44. My Daughter Will Hate Me

1758 Words
Akriel mencoba menghubungi Herman melalui smart watchnya. Dia ingin memberi tahu padanya kalau Kasa adalah adik dari Karan dan dia punya bukti berupa rekaman suara Fany yang menjelaskan kronologi kematian Karan di masa lalu. Kini, gadis itu diketahui tengah menuju ke kantor polisi sendirian dan itu membuat Akriel khawatir. 'Jadi, Kasa punya buktinya?' Suara Herman terdengar di balik smart watch. "Iya. Dia sekarang sedang pergi ke kantor polisi. Dia bahkan melarang saya untuk menemaninya." Jelas Akriel. 'Kasa sudah melakukan hal yang benar. Namun yang membuat saya terkejut, ternyata dia adalah adiknya Karan. Saya bisa merasakan bagaimana sakitnya hati Kasa ketika kakak yang dicintainya mati dengan sangat tragis.' "Saya pun baru mengetahui kalau Kasa adalah adik dari Karan. Dia baru memberi tahu saya semalam soal hal itu." Kata Akriel. "Ngomong-ngomong, apa Renita akan dipenjara setelah ini?" 'Kenapa kamu bertanya begitu? Renita jelas akan dihukum sesuai perbuatannya. Dia pantas mendapatkannya.' Akriel tersenyum pasi saat mendengarnya. Entah kenapa seperti ada sesuatu yang baru saja menyenggol dadanya. "Lalu, bagaimana dengan Sheryl? Dia baik-baik saja, kan?" 'Kamu ini memang terlalu peduli orangnya. Padahal kamu dan Sheryl sama sekali tidak dekat tapi kamu masih sempat menanyakan kabarnya.' Akriel menyunggingkan senyumnya. "Mungkin iya. Saya terlalu peduli dengan semua orang. Saya terlahir dengan sifat seperti ini." 'Saya belum sempat menemui Sheryl. Jadi, saya tidak tahu bagaimana keadaannya. Saya akan menemuinya nanti.' "Bagus kalau begitu." Ucap Akriel. "Lalu, apa Anda tahu di mana Dara?" 'Dia bersama Dimas sekarang. Setahu saya dia tinggal bersama ayahnya. Dara pasti baik-baik saja. Dia mungkin hanya sedikit sedih karena kepergian ibunya beberapa hari lalu. Akriel mengernyitkan dahi. "Pergi? Maksudnya?" 'Ibunya Dara telah meninggal dunia beberapa hari lalu. Kamu baru tahu sekarang?' Akriel merasa tersentak. Laki-laki itu meneguk ludahnya. "Jadi, ibunya Dara telah meninggal?" 'Iya.' "Kalau begitu, terima kasih telah memberi tahu saya hal ini. Saya harus pergi sekarang juga." Kata Akriel lalu memutuskan sambungan secara sepihak. *** Kasa berjalan di sepanjang lorong kantor polisi sendirian. Dia berniat untuk memberikan rekaman suara yang ia dapatkan dari Fany tentang kronologi kematian Karan yang sebenarnya. Kasa benar-benar telah membulatkan niatnya untuk membuat Renita semakin dipenjara lebih lama lagi. Kebenciannya pada Renita semakin terpampang nyata. "Jadi, Renita yang telah membunuh Karan?" Megan, seorang kepala kepolisian yang baru saja mendengarkan rekaman suara Fany dari Kasa itu pun mengernyitkan dahi. "Iya, Renita yang telah membunuh kakak saya. Dia juga yang telah memalsukan kematiannya bahwa kakak saya meninggal karena kecelakan di dekat rel kereta api. Padahal Renita sendiri yang telah membunuhnya." Jelas Kasa. "Kami akan menyelidiki kasus ini lagi kalau begitu. Juga kami akan mengintrogasi Renita secara mendalam. Terima kasih karena keberanian kamu telah memberikan saya rekaman suara ini." Ucap Megan seraya tersenyum. Kasa masih ingat dengan jelas tentang perkataan Akriel semalam. Laki-laki itu mengatakan bahwa, 'Bukan manusia yang bisa menentukan neraka untuk manusia lain. Manusia bisa saja membenci manusia lain, tapi lebih baik kamu memaafkan Renita. Meskipun hati kamu berat untuk memaafkan Renita secara tulus, setidaknya kamu telah melakukan hal yang benar. Sejahat apa pun, sebersalah apa pun, dan sebengis apa pun seorang manusia, Tuhan tetap akan memberinya ampunan ketika orang itu memohon ampun kepada-Nya'. Dari perkataan Akriel, Kasa sadar kalau dia tidak bisa terus membenci Renita. Memang benar, meskipun hatinya berat untuk memaafkan, Kasa bukan Tuhan yang bisa menentukan neraka untuk seseorang. Maka sebisa mungkin, dia tidak ingin egois. "Saya juga akan memberi kesempatan pada Renita." Ucapan Kasa membuat Megan menaikkan alisnya. Wanita itu bertanya-tanya ketika Kasa baru saja berucap. "Kesempatan apa itu?" Megan sembari mengernyitkan dahi. "Jika Renita mau mengakui kejahatannya dan mengatakan kalau dia yang telah membunuh kakak saya di depan semua orang, maka saya akan memaafkannya dan saya akan mengajukan permohonan kalau hukumannya diringankan. Tapi, kalau dia tetap menyangkal tuduhan itu dan tidak mau mengaku, maka hukum dia sesuai kesalahannya." Megan benar-benar tercekat. Baru kali ini dia menjumpai seorang gadis remaja seperti Kasa. Dia rela memaafkan Renita yang bahkan telah membunuh kakaknya sendiri. Orang dewasa pun belum tentu mau memaafkan seorang pembunuh yang telah membunuh anggota keluarga mereka, sementara Kasa, bahkan di usianya yang masih di bawah umur bisa berpikir sedewasa itu dan mampu memaafkan seorang penjahat. Megan benar-benar kagum dengan gadis itu. Megan menyunggingkan senyumnya. "Apa kamu yakin, Kasa? Kamu mau memberi Renita keringanan atas hukumannya kalau dia mau mengakui kejahatannya?" "Saya yakin. Saya sudah ikhlas." Ucap Kasa meskipun sebetulnya dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia belum benar-benar tidak begitu rela. *** Renita tengah mengantre untuk mengambil makanan dan hal itu jelas membuat Renita tersiksa. Dia tidak terbiasa makan makanan seperti itu apalagi harus mengantre dan menunggu lama. Kalau di rumahnya dia bisa makan makanan enak buatan chef pribadi, di penjara dia justru harus makan makanan seadanya yang bahkan tidak cukup layak untuk dimakan manusia. Dia bisa mati kelaparan kalau setiap hari harus begini. "Bisakah kalian cepat sedikit?! Orang lain juga kelaparan di sini!" Bentak Renita dari arah belakang dan sontak membuat semua orang melayangkan tatapan sinis ke arahnya. "Penjahat baru ini bener-bener gak punya sopan santun, ya." Seseorang yang baru saja dibentak Renita kini tengah menghampiri wanita itu dengan tatapan yang sangat mengintimidasi. Namun, Renita sama sekali tidak takut padanya. Sebut saja namanya Dona, wanita yang kelihatannya lebih garang dari Nunu. "Berani-beraninya seorang penjahat baru membentak senior dengan begitu lantang." Ucap Dona sembari mendorong kepala Renita ke belakang dengan jari telunjuknya. Renita tersenyum miring melirik ke arah Dona. "Sepertinya kalian semua belum tahu siapa saya sebenarnya." "Gue tau kok siapa lo! Lo Renita Adinatya anak dari seorang rektor Universitas Adibrahma, kan? Lo orang kaya dan punya banyak duit. Gue tau. Tapi, sekarang itu semua gak ada harganya karena lo sama kami semua itu setara." Ucap Dona sambil menyunggingkan senyum meremehkan. "Saya sama sekali tidak sama dengan kalian. Jangan harap kalian bisa setara dengan posisi kalian." Ucap Renita datar. "Kenapa? Lo masih mau mengelak?" Nunu tiba-tiba menyahut dari ujung sana. Emosi Renita semakin menggebu. Kali ini dia harus mencoba menahannya agar dia tidak membuat masalah lagi seperti kemarin berkelahi dengan Nunu. Namun tiba-tiba, Dona mendekati Renita dan menjambak rambutnya ke belakang sampai Renita menengadah. "Inget, lo bukan siapa-siapa di sini. Setinggi apa pun jabatan lo atau sebanyak apa pun harta lo, lo cuma babu di sini!" Bentak Dona dengan mata yang nyaris melotot seutuhnya lalu wanita itu menjerembabkan Renita hingga membanting meja di sana. Terlihat dahi Renita mengeluarkan darah karena terkena sudut meja yang tajam. Renita menghela napas beratnya ketika mengusap darah itu dengan tangannya. Dia melirik Dona dan dengan segera menghampirinya lalu menampar pipi wanita itu dengan sangat keras. Sontak perlakuan Renita membuat Dona semakin marah dan suasana pun semakin ricuh. Dona balas menampar Renita lebih keras lagi hingga wanita itu sempoyongan dan terjerembab ke lantai. Renita telah membuat Dona marah. Wanita itu hendak menendang rahang Renita yang kini bersimpuh di lantai namun aksinya berhasil dicegah oleh beberapa polisi yang berhasil memergoki kericuhan mereka. "Berhenti!" Bentak Megan dan sontak kehadirannya membuat semua orang kicep seketika. "Apa yang kalian lakukan di sini? Berbuat keributan lagi?!" Semua orang sontak tunduk dan tidak berani berkata-kata lagi termasuk Dona dan Renita yang kini keadaannya penuh luka dan darah. "Kembali pada aktivitas kalian masing-masing!" Tegas Megan dan dengan segera mereka semua membubarkan diri dari sana. Megan membantu Renita berdiri. Wanita itu benar-benar kacau sekarang. Dia babak belur. Seluruh wajahnya penuh dengan luka dan darah yang bercucuran di dahinya. "Ikut ke ruangan saya. Ada hal yang harus saya sampaikan pada Anda." Kata Megan pada Renita dan membuat wanita itu begitu penasaran dengan apa yang akan Megan katakan kepadanya. *** Usai mengobati luka-luka Renita, Megan meminta wanita itu untuk mendengarkan sebuah rekaman suara. Renita penasaran dengan rekaman semacam apa itu. Dan setelah Megan menunjukkannya pada Renita, wanita itu malah terdiam dalam beberapa detik. Renita rasanya sudah mati rasa. Dia benar-benar tercekat setelah mendengar rekaman suara yang ditunjukkan oleh Megan. Itu adalah rekaman suara dari Fany yang tengah menjelaskan kronologi kematian Karan 8 bulan lalu. Dan dari penuturannya, Fany mengatakan kalau Renitalah yang telah membunuhnya dan memalsukan penyebab kematian Karan yang sebenarnya. Renita merasa hancur sekarang. Tatapannya kosong dan batinnya terasa sangat lelah. Renita sudah terpojokkan berkali-kali dan masalah terus menimpanya tanpa henti. Mulai dari Dimas yang menceraikannya secara sepihak serta nasibnya yang harus mendekam di penjara dalam waktu yang tak sebentar. Rasanya Renita ingin menjerit seperti orang gila. Megan mematikan rekaman itu namun Renita masih termenung di tempat duduknya. Megan menghela napas. "Saya mendapat rekaman ini dari adik kandung Karan Sabintang secara langsung. Rekaman ini adalah suara Stefany Ghinnara yang mengatakan kalau dia melihat kejadian yang sebenarnya tentang kronologi kematian Karan Sabintang 8 bulan lalu." "Adik Karan?" Renita bertanya dengan suara datar dan lemah. Megan mengangguk. "Iya, dia adalah adik kandung Karan. Dia bahkan memberi Anda kesempatan untuk mengakui kejahatan Anda. Jika Anda mau mengakui kalau Anda yang telah membunuh Karan, maka hukuman Anda akan diringankan. Dan kalau tidak, Anda akan dihukum lebih berat lagi kalau terus menyangkalnya." "Saya tidak melakukannya!" Renita mendadak gugup. Dia menutupi telinganya dengan kedua telapak tangannya sambil menunduk. "Saya bukan seorang penjahat." "Saya tidak menyebut Anda penjahat." Ucap Megan. "Anda punya dua pilihan. Pertama, hukuman Anda akan diringankan jika Anda mau mengakuinya di depan publik. Kedua, Anda akan dihukum lebih berat kalau Anda tetap menutup mulut." "Apa rekaman suara itu cukup kuat untuk membuktikan kalau saya yang telah membunuh Karan?!" Renita kini berderai air mata. Dia tidak kuat menahan tangisnya di depan Megan. "Tentu saja. Apalagi kematian Fany yang secara tiba-tiba dan hampir tidak masuk akal bisa saja dikaitkan dengan Anda lagi. Anda melakukan hal yang sama pada Fany persis seperti Anda melakukannya pada Karan. Anda membunuh Fany karena dia mengetahui kalau Anda yang telah membunuh Karan. Lalu, Anda memalsukan kematiannya dengan menggunakan surat yang sebetulnya bukan Fany yang menulis itu. Maka dari itu, Fany diduga meninggal karena bunuh diri padahal Anda yang mencoba menghabisinya karena Anda merasa terancam. Semua telah tertebak dengan logika." Jelas Megan dan hal itu membuat Renita semakin tersudutkan. Semakin Renita mengelak, semakin orang percaya kalau dia memang melakukannya. Renita telah membunuh Karan sekaligus Fany. "Saya sarankan, Anda jujur saja pada semua orang terutama pada keluarga Karan. Akui kejahatan Anda karena itu jalan yang terbaik saat ini," Megan melanjutkan. Renita terisak di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia benar-benar hancur karena ulahnya sendiri. Renita lebih dari seorang penjahat. Dia adalah pembunuh. "Saya tunggu jawaban Anda sampai besok. Saya harap Anda akan mengakuinya. Karena saya juga kasihan melihat Anda. Anda juga punya anak yang seumuran dengan Karan maupun Fany. Apa Anda tidak kasihan dengan anak Anda?" Renita mencoba menghentikan tangisnya. Dia mengusap air matanya dengan jari. Wajahnya dibiarkan menunduk. "Sheryl akan membenci saya kalau dia tahu bahwa saya adalah seorang pembunuh."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD