BAB 2 (_ARIEN_)

1597 Words
Setelah semua persiapan keberangkatannya selesai Grezlie langsung saja beranjak ke Hongkong. Sebagai perwakilan dari Nine Dragon ia harus bisa bekerja dengan baik. Nine Dragon adalah Sembilan keluarga elit kalangan mafia di Amerika. Mereka bekerja sama dengan Golden Snake dan menjadikan keluarga Xrezone sebagai perwakilannya. Bukan tanpa alasan mereka menjadikan Golden Snake sebagai sekutu, kekuatan Golden Snake dan bukti jika pemimpin organisasi itu seperti seorang immortal membuat Nine Dragon sungguh tertarik. Sampai saat ini juga pemimpin golden Snake masih hidup, dan lebih gilanya ... dalam umur yang sudah lebih dari seratus tahun tubuh pemimpinnya tetap terjaga dan juga awet muda. Itu adalah alasan kuat Nine Dragon menjadikan Golden Snake sekutu, jika mereka salah langkah maka organisasi menyeramkan itu bisa saja menghancurkan mereka. Demi menjaga diri sendiri mereka harus melakukan hal tersebut, daripada memulai perang, bukan? Grezlie kini sedang berada di jet pribadinya, ia mengamati semua denah wilayah yang akan dirinya jaga di Hongkong dan Macau, di sana ada banyak sekali bawahan Golden Snake, ada pula yang berkhianat karena merasa diri mereka bisa lebih berkuasa dari Golden Snake. Tidak hanya para bawahan yang ingin memberontak, tetapi juga para b***k yang mulai melakukan hal-hal yang menyimpang dari ketentuan Golden Snake. “Tuan Muda, apa Anda ingin wine sekarang?” tanya seorang pria, ia berdiri dengan tegap di sebelah Grezlie, menunggu jawaban dari sang tuan. Grezlie yang mendengar pertanyaan itu hanya diam, ia benar-benar meneliti semua berkas yang langsung di kirimkan oleh pemimpin organisasi Golden Snake melalui e-mail, dan pria itu cukup kaget saat tahu jika keluarga yang akan menjadi targetnya melakukan banyak sekali pelanggaran. “Mereka menggali kuburannya sendiri,” ujar Grezlie dengan suara pelan. Pria itu meletakkan tab yang sejak tadi menemani waktu kerjanya. Ia menatap ke arah pelayan yang selalu setia ada di dekatnya. Yang membuatnya sedikit merasa tak nyaman ada beberapa hal. Pertama, Golden Snake meminta dirinya melakukan penelitian dan penyelidikan seorang diri. Kenapa tidak memberikan kejelasan agar pekerjaannya lebih mudah? Kedua, mayoritas orang yang harus ia singkirkan adalah mereka yang memiliki pengaruh besar dalam perekonomian. Apa Golden Snake tidak memikirkan krisis ekonomi yang bisa saja terjadi? Ketiga ... ia harus mengakui jika pemimpin Golden Snake memang seseorang yang tak memiliki hati. Ia tidak kecewa akan hal ini, tetapi ia merasa heran bagaimana bisa ada orang tak berperasaan seperti itu. “Aku perlu wine,” ujar pria itu. Ia akhirnya menyerah untuk menebak isi kepala pemimpin organisasi itu, bahkan mungkin ayahnya sudah tak tahan sehingga menyerahkan kepemimpinan dengan cepat padanya. Pelayan itu langsung menyediakan apa yang Grezlie inginkan, ia tak banyak bicara karena tak ingin sang tuan terganggu. Setelah selesai ia segera memberikan wine tersebut kepada sang tuan. Grezlie yang kini sedang menikmati wine kesukaannya menatap seorang pria yang duduk dalam diam di hadapannya. Ia menarik napasnya panjang dan menatap ke arah jendela, mereka sudah cukup lama berada di udara, dan dirinya berharap segera di tempat tujuan. “Jika Anda memerlukan bantuan, Anda tak perlu sungkan.” Pria yang ada di depan Grezlie akhirnya buka suara. “Arien Liu, aku ingin kau menyebarkan kepada publik siapa wanita itu sesungguhnya.” Grezlie memberikan foto yang semalam ia temukan, dan tersenyum saat pria di depannya menerima foto tersebut. “Apa Anda tertarik kepada wanita ini?” tanya orang tersebut. “Kadang banyak bicara bisa membuat kuburanmu semakin lapang.” Grezlie hanya memerlukan keinginannya dilakukan dengan cepat, bukan malah mendapatkan pertanyaan yang jujur saja sangat mengganggu. Mendengar penuturan Grezlie membuat pria itu terkikik geli, ia segera mengakhiri tingkahnya dan mengamati wajah Arien Liu. “Saya sudah memiliki banyak data tentang wanita ini,” ujar pria itu santai. Ia kemudian merogoh saku jaket hitamnya, lalu memberikannya kepada Grezlie. Grezlie yang melihat foto itu langsung meraihnya, ia kemudian menatap lebih jeli, dan terpesona. “Cantik, siapa wanita ini?” “Arien Liu yang asli,” jawab orang tersebut sambil tersenyum penuh misteri. Grezlie menatap bingung, kenapa sampai ada dua Arien Liu? Apa sebenarnya yang terjadi di sini. Pria itu semakin tertarik untuk mengetahui banyak hal tentang hal ini, sepertinya akan banyak sekali kejutan yang bisa membuatnya betah bermain-main. “Aku harap hal ini akan menyenangkan untuk dijalani.” Grezlie yang kini diliputi rasa penasaran semakin tak sabar, ia harus bisa mendapatkan wanita itu dan bermain dengannya. Kecantikan Arien Liu membuatnya silau, dan karena hal itu pula Grezlie bertekad mengikat wanita itu. “Bayangkan jika dia mengandung anak Anda, Tuan. Sudah pasti Tuan Zinan akan sangat senang mendapatkan seorang cucu, apalagi cucu itu lahir dari bibit unggulan. Anda mengerti maksud saya, bukan?” orang yang bersama Grezlie mulai menggoda sang pemimpin baru keluarga Xrezone, ia tak sabar melihat bagaimana Grezlie menjadi semakin gila jika tahu rahasia tersembunyi tentang wanita itu. “Aku mengerti, tidak masalah untuk mencoba hal itu, aku juga sudah sangat bosan mendengar permintaan Ayah tentang seorang pewaris.” “Apa Anda akan menikahi wanita itu?” tanya pria itu. Grezlie yang sudah berencana melajang seumur hidup hanya menyeringai. “Aku tidak tertarik pada hubungan seperti itu.” “Apa saya perlu menjelaskan semua tentang Arien yang asli?” “Kau hanya cukup diam, aku akan mencari tahu itu seorang diri, dan akan aku pastikan wanita itu mengatakannya sendiri padaku. “Baiklah, saya harap Anda tidak menjilat ludah Anda sendiri, Tuan.” Grezlie yang mendengar ucapan pria itu menyeringai. Yang paling ia sesali dalam hidup ini hanya satu hal, dan ia tak akan melakukan penyesalan lainnya. … Arien Liu baru saja selesai dari tugasnya, hari ini ia harus menjemput kedua orang tuanya yang baru saja kembali dari Paris. Wajah wanita itu terlihat lesu, ia pada dasarnya sangat malas melakukan hal seperti ini. Ia lebih suka berada di rumah sakit, menikmati harinya yang benar-benar normal dan juga indah. Entah ada angin apa kedua orang itu meminta Arien datang dengan tubuh aslinya, ini sangat membingungkan … Arien tak ingin memikirkan banyak hal yang bisa saja membuatnya bertambah pusing. “Nona Muda, apa Anda akan pergi sekarang?” tanya seorang pelayan yang beberapa menit lalu mengganti pakaian Arien. Pelayan itu tersenyum kala Arien mengangguk, ia segera melangkah ke dalam kamar dan mendekati Arien. “Apa pekerjaan di rumah sakit begitu melelahkan? Wajah Anda terlihat kusut saat ini,” tanya pelayan itu dengan suara yang begitu lembut. “Aku hanya merasa otakku sedikit berat, mungkin ini karena aku terlalu lama tidur dan menggunakan tubuh itu untuk bekerja.” “Apa Anda sudah meminum obatnya saat bangun tadi?” tanya pelayan itu lagi, sekarang wajahnya terlihat sangat khawatir. Ia menatap ke arah dua orang perawat yang mengurus keperluan sang nona. “Tenanglah, aku sudah meminumnya.” Arien tersenyum hangat. Ia kemudian menarik napas panjang. Walau pun dirinya tak bisa menikmati dunia luar sesuka hati, tetapi setidaknya saat ia tidur tubuh kloningan itu bisa melakukannya. Arien juga tak bisa menyalahkan kondisinya sendiri, ia terus menerima akan dirinya yang tak bisa berjalan. Kakinya lumpuh, dan selama ini yang menjalani kehidupan secara normal hanya tubuh palsunya saja. Bukan hanya kakinya yang lumpuh, kedua mata Arien juga mengalami hal tersebut. Selain lumpuh sejak lahir, Arien juga sudah buta. Ia melihat dunia yang indah dari kloningan itu, walau pun bukan tubuh aslinya, tetapi kesadaran Arien juga bisa dengan mudah di pindahkan ke dalam sana. Ada semacam chip yang terpasang pada otaknya, dan chip itu terhubung pada otak dari tubuh keduanya itu. Arien sangat bersyukur dengan hal itu, walau pun dirinya buta, tetapi ia melihat indahnya dunia dari tubuh itu. Meski pun ia tak bisa berjalan, tetapi karena tubuh itu ia bisa melakukan segalanya dengan sangat mudah, bahkan menggapai cita-citanya menjadi seorang dokter. “Maafkan saya, Nona. Saya hanya khawatir pada kondisi Anda.” Pelayan itu segera memohon ampunan dari sang nona, ia juga segera mengusir kedua perawat itu dari kamar Arien. “Aku mengerti, bisakah kita berangkat sekarang?” Sang pelayan menganggukkan kepala, meski sang nona tak bisa melihat itu, tetapi ia yakin wanita itu tahu apa yang ia lakukan. Dengan cepat sang pelayan mendorong kursi roda tempat Arien duduk, mereka segera keluar dari kamar itu. Arien tinggal pada salah satu villa di kawasan The Peak, villa itu adalah tempat dirinya di sembunyikan oleh pihak keluarga sejak lahir. Orang-orang luar tak ada yang tahu akan kondisinya ini, yang mereka tahu adalah Arien wanita yang sempurna dan juga berbakat. Tapi … kenyataan itu sangat berbanding terbalik dengan keadaan Arien sesungguhnya, ia hanya orang yang akan mendapatkan celaan dan menjadi aib keluarganya. Arien memang sudah dikucilkan oleh keluarganya sejak awal, dan hanya ada beberapa pelayan yang menemani hari-harinya dengan rutin. Ia sudah merasa senang meski pun hanya mendapat sedikit kebahagiaan, ia menganggap semua itu sebagai berkat yang Tuhan berikan untuknya. “Nona, apa Anda tak merasa curiga dengan keinginan Tuan dan juga Nyonya? Saya merasa ada hal kurang mengenakkan yang akan terjadi setelah ini.” “Tenanglah, setidaknya jika ada sesuatu yang akan terjadi, itu bukan hal yang akan membuatku mati.” Arien mencoba menenangkan pelayannya itu, ia juga menenangkan dirinya sendiri saat ini. “Maafkan saya, Nona. Saya hanya khawatir jika akan ada hal buruk yang terjadi pada Anda.” “Aku mengerti, tenanglah … aku yakin semuanya akan lebih baik. Mungkin setelah liburan panjang itu mereka bisa menerimaku, berpikirlah positif.” “Saya mengerti, Nona.” Sang pelayan tak ingin banyak membantah, ia akan menjaga sang nona dengan baik. Sejak awal keluarga dari pelayan itu sudah menjadi orang tetap yang merawat Arien. Ibu dari pelayan itu dulu juga pernah memberikan Arien ASI, dan secara tak langsung mereka adalah saudara tak sedarah yang terhubung melalui air s**u ibunya. “Nona, saya sangat menyayangi Anda” Pelayan itu tak pernah bosan mengatakan kalimat itu, ia benar-benar tulus mengurus Arien. “Wei, aku mengerti.” Arien meraba ke samping kiri, setelah itu menyentuh tangan sang pelayan, ia menggenggamnya. “Apa Nona memerlukan sesuatu?” tanya Wei, ia berhenti melangkah. “Tidak, aku hanya ingin menyentuh tanganmu yang hangat.” Kedua wanita itu segera menuju ke pintu keluar, mereka akan berangkat ke bandara dan hal itu juga menjadi kali pertama Arien bertemu dengan kedua orang tuanya menggunakan tubuh asli.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD