Kesepakatan Adit dan Arga

1156 Words
“Pokoknya mulai hari ini, kamu mas yang antar jemput, ya Dek?” Dista menghela napasnya menatap Adit yang tengah memakai setelan kantor yang sudah ia siapkan. “Mas bilangnya dadakan, Cecil sama Lina udah di jalan mau jemput adek.” “Yaudah, nanti kamu bareng mereka. Tapi mas ngikutin dari belakang.” Dista menatap suaminya. “Mas kenapa sih?” heran Dista sembari memoleskan lip tint di bibir tipisnya. “Nggakpapa.” “Terserah mas aja deh.” Pasrah Dista. “Nggak usah dandan.” Kata Adit yang hanya memakai kemeja dan boxer, mengambil lip tint milik Dista. “Adek nggak dandan Mas, Cuma pake lip tint aja biar nggak kelihatan pucat.” Ujar Dista memandang tak mengerti Adit. Setelah tadi malam suaminya itu meminta maaf padanya, tingkah Adit jadi aneh. “Pake sedikit aja jangan banyak banyak.” Kata Adit. “Mas kenapa sih? Ada apa? Bilang sama Adek.” “Nggak ada apa apa.” Kata Adit sembari menatap istrinya memoles lip tint ke bibir. “Tipis aja Dek.” “Iya ini tipis Adek pake nya Mas.” Geregetan Dista. “Mas kenapa sih? Kita ke dokter yu.” “Ngapain ke dokter? Mas nggak sakit Dek.” “Jangan di kuncir rambutnya.” Adit menahan Dista yang akan menguncir rambutnya. Membuat wanita itu menatapnya aneh. “Masss? Kenapa sih? Ada apa bilang? Mas kepentok apa kok jadi aneh gini?” cacar Dista “Nurut aja sama Mas. Rambutnya jangan di kuncir pokoknya, kalau enggak Mas cium sampe bekas leher kamu.” Dista mendengus mendengar ancaman suaminya. “Iya ini nggak di kuncir. Udah ah, Adek mau siapin sarapan. Mas kalau mau ikut ngantar Adek emang nggak telat?” “Mas kan CEO.” Balas Adit sembari memakai celananya. Dista yang dibalas seperti itu hanya menggeleng tak habis pikir dengan Adit yang menjadi raja es di kantor. Pernah Dista ke kantor Adit, dan beberapa karyawan sedang membicarakan suaminya yang menakutkan. Bagi Dista, Adit tidak menakutkan. Tapi menyebalkan dan kekanakan. Adit akan bicara seperti apa yang ia rasakan. Kadang Dista suka tak enak jika Adit berkata seenak jidat mengatai Gio dan Arga, teman pria itu. Adit mengintip pintu setelah selesai memakai celananya. Pria itu lalu mengotak atik teleponnya. “Ga, gue udah baik baik sama bini gue. Jangan sampe mahasiswa lo rebut bini gue.” Kata Adit lirih. Pria itu kemarin mendapat kabar dari Arga, temannya yang bekerja sebagai dosen dan mengampu salah satu mata kuliah istrinya kalau istrinya itu terkenal di kampus dan banyak yang mengicar. Membuat Adit ketar ketir seperti akan gila rasanya. ‘Hm.’ Balas Arga di seberang. “Ga, gue serius.” ‘ lo juga harus bantu gue dapetin Cecil lagi.’ Kata Arga. “Gila, gimana caranya dodol!” kesal Adit. ‘gue kagak mau tau. Gue mau mandi dulu bye.’ “Gila! Jam segini baru mau mandi Pak Dosen.” Arga tak menjawab langsung mematikan sambungan telepon Adit. “Sialan!” umpat Adit. Pria itu menatap kesal ke layer ponselnya. Bagaimana caranya ia menyatukan sang sahabat dengan teman istrinya? Istrinya jelas jelas menolak, Dista tau Arga playboy kelas kakap. Bahkan perjalanan cinta Cecil dan Arga dulu dari pacaran sampai putus pun Dista tau. Istrinya pasti tak akan mau membantunya. “MAS! CEPET SARAPAN!” teriak Dista dari bawah. “IYA DEK!” Adit langsung keluar kamar setelah menyerobot dasinya. “Dek.” Adit mengulurkan dasi yang belum ia pakai karena waktunya ia gunakan untuk menelepon dengan Arga. “Ck! Daritadi ngapain aja sih Mas?’ heran Dista. Adit hanya cengengesan sembari sedikit membungkuk agar sang istri tak kesusahan memasang dasinya. Tinggi Dista hanya sepundaknya, namun Adit malah menyukai nya. Ideal dan sangat tipe nya menurut Adit. Bahkan badan Dista juga sangat pas. Cup Pria itu mencium dahi Dista. Namun Dista tak protes atau merona, sudah biasa. Dista sudah tak malu lagi jika Adit mencium kening atau pipi nya. “Dek, nanti malam ya?” Adit menaik turunkan alisnya sembari menatap Dista yang tengah merapikan dasi dan rambutnya. “Kalau temen Mas nggak ngasih tugas.” “Arga?” Dista mengangguk pada Adit. “Temen Mas demen banget ngasih tugas, Adek udah sebel tambah sebel tau nggak.” Adit terkekeh mengelus rambut halus istrinya. “Nanti Mas bilang deh sama dia.” Dista mengangguk sembari tersenyum. Dista dan Adit lalu sarapan sembari berbincang kecil. “Distaaaa!” “Yuhuuuu istrinya Pak Adit!” Adit mendengus mendengar suara dua teman istrinya. Pria itu langsung berjalan mendekati dua gadis yang dikiranya masih di luar, ternyata mereka sudah di dalam sembari memakan cemilan untuk tamu. “Berisik.” Lina dan Cecil menatap Arga tak takut malah datar datar saja ekspresi mereka. “Dista mana Bang?” “Lagi cuci piring.” “Oh.” Balas keduanya tak perduli. “Besok besok Dista biar Abang yang antar jemput.” Lina dan Cecil tersedak. “Kenapaa?” tanya keduanya. “Gapapa, biar Abang aja.” Balas Adit. “Abang mau misahin Dista sama kita berdua? Jahat ih!” “Iya jahat kita udah temenan lama Abang mau misahin kita.” ‘’Abang nggak misahin, kalian di kampus kan tetep bertiga, main juga bertiga.” Jelas Adit. Dua teman Dista memang lebay, membuat Adit suka heran kenapa gadis lugu seperti istrinya bisa berteman dengan orang seperti Cecil dan Lina. “Ah Cecil marah!” kesal Cecil. “Kamu di cariin tuh sama Arga.” “Cecil nggak like ya Abang bahas bahas playboy cap kapak satu itu!” Adit terkekeh melihat raut kesal adik temannya itu. Cecil adalah adik dari Gio , temannya sekaligus mantan pacar dari Arga, temannya juga. Adit, Arga dan Gio memang sudah bersama sejak SMA. Namun hanya Adit yang melanjutkan kuliah, Arga dan Gio memilih melanjutkan perusahaan Bokap. “Dek, ayo udah belum?” tanya Adit. “Udah, ayo.” Dista keluar dengan menguncir rambutnya membuat Adit langsung menatapnya kesal lalu menarik rambutnya, mencopot kuciran wanita itu. “Udah Mas bilang jangan dikuncir rambutnya.” Dista mencebik. “Ah elah, gue mau juga uwu uwu.” Sahut Lina. “Cari pacar, ngeluh aja gabakal dapat.” balas Adit. “Kalo ngomong suka bener.” timpal Ceciil. “Ayo, kok malah makan terus?” tanya Dista kala Lina dan Cecil masih ngemil sedangkan Adit malah membuka ponselnya lalu kembali menonton siaran ulang sepak bola. “Aduh, perut gue mules inget mata kuliah pertama si playboy.” Kata Cecil. Dista tertawa kecil mengingat mata kuliah pertama di ajar oleh mantan kekasih Cecil, sekaligus teman Abang Cecil dan teman suaminya. “Ngawur kalo ngomong, kasian mantan kamu Cil.” Sahut Dista lalu, temannya itu memang kadang suka keterlaluan dengan Pak Arga. “Halah, dia aja kagak kasian sama gue tuh.” Balas Cecil. “Cari pacar sana, ntar pamerin ke Bang Arga.” Kata Dista membuat Cecil langsung memanggil Adit. “Bang?” “Hm??" “Mau cari istri lagi nggak? Cecil mau kok jadi istri kedua.” “CECIL!”murka Dista.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD