Langit malam mulai menghitam saat mobil kami melaju di jalanan yang sepi menuju rumah kakek suamiku. Suasana hening, hanya terdengar deru mesin yang lembut dan sesekali suara napas kami yang pelan. Sejak Ambara menitipkanku pada suamiku tadi siang, ada perasaan aneh yang terus menghantui pikiranku. Apa maksud dari kata-kata itu? Kenapa Ambara harus menitipkanku pada suamiku sendiri dan mengatakan sudah mengalah? Bukankah sekarang aku sudah menjadi bagian dari hidupnya? Seharusnya, dia yang menjaga dan bertanggung jawab atas diriku, bukan orang lain. Aku memalingkan wajah ke jendela, mencoba mengabaikan pertanyaan-pertanyaan yang terus muncul. Lagipula, suamiku tampak tidak terlalu mempermasalahkan titipan itu, yang aku sadari bukanlah sekadar candaan semata. Aku bisa melihat bagaimana w

