DEVON 4 - Kebencian

1025 Words
Mulut Devon menganga ingin mengatakan sesuatu , tapi tertelan kembali dengan keterkejutan nya barusan. Bagaimana mungkin sang papa mengklaim sekeretaris Devon sebagai kekasih nya . Dengan rahang mengeras menahan amarah, Devon berlalu pergi begitu saja , meninggalkan Devi bersama Darco.Masuk ke dalam mobil nya, Devon berteriak frustasi. Kata u*****n yang Devon tujukan untuk Darco terlontar dari bibirnya bertubi-tubi. Pria tua sialan ....! Bagaimana mungkin Devi , sekretarisnya adalah kekasih sang papa. rasa kebencian pada Darco semakin menjadi. Besok Devon harus berbicara pada Devi. Devon tak akan membiarkan Darco semakin jauh menjalin hubungan bersama Devi. Ditelungkupkan kepalanya di atas kemudi. Yang muncul di dalam benaknya adalah sang mama. Satu-satu nya wanita yang sangat Devon sayangi. Karena sang mama juga , Devon enggan menjalin hubungan bersama wanita dan memilih menyimpang . Berhubungan dengan sesama lelaki seperti yang Devon jalani selama ini, membuatnya merasa lebih nyaman. Teringat akan Denzel, mungkin menemui kekasihnya itu bisa membuat Devon merasa lebih baik lagi. Karena selama ini hanya  Denzel yang sanggup membuatnya merasa nyaman. Mulai melajukan mobilnya menuju apartmen Denzel. Devon tak peduli lagi akan tujuan awal dia berada di pesta yang ia datangi tadi. Darco lah yang menghancurkan semuanya . Bagaimana mungkin Devon bisa lupa, jika Pak Ramono adalah salah satu sahabat papanya. Sudah barang tentu papa nya akan datang di acara yang sama dengan nya . Andai saja Devon tak meminta Devi menggantikan nya, mungkin saja selamanya Devon akan merasa dibodohi oleh tingkah laku Devi dan juga Darco dibelakangnya. Astaga ! bisa-bisa Devon jadi gila karena tidak kuasa menanggung beratnya beban hidup yang membelenggunya selama ini . Jika tidak ingat sang mama yang masih membutuhkan kehadiran nya, mungkin saja Devon akan memilih hidup dan tinggal di luar negeri saja agar ia tak lagi bertatap muka dengan papanya. Tapi sayangnya, Devon tak sangggup meninggalkan sang mama dan berakhir mamanya akan terus disakiti oleh pria tua bernama Darco.  Bukan nya menuju apartmen Denzel, tanpa disadarinya Devon justru menjalankan mobil menuju alamat rumah mamanya. Selama ini Devon memang sengaja memilih tinggal terpisah dari kedua orangtuanya . Tidak mau serumah bersama Darco dan lebih memilih menempati apartmennya sendiri. Sang mama dulunya sering protes kepadanya . Devon adalah anak satu-satunya dan sang mama akan merasa sangat kesepian tanpa adanya Devon. Sesekali Devon akan mendatangi mamanya ,melihat   kondisi mamanya dan terkadang Devon juga menginap di rumah orang tuanya. Hari sudah beranjak malam saat Devon sampai  di rumah megah kedua orangtuanya. Setelah memarkir mobil di dalam garasi, Devon melangkah memasuki rumah melewati pintu penghubung antara ruang tamu dengan garasi. Devon tertegun mendapati sang mama yang tertidur di atas sofa ruang keluarga dengan televisi yang masih menyala. Mamanya ketiduran rupanya. Devon tersenyum lalu mendekat pada mama nya . Meraih remote televisi yang berada di genggaman tangan sang mama , ia berniat mematikan televisi. Saat benda itu terlepas dari tangan Diana , yang merupakan nama mama Devon . Wanita paruh baya itu membuka mata secara tiba-tiba. Devon jadi merasa bersalah karena telah membangunkan sang mama. " Maafkan aku Ma, sudah membangunkan mama," ucap Devon penuh penyesalan. " Kau datang , Dev, " suara serak mamanya menyapa anak lelakinya. Devon mengangguk, lalu berjongkok di sisi sofa . Menyingkirkan helain rambut yang menutupi seagian wajah Diana. " Mama kenapa tidur disini ?kalau mengantuk sebaiknya mama tidur di kamar saja." "Mama tadi ketiduran, Dev. Mama sedang menunggu papa. Jam berapa ini, kenapa papa belum pulang juga ?" Deg, jantung devon berdeak cepat mendapati mamanya sedang menunggu sang papa , padahal Devon sangat tahu jika papanya tak ada sedikitpun terpikir akan mamanya . Jutsru papa nya pasti sedang bersenang-senang bersama Devita . Rahang Devon kembali mengeras. Lelaki tua sialan itu selalu saja menyakiti hati sang mama. Padahal mamanya begitu tulus menyayangi dan mencintai sang papa. Berkali-kali Devon meminta pada Diana agar meninggalkan Darco, karena percuma saja sekalipun begitu besar rasa cinta mama pada papanya , Nyatanya papanya tak membalas sedikitpun. Dan hal itu yang selalu memicu kekesalan dan kemarahan Devon.Entahlah, Devon juga tak tahu , apakah mama nya ini yang terlalu bodoh menempatkan rasa cinta di tempat yang tidak semestinya atau inikah yang namanya cinta itu buta. " Ma, sebaiknya mama masuk ke dalam kamar dan tidur. Tak perlu menunggu papa pulang karena papa pasti akan pulang malam. " Rayu Devon pada sang mama . Padahal Devon sendiripun tak yakin jika papanya akan pulang malam ini. "Tapi bagaimana jika papamu pulang nanti tapi mama malah keenakan tidur. " " Ma, Cukup ! Dengarkan Devon, mama tak perlu memikirkan Pak tua sialan itu . " "Dev... jangan berbicara seperti itu sayang . " Devon menarik nafas dalam karena emosi nya meluap begitu saja . "Devon mohon sama mama, Sekarang mama masuk ke dalam kamar. Devon yang akan menunggu papa pulang . Oke ." Tanpa bantahan Devon membantu Diana berdiri dan menuntun wanita itu masuk ke dalam kamarnya . membaringkan tubuh Diana di atas ranjang lalu menarik selimut dan membungkus tubuh Diana hingga batas d**a. Devon mendaratkan satu kecupan sayang pada sang mama. " Sekarang mama tidur. Devon akan keluar . Menunggu papa . " Diana menganguk, lalu Devon benar-benar keluar dari dalam kamar sang mama dan menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Gila saja jika ia akan menunggu Darco karena Devon tak akan pernah memberi secuil pun rasa sayang pada sang papa. Kebencian yang bersarang di hati Devon semakin hari semakin bertumpuk . Semua juga karena ulah Darco. Sekalipun Darco tahu jika Devon sangat membencinya , tapi lelaki itu tak pernah peduli . Bahkan hingga usia yang semakin bertambah , Darco bukan nya bertaubat dan menghentikan semua kebiasaan buruknya .Justru semakin berumur semakin menjadi kelakuan nakalnya . Dan hal itu cukup membuat Devon merasa malu luar biasa atas semua perilaku sang papa. Tak akan pernah mau mengakui Darco sebagai papanya , bahkan tak jarang mereka akan bersaing di dunia bisnis. Huft ... Devon menghela nafas. Semua kesabaran yang masih Devon miliki ini hanya karena mama . Andai mama mau diboyong Devon dan tinggal di apartmen milik nya , mungkin rasa khawatir Devon pada Diana tak akan sebesar ini . Setiap saat Devon selalu kepikiran Diana . Devon takut jika Darco selalu saja menyakiti Diana. Dan kenyataan nya memang demikian, Darco selalu menyakiti mamanya baik secara langsung ataupun tidak langsung. Seperti malam ini contohnya . Dimana Diana yang menunggu kepulangan Darco akan tetapi justru Darco bersenag senang bersama Devi di luar sana. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD