Lean POV
Hari ini sangat cerah, kuraih ponselku yang sejak tadi berdering sambil mengeringkan rambutk, ku temukanlah nama asistenku disana
"yah ada apa ? " tanyaku padanya
" bos saya sudah mengatur waktu dan tempat untuk bertemu dengan pelukis itu, sudah saya kirim alamatnya bisa bos cek dulu " jawab asistenku
" silahkan kamu saja yang datang, bawa beberapa fotoku untuk dia lukis, tolong atur dengan baik yah saya ada meeting pagi ini di kantor pusat dan oiya.. tolong siapkan jas saya untuk besok malam "
" baik bos " sahutnya, lalu ku matikan ponselku.
Besok Leon akan terang terangan melamar wanitanya didepan keluarga, yah kuharap acara itu akan segera berakhir Karna diriku sangat malas berada di keramaian.
Sebelumnya, perkenalkan gue Lean ntah kenapa nama itu persis dengan nama adekku hanya beda huruf vokalnya saja. gue dan Leon sangat berbeda Leon yang sangat mencintai dunia kedokteran sedangkan gue yang lebih suka bermain di dunia bisnis. hal itu membuat kita emang jarang bertemu satu sama lain, terlebih kami beda rumah . sejak aku menikah dan memiliki anak, keluarga kecilku pun pindah dari rumah papa mamaku, hingga sekarang walau sudah ditinggal dengan istriku tercinta Karna dia mengalami pendarahan yang cukup berat setelah melahirkan anaknya sehingga dia harus pergi untuk selamanya. Sejak saat itulah sikap ku berubah dingin, aku tak punya hasrat untuk bertemu dan menikah lagi Karna rasa cintaku kepada istriku yang sangat dalam, kehadiran putriku yang sangat cantik dan hebat " Shila " saat ini dia menduduki kelas 2 SD, berbeda denganku Shila seperti ibunya, periang, menggemaskan, pemberani, dan cerewet persis ibunya.. yah putriku yang malang yang saat ini dia lah satu-satunya wanita dihatiku.
Belum sampai aku dikantor, aku melihat toko baju untuk anak-anak, segera ku parkir mobil sportku, bergegas membuka pintu mobil dan memasuki toko baju itu, yah kuliat gaun yang sangat indah bewarna biru Dongker cocok,untuk jas yang akan ku gunakan besok malam.
" mbak tolong bungkus ini yah " pintaku pada seorang penjaga toko disana
" baik tuan "
" oiya tolong Carikan sepatu yang cocok untuk gaun ini yah "
" mungkin anda bisa memilih sendiri di sebelah sini tuan, ada beberapa sepatu keluaran terbaru dari brand terkenal di new York "
" tolong bungkus sepatu putih ini yah mbak " yah aku terpesona dengan warna putih kesukaan almarhum ibunya. Dulu ketika aku dan Elis ( ibu Shila ) masih berpacaran, dia selalu menggunakan outfit yang bewarna putih ntah itu dreesnya, sepatunya, atau bandananya yah wanita itu sangat menyukai warna putih alasannya putih warna yang suci, elegant.. oh tidak aku benar-benar rindu dengan sosokmu Elis tak selang beberapa menit semua pesanan sudah siap, ku ambil dompet dan mengeluarkan kartu kredit untuk membayarnya
" terimakasih tuan semoga putri anda menyukai hadiah yang akan diberikan oleh papanya "
" terimakasih kembali "
Segera aku melaju dan meninggalkan toko baju itu . sesampainya di kantor semua staff direksi sudah menungguku dan kami mulai membahas agenda perusahaan dan beberapa bahasan lainnya .
Leon POV
" apakah sudah selesai sus ? " tanyaku pada seorang suster yang sudah sejak tadi menemaniku di jam praktek ini . yah dia adalah Frisca asisten dan suster yang selalu menemaniku di ruang praktek dan oprasi . dia wanita yang sangat pemalu dan pendiam, tubuhnya mungil tapi sangat pas jika dipeluk, parasnya yang cantik yang hampir seluruh pasienku memuji kecantikannya, yah sayangnya dia sudah menikah tapi belum dikaruniai anak.
" belum dok 1 lagi " jawabnya
" okey selepas ini kita makan bersama yah, perutku sudah sangat lapar hanya menyantap sepotong roti saja, bolehkah aku meminta air putih lagi ? " pintaku padanya, segera dia mengambil tanpa mengiyakan .
" permisi boleh saya masuk ? " pasien terakhir ku pun masuk untuk diperiksa olehku, setelah beberapa menit aku memeriksanya dan menjelaskan beberapa hal penting untuk kesembuhannya akhirnya berakhir lah jam praktekku " uwaaa hari yang melelahkan enaknya makan apa yaah " sambil ku raih ponsel untuk memesan beberapa makanan dan minuman untukku dan Siska .
" dok saya keluar sebentar yah " pinta susterku itu sepertinya dia akan bertemu dengan seseorang.
" baiklah.. "
setelah semua ku pesan bergegas aku menunggu pesanan ku di depan rumah sakit tak ku sangka aku melihat Siska yang saat ini sedang menangis dikejauhan setelah bertemu dengan seorang pria ( siapa dia ? masak suaminya ) yah ingin sekali aku menghampirinya tapi tak ku sangka pesanannya sudah sampai dengan cepat, langsung saja ku hubungin Siska sambil menatap nya dari kejauhan
" hallo dok " yah dia menahan tangisnya saat aku menelpon dirinya
" kamu dimana sekarang? cepat keruangan, kita makan bersama dengan teman-teman yang lain"
" baik dok sebentar lagi saya kesana "
ah wanita itu menangis sambil mematikan ponselnya, ada apa yah ? tanyaku dalam hati .
Kirana POV
" Apa ? melukis dengan foto ? " yah aku terkejut saat laki laki berjas hitam itu memberikan foto ini, bagaimana bisa aku ingin protes tapi aku sudah sangat takut karna selain dirinya ada beberapa bodyguardnya yang menatap ku dengan tatapan mematikan. tapi kok dipikir pikir laki laki difoto ini ganteng banget yah, wajahnya sudah kayak om om mafia saja, apa jangan-jangan dia memang seorang mafia ? ah mana mungkin bos mafia memintaku untuk melukis wajahnya .
setelah menghabiskan semua makanan yang sudah dipesankan oleh laki laki berjas hitam tadi, segera aku pulang dan memulai untuk melukis wajah indahnya ini, yaa ini pertama kalinya aku melukis dengan foto, aneh tapi mau bagaimana lagi
Sesampainya dirumah langsung saja ku siapkan beberapa bahan untuk melukis yah niatku ingin mencoba untuk melukis wajah lelaki ini, tapi seketika aku melihat ranjang yang beberapa jam tadi aku dan Leon hampir bercinta pagi itu, tak sungka aku menertawakan diriku yang berkomitmen untuk tak bercinta, tapi kenyataannya pagi tadi aku mendesah kenikmatan dengan perilaku Leon.
" apa-apaan sih aku ini " gerutuku sambil membuyarkan hayalanku .
" oke- oke konsentrasi kiran !! " ku mulai menatap wajah pria yang difoto ini lalu menggambarnya di atas kanvas, yah aku ingin mencobanya terlebih dahulu dengan kanvas yang berukuran lebih kecil dari ukuran si pemesan tadi.
4 jam berlalu tak terasa aku berkutik dengan kanvas dan kuas, yah jangan menebak ini sudah selesai ini jauh dari kata selesai bahkan belum seperempatnya tapi aku sudah mengantuk sangat mengantuk mungkin karna terlalu banyak makan di restoran tadi. sebelum aku tidur, ku sempatkan menelpon mas Leon
" hallo mas.. apa nanti malam kita jadi jalan ? "
" pastilah sayang, aku ingin membelikan gaun cantik untuk kamu gunakan besok malam, bagaimana ?
" boleh mas, lagian aku gak punya baju yang bagus untuk digunakan di acara besok, aku takut ibumu gak menyukai pakaian yang aku gunakan ".
" hahahhaha.. ya ampun adek kamu kok berpikiran begitu sih, jangan berpikir yang enggak enggak yaah.. yasudah mas matikan dulu mau lanjutin makan sebentar habis itu mau lanjut keliling ke pasien pasien "
" oke mas, aku mau tidur juga ngantuk habis ketemu klien "
" adek sudah makan ? "
" iya sudah tadi dipesankan banyak makanan sama klien, perutku hampir saja meledak karna kekenyangan hahah "
" oke have fun adek sayang love you "
" love you too mas "
belum lama aku telponan dengan mas Leon gak menunggu lama aku terlelap dengan nyenyaknya memimpikan hal yang indah