Sial, Sudah Jadi Mantan Memang Lebih Cantik.

1149 Words
Sebenarnya Sekar sudah tidak mau bertemu dengan Saka. Selain karena laki laki itu memang sikapnya sangat menyebalkan. Sekar juga tidak mau mendengar semua alasan Saka, yang mengatakan ingin kembali padanya karena kedua orang tuanya. Meski dia tidak berharap, tetap saja jika mendengar alasan itu, Sekar merasa sakit hati. "Jadi apa yang kamu katakan pada Pak Adijaya. Kenapan beliau berkata sama saya. Kalau kamu itu seorang desain yang sombong?!" Apa sih? Tadi Pak Ishak memanggilnya ke ruangannya. Rupanya ini yang akan beliau tanyakan. Saka sepertinya sudah membuat ultimatum untuknya. Sekar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kenapa Saka berkata demikian? apakah ini cara dia yang licik, seolah ingin mengancam Sekar, untuk tidak bermain main dengannya? "Maaf, Pak. Mungkin saya kurang ramah sama beliau," Untuk saat ini, Sekar mungkin harus banyak mengalah, demi agar bisa tetap bekerja di sana dan menghidupi anaknya. Pak Ishak mengangguk. "Baiklah, saya hanya mau bilang sama kamu. Bahwa saya tidak suka dikecewakan. Saya ingin kamu tetap menjadi desain utama diperusahaan saya. Buana adalah perusahaan yang selalu bisa diandalkan. Iyakan?" Pak Ishak sangat mempercayai Sekar, sejak perempuan itu membuat sebuah desain digital untuk kali pertama, saat dia melamar kerja ke sana. Ishak sangat menyukai semua jenis desain yang Sekar buat. Dan Ishak selalu merasa puas dengan apa yang Sekar buat. Karena hal itulah Sekar jangan pernah mengecewakan Ishak. Namun cara licik yang dilakukan Saka agar tetap bisa berhadapan dengannya, cukup membuat Sekar merasa harus menjaga dirinya lebih baik lagi. Saka benar benar seorang lelaki licik yang menghalalkan segala cara, agar bisa mencapai tujuannya. Bahkan lelaki itu telah melibatkan bos-nya sendiri. Kamu keterlaluan, Saka! ucap Sekar di dalam hatinya. "Baik, Pak. Saya akan bersikap lebih ramah lagi. Saya minta maaf," Pak Ishak mengangkat kedua bahunya. "Jangan minta maaf sama saya. Nanti kamu minta maafnya pada Pak Adijaya saja, ya." "Memangnya beliau akan ke sini lagi?" Ishak menggeleng. "Bukan, tapi kamu yang akan ke kantornya, siang ini!" jelasnya. "Ta-tapi untuk apa?" "Ya untuk menyelesaikan semua tugas kamu. Pak Adji ingin kamu yang mendesain semua projeknya. Dan itu sangat luar biasa sekali, Sekar. Perusahaan akan sangat diuntungkan. Saya tidak menyangkan kamu akan mendapatkan projek dari perusahaan yang besar itu. Saya bahkan sudah mengincarnya sejak dari dulu. Tapi kamu sudah bisa mengambil pekerjaan itu dengan begitu mudahnya, tanpa saya yang harus turun tangan langsung." Sekar menelan salivanya kuat kuat. Jadi Saka sudah mengetahui kalau ia bekerja di Buana? dan cara ini ia lakukan untuk mendekati dirinya. Sialan! Mendadak kepala Sekar terasa semakin sakit dibuatnya. "Kamu kenapa?" Ishak menatapnya cemas, mungkin karena wajah Sekar berubah menjadi pucat. "Tidak apa apa, Pak." "Kamu sepertinya agak pucat, apa kamu tidak tidur semalam?" pertanyaan Ishak, mengingatkan Sekar, pada kejadian semalam. Starla panas, sehingga balita kecilnya itu harus digendong olehnya, barulah ia akan tidur. "Anak saya agak rewel, jadi saya sedikit bergadang." jawab Sekar seadanya. "Kan kamu punya pengasuh? kenapa kamu enggak nyuruh dia aja, buat jagain?" "Sharla hanya mau sama saya, saja. Pak. Kalau sedang sakit." "Oh, saya punya kenalan pengasuh anak yang sangat berpengalam. Dia bisa mengambil hati anak dalam sebentar saja. Saya yakin, starla pasti akan nyaman sama dia. Bagaimana? Apa kamu mau saya sewakan untuk kamu. Maksud saya, semua tagihan bulanan untuk pengasuh itu, akan saya tanggung setiap bulannya." Sekar menatap Bosnya itu beberapa saat. "Tapi Ratna sudah hidup dengan saya lama sekali. Saya sangat mempercayai dia. Starla juga sangat nyaman sama dia. Hanya saja, kalau dia sedang rewel seperti itu. Saya takut membuat Ratna lelah. Jadi saya yang mengambil alih tugasnya, tadi malam." "Ya, saya tahu kalau mendapatkan pengasuh yang baik itu sangat susah, memang." "Iya, Pak. saya tidak mau ambil resiko." "Ok, saya mengerti. Tapi saya beneran mau bantu kamu, loh. Kalau misal perawat itu merasa lelah. Kamu bisa ambil perawat yang saya bilang tadi. Jadi mereka bisa gantian jaga Sharla, dan kamu enggak harus capek. Kamu bisa pulang dan istirahat. Lalu pekerjaan kamu bisa berjalan dengan baik. Iyakan?" Sekar hanya tersenyum seraya mengangguk saja. Pak Ishak ini adalah sesosok Bos yang sangat baik. Meski laki laki itu juga kadang bersikap menyebalkan karena selalu saja memberikan tugas yang membuat Sekar sakit kepala. *** Dan di sinilah Sekar berada. Ia menunggu panggilan masuk dari Sekretarisnya Saka. Karena saat ini Saka sedang menerima tamu. Sekar duduk dengan menautkan kedua tangannya harap harap cemas. Lalu setelah beberapa menit menunggu, seorang lelaki datang menemuinya. "Bu Sekar silahkan masuk!" ucapnya. Lalu Sekar pun masuk, menemukan Saka tengah duduk di kursi kebesarannya dengan tatapan lekat padanya. Cukup membuat jantung di dalam sana seolah akan jatuh dari tempatnya. Meski Sekar masih sangat marah pada laki laki yang telah menanam benih di rahimnya lalu melepasnya begitu saja dengan sangat keji. Namun tetap saja, wajah tampan itu memang akan selalu membuat perempuan mana pun akan bertekuk lutut padanya. "Silahkan duduk!" Saka mempersilakan Sekar duduk di sopa, di ruangan itu. Sekar segera duduk, meletakan laptop dan map yang ia bawa. Saka berdiri dari bangku kebesarannya, dan ikut duduk di sopa itu, tepat di depannya Sekar. Sehingga laki laki itu begitu leluasa menatap sang mantan. "Kamu sudah mendengarkan semua keluhan saya, tentang sikap kamu kemarin?" dia bertanya dengan nada mengancam. Namun sayangnya Sekar tidak merasa gentar sama sekali. Ia mengacuhkan kicauan laki laki itu, dan malah menyalakan laptopnya. "Ini desainnya, dan kalau bisa. Saya ingin segera mengecek ke lapangan." tukas Sekar dingin. "Kenapa terburu buru?" "Karena memang itu yang harus dilakukan!" "Ya, kita memang akan melakukannya. Tapi sebelum itu akan ada seseorang yang ingin sekali bertemu dengan kamu!" Deg! Sekar menelan salivanya kuat. Ia merasa kalau datang ke tempat ini adalah sebuah keputusan yang salah. "Saya sepertinya sedang tidak mau bertemu dengan siapapun. Dan anda harus tahu, Pak Saka! Saya tidak suka anda mencampurkan urusan pekerjaan dengan urusan pribadi!" "Ini bukan hanya pribadi kita saja, tapi kedua orang tuaku." "Tapi tidak untuk saat ini!" Sekar agak berteriak dan membuat Saka terdiam. "Dengar, Pak Saka! anda boleh saja membuat bos saya bertekuk lutut pada anda. Hanya agar anda bisa berkomunikasi lebih dengan saya! Tapi anda juga telah memanfaatkan kedua orang tua anda. Hanya untuk sebuah keegoisan, yang memang sudah anda miliki sejak lahir!" "Kalau saya egois, saya tidak akan menandatangani surat perceraian itu, dulu. Saya akan gantungkan status kamu. Tapi nyatanya saya melepas kamu dengan baik baik kan?" "Dengan baik baik, kamu bilang? Kamu lepasin saya dimalam malam buta? itu yang namanya baik baik?" "Saya memang sudah melepaskan kamu, tapi saya tidak pernah mengusir kamu, Sekar!" "Lalu untuk apa saya berada di rumah kamu? untuk jadi hiasan? pajangan? atau kamu mau nyiksa batin saya?" "Dengarkan dulu aku Sekar," "TIDAK! aku tidak mau dengerin kamu! Kalau memang kamu tidak berminat dengan desain saya. Saya pulang saja!" Sekar hampir saja meraih laptopnya untuk pergi. Namun Saka mendorong perempuan itu dan tiba tiba saja menciumnya. Hal itu membuat Sekar marah, lalu perempuan itu mendorong dan menamparnya. "Sekar ...," "b******k!" Sekar mengambil tasnya, lalu pergi begitu saja tanpa peduli pada laptop dan map yang ia bawa tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD