"Sah!" seru seluruh undangan yang hadir di Zirconia wedding hall.
Akhirnya, dia milikku. Wanita menggemaskan ini milikku.
Dia Aisy Zayyin, wanita imut nan menggemaskan yang hari ini telah resmi menjadi istriku.
Kebahagiaan ini tak mampu terbendung, ingin aku segera membopongnya menikmati malam panas pertama kami, sayangnya hasrat membara itu harus ku tahan sampai rangkaian acara resepsi kami selesai.
Aisy tampak cantik menggunakan midi dress berwarna putih tanpa lengan. Membalut indah di tubuhnya yang ramping menonjolkan usia mudanya. Keimutannya semakin terlihat dengan make up natural Barbie look yang membuatnya terlihat bak boneka hidup saat ini.
Meskipun telah resmi menjadi suaminya, Aisy tetap malu untuk melihat Robby. Semakin panas suhu tubuh Aisy ketika Robby memandangnya seperti ingin menerkamnya.
"Lihatlah pengantinmu!, terbalut gaun putih yang memperlihatkan kaki jenjangnya, lengan mulusnya, leher putihnya", bisikan iblis di kepalaku yang membuatku menelan ludah.
Lamunanku terbuyar tatkala Ai menyenggol ku.
"Mas kenapa?" tanyanya dengan polos.
"Eeh, enggak kok cantik, cuma bayangin kamu aja" aku yang cekikikan menggodanya.
"Bayangin apa sih?" sungutnya.
"Ya Aiku, yang ku bantuin ganti baju lah!" candaku dengan dibalas dengan sikapnya yang malu-malu dan wajah merah merona.
*
Sebelum seluruh acara selesai, aku sudah membopong wanitaku untuk beristirahat di Zirconia suit room. Kamar yang kupesan untuk menikmati malam panas pertama kami. Aku ingin malam ini berkesan untuknya, wanitaku yang menggemaskan.
"Aku mandi dulu ya Mas" malu-malu dia masuk ke kamar mandi.
"Wah, bathtubnya luas sekali Mas!" komentarnya mengagumi.
Iya dong, maunya kan berendam berdua, eh dia lari duluan. Sesalku dalam batin menyayangkan keluguan istriku Ai.
"Mas," sambil mengintip dari balik pintu.
"Iya sayang, kenapa?" tanyaku.
"Bantuin Ai dong, ini susah!" rengeknya.
wajahnya yang memelas membuatku ingin menjahilinya.
"Sini sayang, mas bantu!" sambil meraih pinggang rampingnya.
Mulai kubuka satu persatu kancing di punggungnya, astaga!, putih dan halus sekali, bak cake yang baru matang dari oven, kenyal dan ingin sekali ku gigit.
Sungguh menggoda iman, wanita mungil nan seksi ini.
Meskipun dia istriku, tapi memang benar-benar cantik. Wajah polos alami, mata abu-abunya bagai berlian yg memancarkan sinarnya.
Badan ramping, putih mulus, memiliki p******a yang yang kencang dan ranum serta 2 bemper yang enak untuk diremas.
Meskipun seringkali dia tidak pernah memperlihatkan lekuk tubuhnya karena selalu memakai baju yang seperti anak SMA walaupun usianya sudah 21 tahun.
"egh, mas... geli..." rengeknya sambil meliuk-liuk kan badan ke kanan dan ke kiri, karena merasa geli.
Aku yang tidak sadar bahwa dari tadi tanganku menjelajahi punggung telanjangnya.
"Hehehe habis halus banget sih, kan jadi khilaf" gurauku.
"Sudah sah kok" Jawabnya sambil malu-malu.
"Lampu hijau ini" batinku.
Aku yang tak sabar ingin mencumbunya dari tadi mulai melancarkan aksiku.
Tanpa babibu, punggung telanjangnya pun kuciumi "cup cup cup cup" suara kecupanku.
Kamar mandi yang sunyi sekarang ramai terdengar desahan Aisy yang menggema.
Belum puas aku menciumi punggungnya, tanganku yang bebas mulai menjelajah, meraba-raba bukit kembarnya yang ranum.
Ternyata lebih besar dari genggamanku dengan puncak yang yang lebih kecil dari kelingking ku.
Dengan pelan aku merabanya memilinnya dan meremasnya. Hingga terdengarlah melodi indah dari mulutnya "hmmm, emh..." berulangkali.
Semakin aktif tanganku menyerang payudaranya, semakin tak malu-malu Aisy meracau, merasakan sensasi yang belum pernah ia rasakan selama ini.
Gadis perawan pastilah sangat sensitif saat disentuh di bagian erotisnya.
"egh, agh, hah, mas lemes" sambil menjaga kakinya yang tidak berdaya terkena rangsangan dahsyat dariku agar tidak jatuh terjerembab ke depan.
"sayang, kamu pegangan tepi bathtub, agar tidak jatuh, hmmm" disela sela nafas yang memburu terbakar nafsu, aku bersabar untuk membuatnya rileks terlebih dahulu sebelum belah duren.
Sudah waktunya tanganku meraba yang lain menjelajahi tempat-tempat rahasianya yang sensitif.
Kuciumi lehernya "cup" turun ke punggungnya "cup" ke pinggang rampingnya "cup" sambil meremas payudaranya "Agh" jeritnya.
Kini tanganku menjelajah ke perut datarnya.
"huhm, ehm, hehmm" racaunya semakin tak jelas.
Tanganku mulai meraba paha depannya, sedangkan mulutku mulai menciumi paha bagian dalamnya.
Semakin indah jeritan nikmat dari mulutnya.
Kini sampailah mulutku pada inti tubuh istriku.
Dengan sabar aku menjelajahi kulit lembut istriku dengan lidahku yang panas.
Miliknya lembut kemerahan tanpa bulu. Mulai aku jilat dari atas ke bawah dari bijinya ke lubang kenikmatannya dengan lembut pelan dan aku nikmati setiap inci dari kulitnya.
"Aaaah,mas, oooh, mas, ehmmm"
Semakin melengking suaranya.
Belum cukup aku memainkan miliknya, lidahku yg aktif melesak masuk kedalam lubang kenikmatannya, terasa hangat dan manis.
"Sayang manis sekali seperti madu" godaku sambil menggesek biji kecilnya.
"Mas!, aku malu jangan ih!" marahnya tertahan dengan nafsu.
"Tapi enak kan?" jahilku.
"hah, huhmmm, hingh" tak mampu menjawab.
Lidahku semakin masuk kedalam, menjelajahi rongga nikmat itu.
Wanitaku yg tak mampu lagi menahan hasratnya merasakan kenikmatan duniawi untuk pertama kalinya diiringi jeritan melengking tanda o*****e pertamanya.
"Sayang, mas udah ga tahan" rintihku menahan sakitnya rudalku yg tegak bagai pedang yg harus di masukkan ke sarungnya.
"Di kasur ya mas", jawabannya lirih karena lemas.
Kubopong tubuh telanjang istriku ke king size bed yang bisa digunakan untuk berbagi suhu tubuh dengan berbagai gaya.
Kulebarkan kakinya, kujilati lagi v****a mungilnya, mulai kugesek lembut dengan jariku.
Jeritan nikmat istriku sudah tidak grogi, tidak ada rasa malu untuk melepaskan rasa nafsunya. Yang ada hanya rasa haus ingin di masuki lubang surganya.
Jariku mulai masuk dan keluar dari vaginanya yang perawan. Basah setelah o*****e pertamanya tak cukup untuknya menerima penisku yg perkasa.
Kupercepat mengocoknya "clok, clok,clok" tak tahan dia meremas seprei dengan kuat.
Kurasa cukup basah untuk menerima penisku.
Dengan gaya misionaris, kugesekkan penisku ke vaginanya, dengan pelan, kemudian semakin ku percepat, sambil mencoba memasukkan kepalanya ke lubang kenikmatannya.
Kepala penisku sudah menyeruak pintu vaginanya.
"hummmh, egh, uuugh, hah" menahan rasa sakit pecah perawan.
"Sayang, tahan ya," rayuku.
"he eh" sambil menetes air mata nya.
"engh, engh, engh" terengah-engah berusaha memasukkan penisku ke lubangnya, masuk keluar, masuk keluar dengan hati hati, dan penuh perasaan.
Setelah melihat istriku rileks, dan nyaman, "Jleb" "Aaaaarrghhh" teriakan istriku saat penisku menghujam vaginanya.
"Sssst, sakit ya sayang, sabar ya, ntar enak kok" aku yang menghiburnya, tanpa mengeluarkan penisku dari lubangnya.
Diam tak bergerak agar istriku dapat menyesuaikan diri.
Penisku yg berkedut terasa panas diselimuti cairan kenikmatan dan darah istriku.
Astaga, inikah surga dunia itu? milik perawan memang tak ada duanya.
Istriku yang cantik, istimewa sekali kamu menjadi milikku.
Dengan pelan aku mulai bergerak maju mundur.
Desahannya sudah tidak tertatih dan menahan perih, sudah waktunya menikmati percintaan ini.
"Jleb, Jleb, Jleb," " Hagh, hah, eagh, argh, huf" "aku mencintaimu Ai" keluar masuknya penisku serasi dengan desahan nikmat istriku.
Intensitas kupercepat, perasaan membuncah sudah tak mampu tertahan.
"Sayang, aku keluar... agh, haaaaah" dengan nafas memburu yang belum teratur menikmati sisa sisa orgasmeku.
"Bruk" aku melemparkan tubuhku kesebelah istriku. Tanpa mandi kita berdua terbawa ke alam mimpi sambil saling memeluk berbagi kehangatan.
***