PART 76

1118 Words
Mata sembap Kila menengok ke orang yang memanggilnya. Abian langsung turun dari mobilnya. Keadaan Cewek itu memprihatinkan. Pipi memerah seperti bekas tamparan, lutut berlumur darah, tangan juga berlumur cairan merah. "Lo... kenapa?" "Lo... percaya gue kan?" tanya Kila dengan suara gemetar. Perasaan Abian mulai tidak enak. Pasti ada sesuatu buruk telah terjadi. Mendadak perut Kila terasa amat perih. Alhasil, tubuhnya akan ambruk terjatuh, namun Abian segera menahan. Saat itu lah ada darah mengalir turun. "Lo berdarah!" Abian menggendong Kila dengan kedua tangannya. Dia membawa Gadis itu ke dalam mobil. Setelah itu, Abian memasukkan koper di bagasi mobil.. Kila meringis kesakitan. "Perut gue... sakit." mata Kila terpejam. Abian makin kalap. Dia mengendarai Mobil dengan kecepatan tinggi bahkan berani menyalip truk besar. Abian tak peduli itu. Ia akan menyelamatkan Kila bagaimana pun caranya. Setelah sampai, para suster mengarahkan Kila untuk dibawa ke UGD. Abian menunggu di luar ruangan. Dia penasaran, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Kila berjalan di arah berlawanan dari rumahnya? Dan juga kenapa Kila membawa koper begitu besar? Abian mengepalkan tangan. Ia menonjok tembok, melampiaskan rasa penasarannya yang tidak terjawab. Belasan menit kemudian, Dokter keluar dari ruangan itu. "Kamu siapanya pasien?" "Pacarnya pasien." jawab Abian begitu mantap. "Dia gakpapa, Dok?" "Pasien kelelahan dan stres. Hal itu yang menyebabkan dia pendarahan. Beruntung bayinya baik-baik saja. Kamu harus selalu menghibur dia. Jangan buat pikiran dia terbebani." "Baik, Dok." "Saya tinggal dulu." Abian melenggut. Ia masuk ke ruangan tersebut. Gadis yang disukainya kini terbaring lemah. Mata Kila masih terpejam. Lutut dan telapak tangan kanan Gadis itu dibalut perban. Abian menjadi iba. Jemarinya perlahan mengusap surai hitam Kila. Sayup-sayup mata Kila terbuka. Ia menatap Abian. Mata mereka saling bertemu dalam satu orbit lurus. Namun mata Kila meneteskan air mata. Tangan Abian tergerak untuk mengusap air mata tersebut. “Perut lo udah gak sakit lagi?” Kila menggeleng pelan. “Udah siap buat pulang? Entar gue anter lo ke rumah.” Kila terlihat ingin duduk. Abian membantu Gadis tersebut. Usai berhasil duduk, Kila tersenyum sendu. “Gue... gak punya rumah." ******** Naufal telah sampai di rumah. Yuni langsung memeluk putranya secara tiba-tiba membuat Naufal bingung. "Dia ternyata perempuan tidak baik, Nak. Kamu jangan dekat-dekat dia lagi." "Dekat-dekat siapa, Bu?" "Kila." Naufal mengerjap. Refleks dia berusaha lepas dari pelukan ibunya itu. "Kenapa Ibu mendadak bicara kaya gitu? Kila mana? Kok dia gak keliatan?" "Pacar kamu itu menggoda calon Papa kamu. Dia w***********g. Ibu tidak mau kamu bertemu dia lagi." tegas Yuni. "Kila mana, Bu?!" tanya Naufal dengan suara meninggi. Ia mulai panik. Semoga saja hal buruk yang ia pikirkan tidak terjadi. "Dia tidak pantas buat kamu, Nak. Ibu tidak mau kamu punya istri seperti Kila. Di masa depan, ibu yakin dia akan mengkhianati kamu. Jadi terima keputusan Ibu. Beberapa jam lalu, ibu udah usir dia dari rumah ini." Naufal mematung. "Kenapa ibu usir Kila? Kalau iya pacar aku goda dia, mana buktinya? Aku perlu bukti. Bukan omongan. Ibu gak kasihan apa? Kila lagi hamil anak aku, Bu. Dia nggak punya rumah ataupun orang tua. Kila sebatang kara. Ibu bener-bener tega." "Dia tidak hamil anak kamu! Kila bisa saja berbohong." "Dia nggak bohong! Naufal tau, Kila cewek seperti apa. Pergaulan dia terbatas. Temen cowoknya itu cuma aku. Otak Ibu dicuci siapa? Sebelumnya Ibu sayang sama Kila, tapi sekarang?" Naufal melirik ke Arya. "Apa Ibu dipengaruhi pria itu?" "Dia itu calon ayah kamu! Keputusan ibu murni dari pemikiran ibu sendiri. Ayah kamu tidak ikut campur." "Ayah aku cuma Kusuma Wijaya. Bukan pria itu." "Tapi dia sebentar lagi akan menjadi ayah kamu, Nak." "Naufal gak akan merestui hubungan kalian. Sampai kapan pun. Kecuali, Ibu merestui pernikahan aku sama Kila. Baru Naufal setuju Ibu nikah sama dia." setelahnya, Naufal beranjak ke kamar. Ia membereskan barang-barangnya. Bersiap-siap untuk pergi. Cukup satu kali dia kehilangan orang yang dia cintai, tapi untuk kedua kali, Naufal tak terima. "Naufal! Kamu mau ke mana, Nak! Jangan pergi." Yuni menutup paksa koper yang diambil Naufal. "Aku mau cari Kila." "Kamu tega ninggalin ibu demi w***********g itu?!" "Dia bukan jalang! Dia cewek baik-baik." Naufal merebut paksa koper tersebut. Ia buru-buru memasukkan seluruh pakaiannya. "Jangan pergi. Ibu mohon..." Naufal tak menghiraukan. Bayangan wajah Kila terlintas di benaknya. Ketakutan mulai muncul. Ke mana Gadis itu pergi? Ke rumah siapa Kila akan singgah? Apa Kila baik-baik saja di luar sana? ********* Kila beringsut duduk di dalam mobil Abian. Dia masih memikirkan, ke mana ia akan pergi. "Ke rumah gue, lo mau?" tawar Abian. "Nggak. Gue lagi hamil, Bian. Kalau orang tua lo nyangka bayi ini anak lo gimana?" Abian terdiam. Benar juga apa kata Kila. "Gue bantu lo cari rumah sewaan ya." putus Abian. Kila mengangguk setuju. "Tapi... lo punya uangnya? Apa perlu gue bayarin?" lanjut Cowok itu tidak yakin. "Uang banyak. Tapi, orang yang sayang sama gue gak ada." Kila tersenyum kecut. Abian lagi-lagi dibuat iba. "Orang yang ada di samping lo sekarang. Apa dia gak sayang lo?" Abian menyindir dirinya sendiri. Kila menggeser tubuh. Mengikis jarak di antaranya dengan Abian. Abian menelan ludah susah payah. Grep! Kila memberi pelukan hangat. Abian merasakan perut Gadis di depannya ini begitu menonjol. "Makasih lo udah nolongin gue," ucap Kila. Tanpa mereka sadari, seseorang memfoto moment itu. ****** Yuni mengambil pisau dapur. Ia berjalan cepat ke arah Naufal hingga berhadapan dengan putranya. "Kalau kamu cari wanita itu, ibu akan tusuk pisau ini ke leher ibu sekarang juga!" ancam Yuni. Naufal melepaskan koper yang ia genggam. Dia melangkah, berusaha mendekati Ibunya. "Jangan nekat, Bu. Please, jangan buat Naufal menderita." Reni berteriak histeris. Dia baru saja pulang dari rumah temannya, tapi tiba-tiba mendapat pemandangan yang mengerikan! "MAMA!" pekik Reni. Dia berlari untuk merebut pisau itu, namun Yuni berjalan mundur menjauh. "Berhenti di sana, Reni!" Arya? Pria itu malah diam tak bergeming. Toh, apa untungnya membujuk Yuni. Malah dia berharap Yuni mati saja. "Kakak! Tolong selamatin Mama! Mama gak boleh mati dengan cara kaya gitu!" rengek Reni. Naufal menatap kosong Ibunya. Dia bingung. Haruskah dia memilih Ibunya? Atau kekasihnya sendiri? Dua pilihan itu benar-benar susah dan membingungkan. Ting! Benda pipih disaku Naufal berbunyi sekaligus gemetar. Naufal mengambil ponselnya. Nomor tidak dikenal mengirim sebuah foto. Dia langsung memencet foto tersebut. Cemburu. Kecewa. Di foto itu Kila tengah berpelukan dengan Abian. Jadi hubungan mereka sedekat itu? Naufal mematikan ponsel. Dia menatap ke atas supaya air matanya tidak keluar. Ia semakin ragu, jangan-jangan mereka pacaran di belakang dirinya. "Kakak! Tolong cegah Mama." Reni meremas kuat lengan baju Naufal. Bahkan, air mata sudah membasahi pipinya karena begitu panik, gelisah sekaligus takut. Campur aduk. "Jawab, Naufal! Kamu pilih Ibu atau Kila!" tandas Yuni. Beberapa detik berlalu. Yuni menggertak, "Naufal!" "Ibu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD