Twilight with Khasaki-4th Our

2102 Words
Khasaki mengetuk pintu kamar Kayana, sekarang pukul 16.45 yang artinya lima belas menit lagi Khasaki juga Kayana harus berada di Pantai. Kayana menurut saat Khasaki melarangnya untuk pergi ke pantai lagi, meski dengan hati yang menggondok. Tak lama Kayana keluar, Khasaki terdiam sesaat. Netra nya menatap Kayana dari bawah hingga ke atas. "Sederhana, kau terlihat begitu cantik, Kay-chan" puji Khasaki tulus, dia memang menyukai gadis sederhana dan tidak sok cantik. "Terima kasih, Khasaki-kun. Kau juga terlihat begitu tampan, apalagi dengan kacamata itu" Kayana menunjuk Kacamata yang tengah dipakai oleh Khasaki. "Oh, kau juga menguncir rambutmu, wah, wah, Khasaki-kun, ketampananmu jadi berlipat-lipat sekarang." Khasaki mencubit hidung Kayana dengan gemas. "Sejak kapan gadis ini pandai menggombal, hm?" "Entahlah" jawab Kayana seraya mengangkat kedua bahunya. Mereka terkekeh dan berjalan keluar penginapan. Senja menyambut pasangan kekasih itu, Khasaki merangkul bahu Kayana. Di dekat Khasaki, Kayana merasa begitu nyaman. Dia merasa Khasaki begitu menyayangi dan melindunginya. Tatapan tajam Khasaki seolah mengisyaratkan ancaman bagi siapapun yang menatap Kayana dengan tatapan penuh ketertarikan. "Banyak sekali yang melihat ke arahmu, Kay-chan" "Jangan hiraukan mereka, Khasaki-kun. Aku milikmu." Khasaki menunduk, menatap wajah Kayana yang tengah tersenyum. "Hm, kau memang milik ku, dan sampai kapanpun akan selalu menjadi milikku, Kay-chan" Gadis yang saat ini menggelung rambutnya itu mengangguk saja, meski dalam hati dia tentu saja tidak yakin. Besok adalah hari terakhir Kayana berada di Japan, setelah itu dia akan kembali ke Realita lagi. Meski sebenarnya, Kayana tidak ingin. Dia lebih bahagia di dunia fantasi ini, sungguh. Kayana hanya mengenakan celana pendek dan juga long outer tipis. Rambutnya yang digelung menyisakan helai-helai tipis juga poni didepan, tak lupa sama seperti Khasaki, Kayana pun turut memakai kacamata. Sementara Khasaki sendiri hanya mengenakan celana selutut dan juga kemeja lengan pendek tipis, dua kancing atas terbuka, rambut di kuncir juga memakai kaca mata. Benar-benar pasangan yang sederhana dan modis. "Kay-chan, lain kali kita harus datang ke pantai ini lagi, hanya berdua." "Yah, kalau kau tidak sibuk saja, Khasaki-kun. Karena setahuku, kau manusia paling sibuk yang pernah aku temui." Khasaki tertawa ringan mendengar ucapan Kayana, "Hei, aku tidak sesibuk itu." "Aku tidak akan mendebat lagi, Khasaki-kun" Langkah kaki mereka memasuki tenda yang didirikan untuk stand bbq, sudah ada beberapa orang yang berdiri di depan tempat memanggang. Aroma ikan bakar langsung tercium, wanginya begitu menggoda. Para gadis yang tengah tertawa bersama datang menghampiri Kayana. "Hai, Kay-chan. Apa kau sudah baikan?" tanya salah satu dari mereka, rambutnya dipotong pendek menyerupai Kinara. "Tentu, aku sudah beristirahat seharian dan melewatkan hal seru bersama kalian" jawab Kayana dengan santai. "Sayang sekali, padahal kami banyak melakukan hal-hal seru. Tapi tenang saja, kami akan mengajakmu juga sekarang" timpal gadis satu nya lagi, dia mengepang rambut panjangnya. “Ayo, ikut kami” Khasaki tidak bisa menahan saat gadisnya ditarik paksa oleh para gadis itu, dia hanya bisa menatap seraya tersenyum tipis. Semoga Kayana tidak canggung bermain dengan mereka, secara hanya Kayana sendiri yang bukan orang Japan asli. Dan Khasaki tau itu. Netra dia tak sengaja menatap Ko Haru yang tengah membakar ikan, disini peraturannya, siapa yang ingin makan dia harus membakar ikan sendiri. Ada lima tempat memanggang disana, dan semuanya sudah terisi. Khasaki berjalan mendekat, berdiri di samping Haru. Mereka punya tinggi yang sama. “Dua ikan hanya untuk diri sendiri?" celetuk Khasaki tiba-tiba. "Bukan urusanmu, enyahlah." "Bukankah kita tidak ada masalah, Haru-san? Tapi kenapa aku merasa kau menjauh dariku?" Haru menatap Khasaki, "Memangnya aku harus apa? Menempel padamu setiap saat? Maaf, aku masih normal, Khasaki-san" Khasaki hendak mendebat, tapi urung. Kalau meladeni Haru, maka tidak akan ada habisnya. Sekarang apa yang harus mereka bicarakan agar tidak canggung? “Haru-san” panggil Khasaki lagi, Haru yang masih sibuk membakar ikan hanya berdehem. "Sepertinya kau dekat dengan Kay-chan. Kalian ada hubungan apa sebenarnya?" Bukankah seharusnya Khasaki tidak membuat keadaan semakin canggung? Haru membuang nafas kasar, dia menatap Khasaki dengan intens. "Tidak ada hubungan apa-apa, Khasaki-san. Aku dan dia hanya sebatas teman dan kenal karena dia adalah kekasihmu, benar?" “Dia memang kekasihku, Haru-san. Aku tidak tau ucapanmu itu benar adanya atau hanya kebohongan belaka, yang pasti aku tidak akan membiarkan siapapun mendekati Kay-chan. Dia adalah milikku." Haru terkekeh sinis. "Milikmu, begitu ya.. ya, ya, dia memang milikmu, Khasaki-san. Tapi asal kau tau, dia tidak begitu nyaman berpacaran denganmu." Haru terpancing, dia muak dengan omong kosong Khasaki. Pemuda itu tau betul siapa Na Khasaki sebenarnya. "Apa maksudmu dengan berbicara seperti itu, Haru-san?!" "Hei! Jangan bertengkar disini!" lerai salah satu teman mereka yang juga tengah membakar ikan. Tapi Haru dan Khasaki sudah tidak peduli, mereka meneruskan perdebatannya. "Kesibukan mu yang membuat Kayana merasa terabaikan, Khasaki-san." Haru kembali sibuk dengan ikan bakarnya yang hampir matang. "Kau yang terlalu sibuk dengan bola dan latihan sampai mengabaikan keberadaan Kayana. Dia membutuhkanmu sama seperti pasangan-pasangan lain. Apa kau pernah tau keluh kesahnya? Apa kau pernah mengerti apa yang selama ini dia rasakan? Atau bahkan, apa kau pernah mengantar dia hanya untuk membeli baju di butik?" Khasaki terdiam di tempatnya, ucapan yang dilontarkan oleh Ko Haru menampar keras kesadaran pemuda berambut panjang itu. Apa benar selama ini Kayana hanya pura-pura bahagia saat bersamanya? Haru tak peduli, Khasaki harus tau sekarang apa yang sebenarnya dirasakan oleh Kayana karena mulai hari ini dirinya dan Kayana resmi putus dan kemungkinan besar Kayana juga akan berhenti membutuhkan Haru lagi. "Satu lagi, Khasaki-san. Aku tidak akan mengatakan ini kepada Kayana kalau beberapa hari yang lalu kau pergi menonton bioskop dengan Aiko dan beralasan ke Kayana kalau kau akan pergi latihan" "Tutup mulutmu, Haru-san!" Haru mengangkat ikan bakarnya dengan tenang, memindahkan makanan nya ke atas piring serta menuang sambal diatasnya. Netra Haru menatap Khasaki yang tengah berapi-api di depannya, pemuda itu menaikan sudut bibirnya. "Jaga Kayana atau akan ada seseorang yang akan mengambil dia darimu, Khasaki-san" peringat Ko Haru sebelum pergi meninggalkan Khasaki yang lagi-lagi mematung di tempatnya. Khasaki menatap kemana pergi nya Haru, pemuda itu menghampiri sensei yang tengah duduk di atas pasir sendirian. "Awas saja kalau sampai dia mengatakan semua itu kepada Kay-chan" geram Khasaki, tak sadar dia mengepalkan tangannya kuat-kuat sampai buku-buku jarinya memutih. "Khasaki-san, apa kau mau memakai pemanggangnya? Ikan yang sudah siap di bakar ada disana" "Iya, terima kasih." Khasaki berjalan mengambil dua ikan mentah, dia akan membakar ikan tersebut untuk Kayana dan juga dirinya sendiri. Lupakan sejenak soal Haru yang tadi mengancamnya, selagi pemuda itu tidak membuka mulut, hubungannya dengan Kayana pasti akan baik-baik saja. Di sisi lain, Kayana tengah seru menghabiskan waktu dengan para gadis. Mereka bermain kembang api di atas pasir putih. Tapi saat netra nya tak sengaja menangkap sosok Khasaki yang tengah membakar ikan sendiri, Kayana ingin pergi menemani. "Aku akan menemui, Khasaki-san. Dia tengah membakar ikan sendirian" "Dasar b***k cinta" gurau salah satu dari mereka seraya tertawa. Kayana pun balas tertawa. Dia berjalan dengan sedikit berlari ke arah Khasaki, "Hai, pacarku!" sapaan Kayana membuat Khasaki sedikit kaget, dengan gemas Khasaki mencubit pipi Kayana. "Jangan suka mengagetkanku, Kay-chan. Aku masih ingin hidup lebih lama lagi." Kayana terkekeh. "Maaf-maaf, aku sengaja tadi." Kayana menatap Ikan yang ada di atas pemanggang. "Wow! Aroma nya sangat lezat, adakah yang bisa aku bantu, Khasaki-kun?" "Ada, tetaplah berdiri di sampingku dan ajak aku bicara, Kay-chan." "Dengan senang hati, captain!" (^_^)(^_^) Menatap matahari tenggelam bersama pasangan adalah momen paling romantis yang pernah Kayana rasakan. Di dunia nyata, boro-boro dia bisa merasakan hal seperti ini, ada cowok yang mau dekat dengan dia saja sudah syukur-syukur. Entah kenapa, padahal Kayana, kan, cantik. Tapi teman-teman cowoknya seakan tidak pernah tertarik dengan dia. "Hangat, selalu nyaman saat menatap matahari yang tenggelam" komentar Khasaki mengungkapkan perasaannya. Kayana yang tengah menyandarkan kepalanya pada pundak pemuda itu mengangguk setuju. "Cantik, Khasaki-kun. Aku merasa tenang disini, semua hal yang akhir-akhir ini membuat perasaan ku sesak dan pikiranku terpenuhi rasanya langsung hilang, menguap dan tergerus ombak." "Kata-katamu tadi..., aku baru sekali ini mendengar kamu menggunakan perumpamaan, Kay-chan" Kayana terkekeh. "Aku sering menggunakannya, Khasaki-kun." "Oh ya?" Kayana mengangguk dengan enteng. Kayana memejamkan matanya, dia menikmati angin kencang menerpa wajahnya dan menerbangkan poninya. Suara ombak begitu merdu di telinga gadis itu, Kayana mulai merasa dunia fantasi adalah dunianya. Dia bisa bahagia dan dicintai banyak orang disini. Haruskah Kayana tidak usah kembali ke dunia nyata dan menetap disini saja? Toh, dia juga sudah lelah bepergian kesana kemari. Japan? Tidak buruk juga. "Khasaki-kun" panggil Kayana dengan suara lirih, "Aku ingin memberitahumu sesuatu" "Tentang apa?" "Tentang siapa aku sebenarnya." Kayana menarik nafas dalam-dalam, menghembuskannya secara perlahan. "Aku bukan orang Jepang asli, tapi aku orang Indonesia, Khasaki-kun. Aku pergi ke Jepang untuk menemukan kebahagiaan diri sendiri. Aku merasa dicintai banyak orang disini, sementara di Indonesia sana, aku tersiksa. Semua berperilaku tidak adil kepadaku." Entah kenapa Kayana ingin jujur kepada Khasaki, jujur dalam semua hal termasuk bagaimana caranya dia bisa sampai di Japan. "Sejujurnya, aku punya rahasia. Khasaki-kun adalah orang pertama yang akan tau rahasiaku." Khasaki masih mendengarkan dengan seksama, meski pemuda itu sudah punya dugaan tentang apa yang hendak diucapkan oleh Kayana. "Ada sebuah cermin ajaib yang bisa membawaku kemana saja. Aku sudah pergi ke Korea, Amerika dan sekarang Japan. Di saat dunia tak berpihak kepadaku, aku selalu lari dan masuk ke dalam cermin tersebut." Kayana menghentikan ucapannya sesaat. Dia kembali melanjutkan. "Mungkin ini terdengar begitu konyol, Khasaki-kun. Tapi cermin itu benar-benar ada." Kayana menegakkan kepalanya, dia ingin melihat reaksi Khasaki. Tapi pemuda itu hanya diam dan bahkan tidak berekspresi sama sekali. "Apa kau percaya dengan semua ceritaku, Khasaki-kun?" Khasaki mengangguk, "Tentu saja aku percaya." Kayana menghela nafas, dia menatap ombak yang tengah pasang. "Aku bisa pergi kapanpun, Khasaki-kun. Aku harap.." “Kay-chan..” sela Khasaki, Kayana menoleh. Netra mereka berdua saling bertemu. “Kay-chan, aku akan ikut jika kau ingin pergi, kemanapun.” Ya, ucapan itu memang benar. Khasaki akan ikut kemanapun Kayana pergi karena sama seperti apa yang dikatakan oleh Yeon Jin, bahwa Kayana adalah kunci kebebasan mereka. Hanya Kayana yang bisa mengeluarkan mereka dari dunia fantasi ini. Min Jun, Daniel, Yeon Jin dan tentunya Khasaki, mereka sama seperti Kayana, berasal dari dunia nyata dan terjebak dalam dunia fantasi selama bertahun-tahun lamanya. Semua orang yang masuk ke dalam cermin itu pasti akan mendarat di Korea. Untuk bertahun-tahun lamanya, mereka harus menemukan cermin yang tepat agar bisa kembali. Tapi sayangnya, bukan malah kembali mereka justru terpisah-pisah. Seperti Daniel yang sekarang di Amerika dan Khasaki yang ada di Japan. Peraturan itu berlaku hanya untuk laki-laki, dan beda untuk perempuan. Kayana misalnya, dia adalah perempuan satu-satunya yang memasuki cermin itu. Kayana juga bisa mendarat dimanapun, bukan hanya di Korea saja. Kayana selalu berbicara dengan cermin itu menggunakan hati yang tulus, beda dengan laki-laki yang lebih menggunakan logika. Sekarang ada Kayana disini, dan Khasaki hanya butuh sebuah cermin. Tapi dia tidak akan menghianati teman-temannya dengan pergi ke dunia nyata sendirian. “Khasaki-kun, aku lapar” Khasaki mengacak rambut Kayana, suasana mereka kembali seperti biasa sekarang. Pemuda itu mengusap rambut Kayana dengan sayang. "Ayo, kita ke tenda dan makan ikan bakar" Dengan semangat Kayana mengangguk dan berdiri. Khasaki merangkul gadis mungil itu, dan mulai berjalan menuju tenda. "Kalian dari mana saja?" tanya sensei. “Tepi pantai, sensei” Khasaki mengedarkan pandangan. “Dimana Haru-san?” “Ah, kau tidak tau? Dia kembali ke Osaka lebih cepat. Entahlah, dia bilang ada urusan mendadak.” Kayana dan Khasaki saling melempar tatapan, tapi mereka tidak mengatakan apapun. Khasaki menyerahkan satu ikan bakar untuk Kayana, gadis-gadis yang tadi bermain dengan Kayana kini menarik gadis itu untuk ikut dengan mereka lagi. Sementara gadis-gadis asik bergosip, para pemuda tengah sibuk berpesta. Mereka minum, tapi tidak banyak untuk menghindari resiko yang terjadi saat penerbangan nanti. Tidak ada yang boleh mabuk disini. “Kay-san. Sudah berapa lama kamu menjalin hubungan dengan Khasaki-san?” Ditanya seperti itu, Kayana jadi gelagapan sendiri. Dia tidak tau kapan tepatnya dia dan Khasaki menjalin hubungan. “4 bulan.” jawab Kayana asal. “Wow! Luar biasa! Aku tidak menyangka Khasaki akan berpacaran dalam waktu selama itu.” “Memangnya kenapa?” Para gadis-gadis itu saling tatap. “Kau tidak tau?” Kayana menggeleng polos. “Khasaki-san terkenal sering bergonta-ganti pasangan. Dia banyak dikelilingi oleh gadis-gadis cantik dan seksi.” “Aku sempat tidak percaya kalau pacar Khasaki-san… ah, maaf.” Salah satu dari mereka buru-buru menghentikan ucapan mereka sebelum menyakiti hati Kayana. Kayana menatap gadis yang merasa bersalah itu seraya tersenyum tipis. “Tidak apa-apa” balas Kayana singkat seraya menepuk punggung tangan si gadis berkepang. “Kalau Khasaki-kun memilihku, itu artinya aku punya sesuatu yang tidak dimiliki oleh gadis cantik dan seksi tersebut.” jawaban Kayana sangat tepat. Dia punya sesuatu yang tidak dimiliki oleh gadis-gadis tersebut, sebuah kesederhanaan dan kepolosan. Mereka semua langsung terdiam karena jawaban Kayana tadi. “Ah, suasana nya jadi canggung ya, maaf.” buru-buru dia menambahi, Kayana tidak ingin mendapatkan musuh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD