Semuanya sudah kembali ke rumah masing-masing, dan akan bertemu lagi h- 2 sebelum keberangkatan untuk membicarakan hal yang perlu di persiapkan.
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam", jawab ayah dan adiknya Ife yang sedang duduk di ruang tamu.
Ayah yang nampak sedang membaca buku ilmu agama sedangkan Zharfa sedang memasangkan tali sepatunya. Tak jauh Zharfa juga tampak sebuah raket badminton beserta kok nya.
"Dari maa nak? "
(Dari mana nak?).
"Dari ngumpua samo kawan yah"
(Habis nongkrong sama temen yah).
Ife duduk di samping ayahnya dan tak lama setelah itu mulai membuka pembicaraan tentang keberangkatannya ke Marapi.
"Yah yo ndak buliah Ife ka marapi yah? "
(Yah beneran Ife gak boleh ke Marapi yah?).
Ayah hanya diam dan melihat ke arah Ife tanpa menjawab pertanyaannya. Ife yang di lihat begitu langsung menundukkan pandangannya.
"Lai ka bisa Ife jago diri salamo disitu nak? "
(Bisa Ife jaga diri selama disana nak?), tanya ayah dengan sangat lembut.
"InsyaAllah Ife bisa jago diri yah, lai ado urang tuo kawan Ife yang ikuik samo rombongan Ife yah"
(InsyaAllah Ife bisa jaga diri yah, ada juga orang tua dari temen Ife yang ikut sama rombongan kok yah) ,
ucap Ife menyakinkan ayahnya.
Ayahnya takut melepaskan Ife pergi karena itu adalah pengalaman pertama bagi Ife apalagi langsung menuju ke Marapi yang medannya terkenal cukup curam.
"Samo sia se kak pai tu kak?"
(Sama siapa perginya kak? ), Zharfa yang juga berada di sana penasaran dengan siapa saja kakaknya mendaki ke gunung Marapi.
"Samo kawan- kawan kampus kak Fa, ado Ici yang ikuik nanjak,Afa tau Ici kan? "
(Sama teman- teman kampus kakak Fa, ada Ici juga yang ikut, Afa tau Ici kan?)
"Owhh kak Ici, lai tau Afa nah kak"
(Owhh kak Ici, Afa tau kok kak) .
"Iyo nak pai juo Fe ka Marapi tu? "
(Ife tetap mau pergi ke Marapi itu?) , tanya ayahnya kembali.
Ayah menjadi luluh dan mengizinkan Ife karena kasihan melihat Ife yang terus membahas mendaki setiap saat. Ife nampak sangat tertarik pada gunung Marapi dan ingin menjelajahinya sampai ke puncak gunung tersebut.
"Kalau ayah mengizinkan iya yah", cicitnya.
" Yo lah tapi Ife janji harus jago diri salamo disitu, Ife harus pulang tanpa kekurangan apopun, kalau ado apo- apo capek telfon kabaran ayah jo Zharfa"
(Yaudah tapi Ife janji harus bisa jaga diri selama disana, Ife harus pulang tanpa kekurangan apapun, kalau ada apa-apa cepat telfon kabarin ayah dan zharfa).
"Iyo kak, kok ado apo- apo telfon lo Fa kak, sadang mangaa pun pasti Fa angkek kalau kak yang nelfon"
(Iya kak, kalau ada apa-apa telfon Fa juga kak, lagi ngapain pun pasti bakalan Fa angkat kalau kak yang nelfon)
"Iyo yah jo Afa doaan akak bia bisa selamat pulang pai tanpa kendala"
(Iya yah dan Afa do'ain kakak biar selamat pulang dan pergi tanpa kendala), ucap Ife yang di angguki oleh ayah dan adiknya.
"Aamiin"
"Makasih yo yah , lah izinan Ife kasitu"
(Makasih ya yah, udah izinkan Ife ke sana)
, Ife mengambil tangan ayah lagi dan menciumnya.
"Iyo samo- samo nak, pokoknyo Ife hati- hati disitu, ayah ndak nio Ife baa- baa, ayah ndak nio kehilangan kaduo kalinyo do nak"
(Iya sama- sama nak, pokoknya Ife hati- hati disana, ayah gak mau Ife kenapa- kenapa, ayah gak mau kehilangan untuk kedua kalinya lagi), ayah mengatakannya sambil tersenyum tetapi Ife dan Afa dapat melihat ada rawut sedih yang terpancar dari wajah ayahnya.
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum", terdengar suara seseorang mengucapkan seseorang di depan pintu.
Ife langsung berdiri dan membukakan pintu.
"Waalaikumsalam"
"Kok nangih kak? "
(Kenapa nangis kak?, ternyata yang datang adalah sepupunya Ife.
Tanpa Ife sadari ternyata air mata sudah membasahi pipi nya, dan dengan cepat Ife langsung menghapusnya.
"Ndak ado kak nangih do,masuak lah Dion lu"
(Kak gak nangis kok, masuk dulu Dion), Ife mempersilahkan Dion untuk masuk .
Dion pun masuk lalu bersalaman dengan ayahnya Ife dan langsung duduk di samping Afa.
"Dimaa mainnyo kini Dion? "
(Dimana mainnya sekarang Dion?), tanya ayah.
"Lai di tampek biaso pak",
(Di tempat biasa pak),jawab Dion.
Dion sudah sering menjemput Zharfa ke rumah untuk bermain badminton di aula yang terdapat di kampung sebelah.
" Pai akak samo nakrang tu ka Marapi kak? "
(Kakak pergi ikut anak- anak ke Marapi kak?)
"Heheh iyoo,untuang lai buliah dek ayah tu kak ikuik kini, Dion ndak pai? "
(Heheh iya, mumpung di izinin ayah jadi kakak ikut, Dion ikut gak?)
"Ndak do kak, lai di ajak Dion dek nakrang tapi Dion ndak pai do kak"
(Gak kak, dion di ajak juga sama anak- anak tapi Dion gak ikut kak)
"Baa tu?,pai se lah wak jo kak gai"
(Kenapa?, ikut lah sama kakak juga)
"Ndak bisa do kak, Dion masih ujian kak, kok ndak ujian namuah Dion pai mah"
(Gak bisa kak, Dion masih ujian kak, kalau gak lagi ujian Dion bakalan ikut kak)
"Eee pai lah wak samo- samo, bilo jo lai Dion"
(Yahh ikut aja lah kita pergi sama- sama, kapan lagi kan Dion).
"Bilo- bilo lah kak, Dion lai namuah pai tapi dek sadang ujian ndak bisa lo nyusul do kak"
(Kapan- kapan lah kak, Dion mau ikut sebenarnya tapi karena lagi ujian nggak bisa ujian susulan juga kak)
"Yo lah kok gitu,bilo- bilo lah wak pai samo- samo"
(Yaudah kalau gitu, kapan- kapan kita pergi bareng ya) .
Ajakan Ife di angguki oleh Dion, Dion lalu mengode Zharfa untuk segera jalan karena waktu sudah semakin sore dan jarak dari rumah juga lumayan apalagi waktu sore banyak kendaraan yang berlalu lalang.
"Lah bang, jalan wak lai bang"
(Udah bang, yok jalan kita lagi bang)
"Lah"
(Yok)
"Dion pai lu pak, kak"
(Dion pergi dulu ya pak, kak)
"Fa pai lo lu yah, kak"
(Fa pergi juga dulu ya yah, kak)
"Iyo elok- elok se di jalan, jan kancang- kancang baok onda Dion"
(Iya hati- hati di jalan, jangan ngebut bawa motornya Dion), ucap ayah setelah Dion dan Zharfa mencium punggung tangannya.
"Iyo pak"
(Iya pak)
"Assalamu'alaikum "
"Waalaikumsalam"
Sekarang hanya ada Ife dan ayahnya di rumah.
"Fe.. "
"Iya yah"
"Ngecek lah Ife ka ibu jo ka nenek lu Fe"
(Izin juga Ife sama ibu dan juga nenek dulu Fe)
"Jadih yah, beko Fe ka rumah nenek jo ibu siap maghrib yah"
(Iya yah, nanti habis maghrib Fe kerumah ibu sama nenek yah)
Ibu yang di maksud bukanlah ibu kandung dari Ife, melainkan saudara kandung dari ibunya.
Ife memanggil tantenya itu dengan sebutan ibu, sedangkan pada ibu kandungnya sendiri Ife memanggil dengan sebutan bunda.
Dimana bundanya Ife?, pertanyaan yang sering dipertanyakan oleh orang-orang . Bunda Ife sudah kembali kepada penciptanya setahun yang lalu, tahun lalu adalah sahur pertama bagi Ife dan keluarganya tanpa sosok seorang ibu. Rumah yang awalnya ramai karena ada sosok seorang istri dan ibu,kini hanya menyisakan seorang ayah dan juga sepasang buah hatinya.