We will gather-4th Our

1632 Words
Khasaki masih berada di rumah Kayana, Yeon Jin tentu saja marah kepada Khasaki karena sudah lalai. Pemuda itu menyepelekan keberadaan Kayana, padahal Yeon Jin sudah mewanti-wanti sejak semalam. Sekarang Kayana terlanjur pergi, dan mereka gagal untuk pergi ke Korea hari ini. Waktu terus berjalan, mereka tidak bisa bersantai sekarang. Meski kecil kesempatan, tetap harus dimanfaatkan. Yeon Jin pun sama, dia memutar otak bagaimana cara memanfaatkan waktu itu. Dia bisa menahan Kayana di dunia fantasi, hanya saja.. ada hal yang harus ia korbankan, dan Yeon Jin pikir belum saatnya dia mengambil langkah itu. “Sial! Sial! Sial!” Khasaki meremas rambut panjangnya, lalu menyugar nya agar kembali rapi. Kepalanya hendak meledak sekarang, Khasaki terus saja memikirkan dari mana gadis itu mendapatkan sebuah cermin bulat itu, siapa yang memberikannya kepada Kayana. Kalau Khasaki tau, dia tidak akan memaafkan orang tersebut. "Pasti ada orang lain yang kasih Kay-chan cermin. Tapi siapa?" Apa Kayana sudah bertemu dengan orang lain yang juga berasal dari dunia nyata, dan orang itulah yang memberikan Kayana kaca lantas mereka kembali ke dunia nyata bersama? banyak asumsi-asumsi yang Khasaki ciptakan. Pemuda itu menjatuhkan punggungnya pada sandaran sofa, netra nya menatap langit-langit ruang tamu. Ponsel Khasaki kembali bergetar dan nama Yeon Jin terpampang disana, cukup, Khasaki tidak ingin kena omel lagi. Tapi kalau dia tidak mengangkatnya, bagaimana kalau Yeon Jin hendak menyampaikan sesuatu hal yang penting. Sial, Khasaki jadi ribet sendiri sekarang. Akhirnya pemuda itu memutuskan untuk mengangkat telpon Yeon Jin. “Aku sudah menghubungi mereka semua, Khasaki. Tapi ada sedikit masalah. Min Jun, dia tidak ingin kembali ke dunia nyata, dia nyaman berada disini. Lalu, dua bocah itu juga sekarang hidup terpisah, entah bagaimana bisa mereka bertengkar” “Wajar saja Min Jun bersikap seperti itu, dia lebih bahagia disini, sementara di dunia nyata dia menderita. Tapi dua bocah itu?? Ah sial! Aku tak habis pikir, kapan mereka akan bersikap dewasa?" "Aku tidak tau, tapi seperti kata Min Jun, salah satu dari mereka sekarang berada di Kanada" "What?!" pekik Khasaki kaget, "Lantas, apa rencanamu setelah ini Yeon Jin?" Helaan nafas terdengar berat, sampai saat ini Yeon Jin lah yang memegang kendali. Dia bisa dipercaya dan pemberani. Yeon Jin juga berinisiatif untuk bertanggung jawab mencari cara agar bisa kembali ke dunia nyata. “Pertama, aku tidak akan membiarkan Min Jun berada disini apapun alasannya. Kedua, aku harus mengetahui dimana teman-teman kita sekarang. Ketiga, kita harus berkumpul secepatnya atau kita akan terjebak disini untuk selama-lamanya." “Aku mempercayakan semuanya padamu, Yeon Jin. Sekarang, aku akan mencari tahu bagaimana Kayana bisa kembali ke dunia nyata" “Lakukan apa yang ingin kau lakukan, tapi ingat waktu kita tidak banyak, Khasaki. Persiapkan dirimu. Setelah ini Kayana pasti akan mendarat di Korea, aku yakin itu.” "Baiklah, Yeon Jin. Akan ku tutup teleponnya" "Oh iya, kau juga harus bersiap untuk datang ke Korea. Akan ada yang menjemputmu nanti, yang jelas bukan Kayana" "Baiklah" Setelah sambungan telepon terputus, Khasaki langsung beranjak keluar dari rumah Kayana. Tidak ada yang bisa dia lakukan lagi disini, Kayana sudah pergi. Tujuan Khasaki selanjutnya adalah apartemen, dia akan beristirahat seraya memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Sejujurnya, sejak Khasaki tau siapa Kayana, pemuda itu sudah malas bermain bola, toh sekarang dia sudah dekat dengan kesempatan untuk kembali ke dunia nyata. Khasaki tidak peduli lagi dengan bola. Bola. Ko Haru. Khasaki menginjak remnya, dia berhenti di pinggir jalan. Entah kenapa pemuda itu punya firasat yang tidak baik kalau menyangkut soal Haru, apa sebenarnya pemuda itu tau sesuatu tentang Kayana? Mungkin saja iya. Semua orang bisa jadi tersangka untuk sekarang, Khasaki akan memastikannya sendiri sebelum dia menyesal. Kembali menjalankan mobilnya menuju kediaman Haru. Semoga pemuda itu tengah berada di rumahnya saat ini. Perjalanan tak membutuhkan waktu yang lama, cukup dua puluh menit kendaraan roda empat milik Khasaki berhenti di depan rumah Ko Haru. Pemuda itu turun, menghampiri penjaga yang ada di sana. "Konnichiwa, saya ingin bertemu dengan Ko Haru-san" Penjaga itu menatap Khasaki sebentar, lantas berbicara pada earpiece yang yang terpasang di telinga. Selang beberapa detik kemudian, penjaga itu membukakan pintu untuk Khasaki. Sebenarnya dia mengenal Khasaki, dan bisa saja dia langsung membukakan pintu gerbang nya. Hanya saja saat ini bos mereka, Haru, sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun. "Silahkan masuk, tuan." Khasaki mengangguk, dia menapaki pelataran rumah haru menuju pintu. Di rumah ini semua pintu bisa membuka dan menutup sendiri, terlihat Haru tengah menikmati masa liburannya dengan bersantai di rumah. Khasaki mendekat dan berdiri di belakang Ko Haru. “Haru-san” panggil Khasaki membuat Haru menoleh. "Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, dan ini tentang Kayana" lanjut Khasaki to the point. “Oh ayolah, Khasaki-san. Duduklah dulu, kenapa kau begitu terburu-buru, hm?" Haru memanggil asisten rumah tangganya dan menyuruhnya untuk membuatkan minuman untuk Khasaki. Khasaki duduk, mengikuti keinginan Haru yang terlihat begitu santai. “Aku tidak punya banyak waktu untuk berbasa-basi, Haru-san" Khasaki langsung berbicara ke pokoknya. "Kayana menghilang pagi ini, aku tidak tau apakah ini ada hubungannya denganmu atau tidak--" “Kayana? Ah, gadis itu. Aku tidak tau." sela Haru cepat, padahal dia tahu Kayana sudah pergi. “Jangan berbohong!" sentak Khasaki antara tidak percaya dan kesal karena ucapannya sudah di potong oleh Ko Haru padahal belum selesai. Haru terkekeh polos, menatap remeh ke arah Khasaki. “Apa maksudmu? Aku tidak melakukan apa-apa, Khasaki-san” “Biar ku katakan sebuah kejujuran, Haru-san, saat di Okinawa kau kembali ke Osaka lebih dulu karena ada urusan, urusan apa yang mengharuskanmu untuk pulang lebih awal? Hari ini,.. Kayana menghilang. Pasti ada hubungannya denganmu” “Hei, kenapa kau menuduhku tanpa bukti?” “Kedekatan kalian selama ini sudah cukup sebagai bukti, Haru-san. Jangan berlagak bodoh! Aku tau kau dan Kayana pernah menjalin hubungan di belakangku, dan saat kau tau Kayana ternyata memilih bersamaku dibanding denganmu, kau marah. Benar?" Khasaki menjeda ucapannya, dia menatap raut keterkejutan yang terpampang di wajah Haru. "Aku tidak tau bagaimana caramu membuat Kayana menghilang, tapi aku yakin hilangnya Kayana atas campur tanganmu. Kau berfikir kalau Kayana tidak bisa bersamamu, maka dia juga tidak akan bisa bersamaku. Tapi asal kau tau, Haru-san, Kayana dan aku pasti akan bertemu kembali. Meski pada akhirnya kita tidak akan bersama." Kali ini Ko Haru terdiam, perlahan pemuda itu tersenyum menyeringai. Khasaki adalah aktor yang hebat, dia bisa menutupi rasa kecewanya terhadap Kayana dan juga Haru saat dia tau kalau tengah dihianati oleh kekasih dan temannya sendiri. “Tepat sekali, Khasaki-san. Pemikiran mu itu,.. aku kagum. Benar, aku pernah berhubungan dengan Kayana di belakangmu. Benar, kalau menghilangnya Kayana atas campur tanganku. Dan benar, kalau akulah yang membuat Kayana menghilang.” Khasaki mengepalkan tangannya penuh emosi, tapi dia masih menahan untuk tidak menghantam rahang enteng milik Haru. Bagaimana bisa pemuda itu mengucapkan fakta tersebut tanpa rasa bersalah sedikitpun? “Ah, kau pasti bingung kenapa aku bisa membuat Kayana menghilang. Sebenarnya aku sudah menceritakan ini semua kepada Kayana tepat sebelum dia pergi. Aku sempat mendengar percakapan kalian di Okinawa, dan setelah itu aku langsung pergi, kembali ke Osaka." Khasaki mendengarkan dengan seksama, sementara Haru memperbaiki posisi duduknya. "Malam dimana kau mengantarkan Kayana pulang, sebenarnya aku berada tak jauh dari sana. Kau membawa beberapa cermin di tanganmu, aku hanya membuat asumsi kalau tanpa cermin itu Kayana tidak akan bisa kembali ke dunia nyata. Dia akan terus disini bersamamu, dan aku tidak suka dengan kenyataan itu." Haru melanjutkan sesi mendongeng nya, "Tadi pagi aku datang ke rumah Kayana dengan membawakan satu cermin, keadaan gadis itu begitu kacau. Dia langsung menerima cermin pemberianku begitu saja, dan kau sudah tau apa kejadian selanjutnya, Kayana menghilang." Khasaki terdiam saat mendengar cerita Haru yang begitu panjang x lebar, tapi untuk beberapa saat pemuda itu tiba-tiba menyeringai membuat senyum di wajah Haru perlahan meluntur. "Haru-san, aku akan memberitahumu sesuatu. Lain kali, jangan terburu-buru pergi ketika menguping. Karena ada beberapa hal yang akan kau lewatkan, seperti.. apa yang aku ucapkan terakhir kali kepada Kayana saat di Okinawa" Tatapan mereka bertemu, Khasaki mengembangkan senyum lebih lebar. "Biar ku katakan padamu sekarang, Haru-san. Aku dan Kayana berasal dari dunia yang sama, aku bukan sepertimu yang berasal dari dunia fantasi ini. Jadi, meskipun kau memisahkan aku dengan Kayana, maka kita berdua tidak benar-benar berpisah. Kita akan bertemu lagi nanti" “Apa???” "Oh ayolah, sekarang kenapa kau terlihat sangat terkejut?" Khasaki menaikan satu kakinya diatas paha, dia menatap Haru sembari mengeluarkan smirknya. "Tapi, tapi bagaimana mungkin??" Khasaki tiba-tiba berdiri, dia menatap Haru lebih tajam sekarang. "Karena ulahmu itu, aku dan teman-temanku tidak bisa kembali ke dunia nyata sekarang!" Satu bogem mentah mendarat di rahang Haru, pemuda itu langsung tersungkur di lantai. “Hanya Kayana yang bisa membawaku pulang! Sudah bertahun-tahun aku terjebak di dunia fantasi ini, dan disaat ada kesempatan, kau malah melenyapkan kesempatan itu!” “Kenapa kau tidak segera pergi saat tau kalau hanya Kayana yang bisa membawamu pergi?!” “Cermin itu punya waktu sendiri, Haru-san. Kita tidak bisa mempercepat atau memperlambat waktu yang sudah ditetapkan! Dan karena itulah aku menghancurkan cermin yang ada di rumahnya agar dia tidak bisa kemana-kemana sebelum aku datang!" “Maaf, aku tidak tau kalau kehidupan kalian serumit ini. Yang aku pikirkan saat itu hanyalah rasa cemburu, aku tidak rela saat kamu dan Kayana harus bersama. Ini tidak adil.” “Pengecut!” Khasaki tidak ingin meledak di rumah Haru lagi, dia berjalan masih dengan emosi yang meluap. Cukup untuk hari ini, Khasaki menarik nafas panjang, menghembuskannya perlahan. Dia melakukan itu lima kali sampai sesak di dadanya berangsur hilang. Sekarang Khasaki akan pergi ke rumah kedua orang tuanya, mungkin bertemu dengan mereka bisa membuat mood Khasaki sedikit membaik. Oh iya, berbicara tentang keluarga, Khasaki sebenarnya juga tidak tega kalau harus meninggalkan Okaasan dan Otosan serta Eiji, mereka pasti sedih karena kehilangannya. Tapi disamping semua itu, ada yang lebih sedih. Yakni kedua orang tua kandung Khasaki di dunia nyata, mereka pasti sangat sedih karena kehilangan Khasaki selama bertahun-tahun. Bahkan mungkin mereka mengira Khasaki sudah meninggal sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD