Sultan memasuki rumah miliknya yang sebagian lampunya sudah dipadamkan. Keheningan di rumah tersebut entah mengapa semakin membuat hatinya semakin merana. Ia merindukan ayahnya, yang meski sering memarahinya, namun begitu peduli dan perhatian padanya. Ia juga merindukan sang tante yang tak lagi bisa menjadi tempatnya berkeluh kesah di saat seperti ini. Ia benar-benar merasa kesepian saat ini. Sultan mendudukkan tubuhnya di salah satu sofa di ruang keluarga. Kepalanya ia sandarkan pada sandaran sofa dan matanya ia biarkan terpejam. Beberapa hari ini terasa berat sekali baginya, dan Sultan merasa kerja kerasnya selama ini tak berarti apa-apa lagi. Karena impiannya untuk menikah dengan wanita yang ia cintai benar-benar telah kandas. Tanpa bisa dicegah, Sultan pun akhirnya menangis. Batinnya