Chapter 4

1019 Words
Dua minggu setelah bulan madu mereka, Jessica menghabiskan begitu banyak waktu dengan ibu mertuanya. Mereka sering menghabiskan waktu dengan mengurus taman. Sebuah ide yang terpikir oleh Jessica untuk mengisi waktu luangnya setiap hari. Alex tidak mengizinkannya bekerja dan memintanya untuk menemani ibunya setiap hari. Selama ini Jessica sudah melakukan tugasnya dengan baik. Nyonya Brigit terlihat begitu bahagia karena akhirnya memiliki teman untuk bercerita. Hanya saja jika sepanjang hari hanya mereka lakukan dengan berbincang, rasanya kurang menyenangkan. Untuk itu Jessica memberikan ide agar mereka membuat sebuah taman bunga dan memelihara beberapa binatang. Sejauh ini yang terpikir hanya memelihara kucing dan anjing, namun mereka belum membelinya. Saat ini Jessica dan Nyonya Brigit masih fokus mulai mempersiapkan tamannya sendiri. Meski mansion ini sudah memiliki taman sendiri yang dirawat oleh pekerja kebun, tentu akan berbeda rasanya jika memiliki taman yang dirawat sendiri. Jessica juga mengajak agar mereka menanam beberapa pohon buah sehingga ketika siap panen, baik Jessica atau ibu mertuanya bisa memetik langsung dari pohon. Tentu menikmati buah segar yang dipetik sendiri dari pohonnya akan menimbulkan sensasi yang berbeda. Hari ini Jessica dan ibu mertuanya berkunjung ke makam Chelesea. Jessica akhirnya paham mengapa Alex memintanya untuk datang membawa mawar putih ke makam ini setiap hari sabtu. Hari sabtu adalah hari dimana Chelsea mengalami kecelakaan. Mawar putih adalah bunga kesukaannya. Alex melakukan itu setiap minggu sebagai bentuk kerinduan dan rasa sayangnya kepada kakaknya itu.  "Sudah lama sekali," ucap Nyonya Brigit. Jessica berusaha menguatkan ibu mertuanya dengan mengelus pundaknya dengan sayang. "Dia pasti sangat bahagia jika tahu kau menikah dengan Alex." Kak Chelsea memang sangat mendukung hubungannya dengan Alex. Jessica sangat dekat dengan dirinya ketika berpacaran dengan Alex dulu. "Ayo kita kembali, Mom." Nyonya Brigit menganggukkan kepalanya. Mereka lantas keluar dari daerah pemakaman dan masuk ke dalam mobil. Selama berada di dalam mobil, Nyonya Brigit masih terlihat sedih dan murung. Melihat hal itu, Jessica pun berusaha untuk menghiburnya. Mungkin ibu mertuanya itu kembali teringat akan putri dan suaminya yang sudah meninggal. "Mom, bagaimana jika kita mampir di sebuah restoran dulu? Aku merasa lapar." "Ah tentu saja. Kau mau makan apa, Jess?" "Entahlah. Menurut Mom sebaiknya kita makan apa?"  "Aku tidak begitu tahu makanan yang enak. Bagaimana jika mampir di restoran terdekat saja." Jessica juga tidak memiliki cukup ide jadi ia meminta kepada supir untuk mengantar mereka menuju restoran terdekat saja.  "Jess." "Iya, Mom?" "Minggu depan ada acara di panti asuhan. Sepertinya akan lebih baik jika kita mengajak Alex datang. Akan ada banyak anak kecil disana. Pasti menyenangkan." Jessica menganggukkan kepalanya. Ia akan mengajak Alex untuk datang kesana. Lagi pula sepengetahuannya selama ini Nyonya Brigit selalu saja datang sendiri. Pasti beliau akan senang jika Alex bisa turut hadir dalam kegiatan rutinnya tersebut. Ia akan berusaha membujuk Alex nantinya. Semoga saja lelaki itu mau melakukannya. Sreeett... Gerakan mobil yang berubah tiba-tiba membuat Jessica dan Nyonya Brigit. Mobil mereka hampir saja ditabrak oleh mobil besar dari arah depan. Jalanan cukup sepi karena daerah ini memang terkenal sepi dilalui oleh kendaraan. Akan tetapi mobil besar dari arah berlawanan itu seolah ingin menabrak mobil mereka. "Maaf, Nyonya. Apa kalian baik-baik saja?" tanya supir terdengar panik. Jessica memegang dadanya yang tadi berdetak begitu kencang. Ia langsung menoleh kepada Nyonya Brigit yang terlihat menghela napas berkali-kali.  Jessica pun menganggukkan kepalanya. Mereka baik-baik saja dan hanya merasa terkejut. Untungnya sabuk pengaman cukup kuat menahan keduanya sehingga tidak terpental.  Meski kepala Jessica terbentur, akan tetapi ia tidak merasa sakit yang begitu kentara. Mobil mereka hampir menabrak pinggiran pembatas jalanan karena untuk menghindar mobil besar itu. "Sepertinya pengendaranya mabuk. Saya akan memeriksa mobil depan terlebih dahulu."  Supir kemudian keluar dari mobil. Jessica memuat tubuhnya dan menoleh ke arah belakang. Mobil itu memang terlihat tidak dikendarai dengan benar. Mungkin memang pengendaranya tengah mabuk atau mengantuk.  "Mom baik-baik saja?" tanya Jessica. "Iya. Hampir saja kita kecelakaan." "Tidak apa. Semuanya baik-baik saja, Mom." Jessica berusaha menenangkan ibu mertuanya itu. "Bagian depan mobil lumayan rusak. Saya akan menelpon mobil lain untuk menjemput kemari." "Apa begitu parah?" Jessica menjadi sedikit panik. Ia sebenarnya tidak ingin masalah ini diketahui oleh Alex. Lelaki itu pasti akan merasa sangat khawatir. "Sebaiknya Alex tidak perlu mengetahui hal ini," Nyonya Brigit berbicara. "Benar, Mom. Dia pasti akan sangat cemas." "Pak, tolong pastikan Alex tidak mengetahui masalah ini." ------------ "Apa?" Alex menghentikan gerakan jarinya di atas keyboard ketika mendengarkan kabar tersebut. "Bagaimana keadaannya sekarang?" "Mereka sudah tiba di mansion, Tuan. Tidak ada yang terluka namun mobil yang dikendarainya rusak di bagian depan karena menabrak batas jalan." Alex segera menutup laptopnya kemudian bangkit dari posisi duduknya. "Cari tahu siapa yang hampir menabrak istri dan ibuku." Lelaki yang memberitahukan kabar itu pun menunduk. Sementara Alex segera bergegas untuk menuju mansionnya. Ia sudah merasakan kehilangan kakaknya karena kecelakaan. Jika sampai terjadi sesuatu dengan ibu dan istrinya karena kasus kecelakaan, Alex tidak akan pernah memaafkan pelaku tersebut. Ia juga sepertinya akan memarahi supir yang mengantar Jessica dan ibunya hari ini. Bisa-bisanya supir itu membiarkan hal seperti ini terjadi. Meski diberitahu bahwa keadaan ibunya dan Jessica baik-baik saja, Alex tidak akan merasa tenang jika tidak memastikannya sendiri secara langsung. Dua puluh menit kemudian ia tiba di mansionnya. Siapa pun yang melihat wajah Alex saat ini sangat paham bahwa lelaki itu sedang merasa khawatir. Langkahnya begitu tergesa dan ia ingin segera tiba di tempat tujuan. "Dimana Jessica dan Mommy?" tanyanya kepada seorang maid. "Mereka sedang makan siang, Tuan." Langkah Alex langsung menuju ke ruang makan. Ia merasakan kelegaan ketika melihat Jessica tengah berbincang dengan ibunya. "Apa kalian baik-baik saja?" tanyanya begitu berada di dekat meja makan. "Alex. Kau sudah kembali di jam segini?" tanya Jessica. "Aku mendengar kabar kalian hampir kecelakaan." Alex kemudian memperhatikan semua bagian tubuh ibu dan istrinya. Terlihat tidak terjadi apa-apa. Jessica dan Nyonya Brigit saling pandang. "Kami baik-baik saja," sahut Nyonya Brigit. "Sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang. Aku ingin memastikan kalian tidak memiliki luka dalam." "Kami tidak apa-apa, Alex. Kami sudah ke rumah sakit tadi." Jessica tidak berbohong. Setelah mobil lain datang untuk menjemput mereka, dia langsung mengajak ibu mertuanya ke rumah sakit untuk memeriksa keadaannya. Semuanya baik-baik saja, mereka hanya sedikit shock. Akan tetapi sekarang sudah jauh lebih baik.  "Sungguh?" "Iya, Nak. Berhentilah bersikap khawatir. Semuanya baik-baik saja." Alex kemudian menatap Jessica. Perempuan itu memberikan senyuman manisnya. "Duduklah, Lex. Mari kita makan siang bersama." Alex menganggukkan kepalanya kemudian duduk di sebelah Jessica. Mungkin setelah ini ia harus memperketat penjagaan terhadap Jessica dan ibunya. Apa saja bisa terjadi dan mereka bisa celaka. Alex hanya ingin melakukan yang terbaik. Ia tidak ingin kehilangan dua wanita yang dicintainya ini.  "Aku lega kalian baik-baik saja."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD