Untung saja jemari tangan pak Aksara berhasil membekap mulutku. Kalau tidak, dengan posisi kamar sesempit ini, pasti tetangga yang hilir mudik di depan kamarku untuk mempersiapkan acara bakal mendengar teriakanku. "Maaf, ngagetin kamu," tukasnya sambil tersenyum. "Salah sendiri malah melamun." Aku langsung memberikan tatapan tajam padanya begitu dia melepaskan aku. Bukannya menegurku dengan suara lembut, bisa-bisanya pak Aksara malah memelukku dari belakang. Aku belum sepenuhnya terbiasa, ada laki-laki yang bebas memelukku kapan saja, apalagi di kamar. Aku melihat pak Aksara malah tersenyum lebar. Tidak sampai mengeluarkan suara tawa, tapi bisa aku pastikan dia menikmati keisengannya. Tidak mau memperpanjang masalah, aku segera fokus pada makanan di hadapanku, begitu pak Aksara duduk

