TRAUMA

904 Words
Fei dengan gemetar segera berlari menuju ruangannya dan masuk kedalam toilet di ruangannya dan memuntahkan makan siangnya di toilet. Namun tubuhnya tetap gemetar dan air matanya keluar, dia terlihat sangat pucat dan ketakutan. Rani mengantarkan tamu bosnya ke lobby dan dia melihat mba Eri masih di meja lobby, mengkode mba Eri ke arah lorong ruangan Presdir, segera Mba Eri mengerti dan langsung pergi. Tentu saja, seperti yang terlihat, Fei berada di lantai didepan pintu kamar mandi, gemetar dengan wajah pucat penuh air mata, segera Resepsionis itu berusaha untuk menuntun Fei untuk berdiri dan berjalan ke arah Sofa di ruangan itu, namun cukup sulit karena tubuh Fei cukup berat dan dia tidak bertenaga, tak lama kemudian Rani masuk ke ruangan itu setelah mengantarkan para tamu termasuk direktur tua itu pergi dan langsung membantu mba Eri memapah Fei. Kemudian Rani bergegas mengambil handuk dikamar mandi dan membasahinya “mba Fei, Rani bersihin ya tangannya”, kemudian mengelap lengan Fei yang tadi di pegang oleh Direktur tua itu, namun raut wajah Fei masih ketakutan. Sedangkan mba Reni bergegas pergi ke ruang pantry dan membuat secangkir teh hangat dengan sedikit gula dan madu, kemudian membawanya keruangan Ms presdirnya, diperjalanan mba Eri bertemu dengan supir perusahaan yang masih belum pulang, “eh mas Bayu, untunglah belum pulang mas”, ucap mba Eri “iya nih mba Eri saya habis nganter anak - anak tadi ke terminal deket sini, ada apa ya mba?”, tanya mas Bayu, “itu Ms presdir dia ga enak badan”, “oh iya tadi saya sempet liat tamunya mba presdir, aki bau tanah, gimana mau enak badan liatnya mba”, canda mas Bayu, “tolong anterin Ms presdir pulang ya”,  “siap mba”, jawab Mas Bayu sambil memberi hormat bendera kepada mba Eri yang dibalas tawa “ya sudah nanti saya kasih tau kalau Ms presdir mau pulang ya, saya mau bawa teh ini dulu”, kemudian Mba Eri pergi meninggalkan Mas Bayu. Setengah jam kemudian setelah Fei lebih tenang, Fei memutuskan untuk pulang dan menyuruh kedua pegawainya untuk pulang, “duh mba Fei, dianterin sama mas Bayu aja ya”, ucap mba Eri resepsionis, “ga apa - apa kok, saya sudah mendingan sekarang, ga usah manggil supir yang udah pulang mba”, “ih enggak kok mba, mas Bayu masih dikantor, tadi aku ketemu di pantry mba”, jelas Mba Eri yang di jawab dengan anggukan oleh Fei, tentu saja sulit untuk menentang permintaan ibu muda satu ini, apalagi disaat seperti ini. Dengan cepat mba Eri melangkah ketempat biasanya para supir beristirahat dan menemukan Mas Bayu sedang sibuk bermain dengan handphonenya, “mas, mba Eri mau pulang anterin ya”, “oke siap mba”, jawab Bayu dengan bergegas menuju keruangan Presdir untuk mengambil kunci mobil Hari sudah gelap saat mobil Fei sampai didepan rumahnya, dia merebahkan dirinya di sofa, sedangkan supirnya sudah pulang dengan ojek online. Dia menyalakan lampu di halaman belakang, melepaskan celana jeansnya dan berjalan menuju kolam renang, dengan kemeja nya yg cukup panjang hingga menutupi pangkal pahanya, dia pun masuk kedalam kolam renang Hari ini benar - benar melelahkan untuk Fei, membuatnya ingin tenang, dan air adalah pelepas stressnya, Fei menenggelamkan kepalanya kedalam air yang cukup dingin itu. Kemudian naik ke permukaan untuk kembali bernafas, dia tidak bodoh untuk mengakhiri hidupnya, Fei sudah pernah berada di kondisi yang jauh lebih buruk dari ini, dan dia mampu bertahan sampai saat ini. Yang dia butuhkan saat ini hanyalah ketenangan. Melewati malam ini dalam kesunyian. Sebuah percakapan 5 Tahun lalu. “Fei, temen mama mau kenalin kamu sama cowo, katanya orangnya baik”, ucap seorang paruh baya kepada anaknya didepan kamar anaknya “oh, iya”, jawab Fei tak peduli Ibunya selalu menjodohkannya dengan pria - pria yang bukan seleranya, giliran dia membawa pacarnya kerumah, selalu jadi kritikan oleh wanita paruh baya itu “kok mukanya panjang seh?”, ucap wanita yang Fei panggil mama itu saat dia memperkenalkan teman pria yang dekat dengannya Fei hanya terdiam mendengarkan. Sebelumnya lagi, pria dari daerah pinggiran mendekatinya beberapa bulan, kemudian memberitahu kepada wanita paruh baya itu, jawaban yang dia terima adalah “kok mukanya kayak gitu seh, enggak banget”, dan banyak hal sarkastik lainnya yang selalu menjadi jawaban dari ibunya Fei. Fei POV “Pasti yang ada di pikiran kalian adalah orang yang di jodohkan oleh ibuku adalah pria tampan bukan”, Aku baru saja keluar dari kamar mandi lantai 1 setelah membersihkan diri dari kolam renang tadi. Sambil mengeringkan rambut dengan handuk, aku membuka pintu halaman belakang dan duduk di kursi yang menghadap ke arah kebun kecil dan kolam renang. “jika itu yang terjadi pastinya aku sudah menikah”, aku tersenyum pahit mengingat kembali tragedi demi tragedi yang terjadi di hidupku “Keluargaku adalah keluarga sederhana dan bahagia pada umumnya dengan 2 anak laki - laki dan seorang anak perempuan didalamnya, orang tua yang harmonis, itu yang terlihat bagi banyak orang mungkin, namun sebagai putri satu - satunya di keluarga ini dan dikarenakan budaya asia yang bagi mereka menikah muda adalah hal yang wajar, bahkan dari usia awal 20 tahunan aq sudah di jodohkan berkali - kali, dan semuanya berwajah jauh lebih jelek dari teman pria yang kukenalkan ke keluarga”, aku kembali kedalam rumah untuk membuat teh dan duduk di bar sambil menyeruput teh chamomile yang kubuat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD