Awal

1664 Words
Malam sudah semakin larut namun suasana apartemen kelas dua itu kian ramai oleh suara beberapa orang di dalamnya. "Hahahaha, kau kalah lagi Al," gelak tawa pria berambut jabrik kembali terdengar setelah sebelumnya tertawa lebar hingga suaranya seakan memenuhi ruangan. "Ck sial," gumam pria yang dipanggil Al dengan berdecak kesal. "Sekarang aku mau kau menggenggam es ini selama lima menit," perintah pria berambut jabrik itu dengan menyodorkan sepotong es batu dalam baskom. Saat ini mereka tengah bermain truth or dare dengan Al yang kalah dan harus melaksanakan tantangan. "Apa kau gila? Kau bisa membuat tangannya mati rasa tahu!" Kekasih Al tampak tak terima melihatnya kembali kalah dan menjalani tantangan seperti sebelumnya. "Hei ... kau tidak boleh curang, Al kalah dan dia harus menjalankan tantangan," seru pria berambut coklat bernama Laohan. "Aku menyerah, kalau begitu aku pilih truth saja," ujar Al mengalah. "Hei tidak boleh begitu, Al, kau kan sudah memilih dare sebelumnya," teriak Laohan hingga menggebrak meja kecil. "Sudahlah, Laohan, lagipula kasihan juga jika Al harus melakukan tantangan yang Niko berikan," ujar si tuan rumah mencoba menengahi. Pasalnya Al memang sudah dua kali kalah dalam permainan ini. "Apa susahnya, hanya menggenggam es batu saja takut. Mana berikan padaku." Laohan mengambil sepotong es batu sebesar kepalan tangannya dan menggenggamnya kuat. Niko menyeringai. "Lima menit Laohan, lima menit." Niko menunjukkan jam tangannya yang menunjukkan Laohan baru menggenggamnya kurang dari satu menit. Laohan tampak sudah tak kuat, giginya bergemeletuk menahan dinginnya es batu yang seakan menusuk kulit tangannya. "Argh ..." Dan teriakan Laohan mengakhiri permainan saat es batu telah terlepas dari genggamannya. Setelahnya gelak tawa kian membahana menertawakan Laohan dengan kesombongannya. "Terimakasih sudah menggantikanku." Al menepuk bahu Laohan dengan tersenyum simpul. "Sial!" geram Laohan dengan memegangi pergelangan tangannya yang serasa masih tertusuk jarum. "Permainan belum selesai, Al. Baiklah, karena kau memilih truth, pertanyaan yang harus kau jawab adalah ...." Niko mencondongkan tubuhnya ke depan, dan berbisik dengan suara yang masih bisa didengar semua orang disana. "Berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk penetrasi."  Duagh! Tepat saat Niko mengatakan pertanyaan diakhir kalimat, pukulan keras mendarat di kepalanya. "Aw! Shakira! Apa yang kau lakukan?!" Niko memegangi kepalanya yang mungkin benjol akibat pukulan si nyonya pemilik apartemen. "Pertanyaan macam apa itu? Dasar musang m***m," maki wanita itu dengan melotot ke arah Niko bahkan hendak memberinya bogem mentah lagi. "Aku kan hanya bercanda, kau ini ...." Niko masih memegangi kepalanya membuat orang-orang disana kembali tertawa kecuali satu orang yang sedari tadi hanya diam. "Hei, Sky giliranmu." Niko memberikan botol pada pria yang sedari tadi diam untuk segera diputarnya guna melanjutkan permainan. "Aku ingin ke toilet." Berniat kabur, pria itu memilih toilet sebagai alasan. "Hei, Sky jangan melarikan diri, sekarang giliranmu, tahu," teriak Laohan yang kini tangannya sudah mulai melemas setelah tusukan jarum tak kasat mata sebelumnya. "Hei, jangan melarikan diri," teriak Niko. Namun percuma saja, pria itu tetap bangun dari duduknya dan bertanya pada si tuan rumah. "Dimana toilet?"  "Hanya ada satu toilet di dalam kamarku. Di sana tidak ada apa-apa jadi sebaiknya urungkan niatmu untuk mengambil barang berharga," ujar Shakira dengan enteng.  Sky yang mendengarnya hanya menatapnya datar dan terdiam sejenak. Kemudian ke kamar sesuai yang di tunjukkan si tuan rumah. Sementara si tuan rumah kembali melanjutkan permainan. Hari ini adalah hari ulang tahun Shakira Vania atau yang lebih sering dipanggil Shaki yang ke 26 tahun. Dan sesuai  keinginan teman-temannya mereka datang dan mengadakan pesta kecil-kecilan di apartemennya yang sederhana. Niko, Al, Laohan, Nathan, Choky, Alena, Rossa dan Sky yang terpaksa datang karena ajakan sahabat berambut jabrik ya, Niko. Mereka kembali melanjutkan permainan kecuali Nathan yang tertidur dan Choky yang menikmati kue ulang tahun Shakira juga Sky yang masih berada dalam toilet. "Hahahaha, sekarang giliranmu Niko, kau kalah!" teriak Laohan penuh kemenangan hingga berdiri dan menunjuk-nunjuk Niko. "Cih," Niko mendecih dan berpikir, jika ia memilih dare ia akan dibalas oleh Laohan, jadilah ia memilih truth. "Pertanyaan yang harus kau jawab adalah ... berapa ukuran pengaman yang kau pakai saat bermain dengan Sofia." "Hei ... pertanyaan macam apa itu!" teriak Niko tak terima. "Hei Shakira, seharusnya kau juga memarahi Laohan yang mengajukan pertanyaan m***m," teriaknya pada Shakira karena tak terima melihatnya hanya diam mendengar pertanyaan m***m Laohan. Pengaman? Pengaman? Kenapa saat mendengar kata pengaman aku seperti melupakan sesuatu?' batin Shakira. Dan detik setelahnya Shakira segera berlari ke kamarnya mengabaikan teriakan Niko dan gelak tawa ketiga temannya. Sesampainya di kamar ia terkejut mendapati Sky berdiri di depan ranjangnya dengan sesuatu di tangannya. Mendengar pintu terbuka Sky menoleh dan seketika menyeringai mendapati Shakira berdiri dengan terdiam mematung. Ia berdiri dengan tenang dan bersedekap d**a. "Siapa sangka wanita yang anti m***m justru menyiapkan benda seperti ini," ucap Sky dengan menyeringai menatap Shakira yang melotot. "Kyaa!" Shakira berteriak dan segera berlari menuju ranjang membereskan puluhan pengaman yang berserakan di atasnya.  Sky yang melihatnya menyeringai, wanita yang ia anggap pendiam ternyata memiliki sisi liar. Sepertinya mulai sekarang ia akan memiliki mainan baru yang menyenangkan. "I-- ini tidak seperti yang kau pikirkan." Shakira memunguti puluhan pengaman itu dan menutupinya dengan selimut. Ia duduk diatas ranjang dengan wajah merah menahan malu. "Jika sudah selesai cepat pergi dari sini,"ucapnya kasar tanpa berani menatap Sky. Ia benar-benar malu. Sky memperhatikan 4 pengaman di tangannya dan menyeringai. "Mulai dari ukuran S hingga XL, wah ... kau benar-benar liar," ucap Sky dengan tersenyum miring. Shakira yang melihatnya mencoba merampas pengaman di tangan Sky namun Sky mengangkat tangannya hingga Shakira tak mampu meraihnya, ia pikir ia sudah termasuk sebagai wanita dengan tubuh tinggi tapi ia masih tak sanggup meraihnya bahkan dengan melompat pun tak dapat digapainya. "Hei... kenapa? Bukankah masih ada banyak? Jadi ini biar aku yang simpan." Sky menurunkan tangannya dan menyembunyikan pengaman-pengaman itu di belakang punggungnya. "Kau tidak tahu apa-apa, berikan itu padaku." Shakira masih berusaha merebutnya namun nahas dia tak bisa menjaga keseimbangan membuatnya jatuh ke atas tempat tidur dengan Sky yang menindihnya saat ia menarik dasi pria itu sebagai alat pencegah jatuh meski hasilnya percuma. "Awh ...."  Sky kian melebarkan seringai, saat  ini posisinya benar-benar membuatnya berdebar. "Sengaja menyiapkan pengaman untuk menarik mangsamu, eh?" Shakira melotot, ia berusaha mendorong Sky namun percuma. "Diam kau! Sekarang cepat menyingkir dariku." "Untuk apa aku menyingkir bukankah ini yang kau inginkan?" Sky menunjukkan 4 pengaman di tangannya dan membuangnya satu persatu. "S? Bahkan ini tak akan muat masuk kepalanya, M? Jangan bercanda, L? Sayang sekali ini tak akan bisa membungkus semuanya, XL?" Sky menyeringai dan berbisik di telinga Shakira, "Ingin mencobanya?" Glek ... Shakira menelan ludah kasar mendengar bisikan Sky. Tubuhnya bergetar hebat dengan keringat dingin meluncur dari pelipisnya. Sky yang melihatnya ingin tertawa terbahak, mengerjai teman sekantornya ternyata sangat menyenangkan. Sky segera bangun, ia tidak ingin kehilangan kesadaran dan benar-benar memakai pengaman yang saat ini digenggamnya. "Kau! Cepat keluar dari kamarku!" teriak Shakira yang kini telah terduduk. Teman satu kantornya itu benar-benar tak bisa dimaafkan. Sky berbalik badan dan berjalan menuju pintu, ia menoleh pada Shakira yang masih mengambil nafas panjang diatas tempat tidur, kemudian menunjukkan pengaman di tangannya seraya berkata,"Yang ini kubawa." "Argh!" Shakira berteriak frustasi hingga menjambak helaian rambutnya yang halus setelah pergi ke salon kemarin. Bagaimana bisa Niko mengajak temannya yang kurang ajar itu? Sementara saat berada di luar kamar, Sky mencoba memasang sikap cool kembali, ia tidak ingin ketahuan dalam kondisi tegang di depan teman-temannya. Namun saat ia menegakkan tubuhnya ia terkejut karena tak mendapati satu temannya pun disana. Ruangan yang sebelumnya ramai kini hanya menyisakan suasana hening dengan sampah minuman dan kacang juga makanan yang berserakan lantai. "Ck, sial," gumamnya. Sky mengetuk pintu kamar Shakira  dan beberapa saat kemudian Shakira membuka pintu dan terkejut saat mendapatinya berdiri menatapnya dengan pandangan sulit diartikan. "Apa!" Shakira melotot menatap nyalang padanya.  Sky menunjuk ruangan yang sudah kosong. Shakira mendesah berat melihat rumahnya yang sudah seperti kapal pecah. Untung saja besok libur dan ia bisa membereskan kekacauan ini besok. "Hah ... mereka sudah pulang, jadi tunggu apa lagi? Cepat pergi dari sini, hush ... hush ...." Shakira mengusir Sky layaknya ayam dan memunguti sisa sampah yang berserakan. Mencoba mengabaikan apa yang terjadi sebelumnya agar Sky tak kembali menggodanya. "Sepertinya ini waktu yang bagus untuk memakai pengaman yang kau siapkan," ucap Sky dengan seringai. Dan detik berikutnya nampan kue melayang ke arahnya. Untung saja ia segera menghindar, jika tidak mungkin kepalanya akan mendapat jahitan. Sky berjalan cepat menuju pintu keluar menghindari kembali banyak benda yang terbang ke arahnya. Pintu tertutup dan ia mengambil nafas panjang, dilihatnya pengaman di tangannya, melemparnya ke udara dan kembali menangkapnya. "Hm ... menarik," gumamnya kemudian berlalu meninggalkan apartemen Shakira. Shakira mendesah berat, sial, pria itu pasti akan mengganggunya setelah ini. Ia pikir rekan sekantornya itu adalah pria dingin tapi nyatanya ia bisa bersikap mengerikan seperti tadi. Shakira kembali ke kamar dan membereskan banyaknya pengaman di atas tempat tidurnya. "Sialan! Awas kau Lucas!" teriaknya keras dan setelahnya ia hanya bisa menangis bombay. Rasanya wajahnya masih panas menahan malu. Semua berawal dari tadi pagi saat ia mendapat paket di waktu yang masih pagi. "Selamat ulang tahun adikku, semoga hadiah kakak ini bermanfaat untukmu. Salam cinta kakakmu, Lucas."  Adalah isi surat yang tertera di atas paket. Merasa penasaran ia membuka kiriman kado dari kakaknya mengabaikan jam yang sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi dan sudah saatnya berangkat ke kantor. Ia berseri membayangkan hadiah yang dikirim kakak kesayangannya, mungkinkah mini tas yang ia idam-idamkan itu? Ia sudah tidak sabar lagi membukanya. Namun seribu sayang, semua tak sesuai ekspektasinya. Paket yang dibungkus kertas kado itu berisi satu dus pengaman dengan ukuran lengkap. Di dalam paket kembali ditemukan surat yang berisi, "Kakak tidak mau kau hamil sebelum menikah, tapi kakak sadar kau seorang perawan yang pasti sudah mendambakan sentuhan di usiamu ini. Kakak membelikan semua ukuran karena kakak tidak tahu berapa ukuran milik kekasihmu atau teman laki-lakimu. Gunakan dengan baik adikku." Shakira membanting surat beserta kotak berisi pengaman ke atas ranjang hingga berserakan. Dia berteriak marah, ingin rasanya menjambak rambut kakaknya bahkan menggundulinya hingga habis. Kakaknya benar-benar keterlaluan. Melirik jam tangannya, ia segera bergegas ke kantor tanpa membereskan semuanya, ia tidak ingin terlambat. Dan dari sanalah akar dari rasa memalukan yang ia dapat malam ini. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD