keira. Keylo dan sang Ayah memandang Keira pun sama cemasnya. Keira hanya diam saja apa Itu artinya operasinya gagal.    "Kei? Kamu denger Dokternya 'kan? Gimana kamu bisa lihat 'kan?" tanya Keylo.      "Buram. Semua yang aku lihat buram kenapa enggak bisa jelas...." Keira akhirnya mengeluarkan suaranya kepalanya Masih menengok ke kanan kiri semuanya Masih buram dia belum bisa melihat semuanya dengan jelas.     "Dok, kenapa Saya Masih belum bisa lihat semuanya dengan jelas...." Keira berkata dengan suaranya yang bergetar.    "Dok ini gimana! Gimana Saya kenapa belum bisa lihat juga! Saya enggak mau buta ya dok! Dokter Saya enggak mau butaaaaaa," teriak Keira.      "Stop, Kei. Kamu sabar dulu enggak usah kayak gini."    "Sus...." Dokter memerintahkan sister untuk mengambil suntikan penenang supaya Keira tenang. Seketika Keira pun tertidur karena efek suntikan tersebut.    "Dok kenapa adik Saya belum bisa lihat juga? Apa donor matanya gagal? Atau gimana?"    "Tenang, Mas Keylo hal ini biasa bagi orang-orang yang operasi donor mata. Ada yang langsung bisa melihat, ada yang butub berhari-hari atau berminggu-minggu untuk penglihatan Itu jelas."     "Tapi, sampai kapan, Dok. Kalau adek Saya kayak gini terus yang ada dia Akan semakin menjadi, Dok."    "Tenang saja, Mas Keylo. Saya tahu ini tidak akan lama. Kita berdoa saja semoga Keira bisa melihat lagi seperti dulu."     "Baik kalau begitu Dok. Terimakasih atas bantuannya."    "Sama-sama Saya permisi dulu ya, Mas. Pak." Dokter Itu pamit diikuti suster di belakangnya membiarkan Keira istirahat sejenak. Keylo sudah terpukul kehilangan sang Ibu yang sangat jarang dia temui. Belum lagi ayahnya yang lumpuh dan adiknya yang tervonis buta. Dalam hati dia berdoa semoga saja penglihatan Keira bisa pulih kembali.     "Maafin, Papa ya, Nak. Gara-gara Papa kamu jadi kayak gini. Papa sayang kamu, Kei. Papa memang enggak becus jadi papa yang baik buat kamu," ucap sang papa menyesal. Selama ini putrinya kurang kasih sayang antara dirinya dan sang istri. Dia hanya memikirkan kerjaan agar hidupnya tetap lebih baik dan melupakan sang anak yang membutuhkan perhatian darinya. Dia juga lupa dengan istrinya yang selalu berbicara sendiri dan menganggap istrinya pun Gila. Semua salahnya tidak becus menjadi kepala keluarga seandainya saja ini tidak karena ulahnya pasti keluarganya Akan tetap baik-baik saja.     "Papa enggak usah salahin diri papa. Ini semua sudah jadi takdir dari yang maha kuasa, Pa. Kita hanya bisa berdoa semoga sama Keira bisa lihat lagi dan Mama bisa tenang di alamnya," ucap Keylo dia mendorong kursi roda Papanya mendekat ke arah Keira.     "Semoga kamu bisa melihat lagi ya, dek. Maafin Kita yang selalu mengabaikan kamu padahal kamu butuh Kita," ucap sang Kakak mengelus rambut pirang sang adik.     "Papa aku anterin pulang ya, papa butub istirahat di rumah," ucap Keylo menyuruh sang Papa pulang dengan diantar supir baru mereka. Supir lama mereka yang sudah membuat mereka kecelakaan akhirnya sudah di tangkap polisi. Akibat kelalaian sang Supir yang menyetir sambil mengantuk membuat keadaan mereka jadi seperti ini. Tapi, biarlah supirnya sudah mendapat hukuman oleh pihak yang berwajib.     "Papa di sini aja sama kamu jagain Keira."     "Tapi, papa harus istirahat, Pa."     "Enggak apa-apa. Papa di sini aja jagain kalian." Keylo akhirnya mengalah menuruti perintah sang Papa.      "Papa enggak becus ya jaga keluarga," ucap Papanya tiba-tiba setelah hening beberapa saat.     "Papa kenapa ngomong gitu?" tanya Keylo melihat  lurus ke arah Papanya.    "Papa udah Gila kerja sampai lupa dengan keluarga. Papa nyesel sekarang, Key," ucap Papanya dengan raut sedih yang tergambar di wajahnya. Melihat putri bungsunya tidur dengan tenang.    "Papa enggak boleh ngomong gitu, Pa. Ini semua 'kan udah kehendak yang maha kuasa."    "Tapi, Papa nyesel banget Key. Mama kamu sudah pergi meninggalkan Kita dan Keira hampir saja buta karena papa memaksa dia untuk ikut Papa."    "Sudahlah, Pa. Semua sudah terjadi sekarang papa istirahat Aja. Biar Keylo yang jagain Keira dan Papa enggak boleh mikir capek-capek ya." Keylo mendorong kursi roda sang Ayah untuk tertidur di sofa besar di ruang rawat mereka. Setelah Itu meletakkan selimut hingga menutupi d**a sang papa.     "Papa istirahat Aja, tenangin pikiran Papa Kita semua Akan baik-baik saja, Pa," pesan Keylo kepada sang Ayah. Kemudian Papanya mengangguk dan memejamkan matanya. Keylo bangkit lagi mendekat ke arah tempat duduk sang adik, mengelus kepala adik perempuannya.    "Semoga cepet sembuh ya, dek Kakak akan selalu jagain kamu sekarang enggak Akan Kakak tinggalin kamu lagi karena keegoisan Kakak." Setelah mengucapkan Itu Keylo meletakkan kepalanya di tangan sang adik dia ingin memejamkan matanya sejenak karena rasanya kantuknya yang datang.     Tidak ada yang bisa mengubah takdir. Kecelakaan memang bisa dihindari hanya saja ini sudah ketentuan yang maha kuasa disetiap musibah yang hadir pasti ada hikmah di dalamnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD