06 - Race

1161 Words
-happyreading- Suara deruman mobil yang memekakan telinga kini menyambut kedatangan Aya. Gadis itu celingak-celinguk untuk mencari seseorang. Aya sedikit terkejut saat seseorang berlari dan memeluknya erat. "HUWAAA AYA GUE KANGEN SAMA LO!," teriak orang yang memeluk Aya sambil melepaskan pelukannya. "Aduh kak Ririn, kalo mau meluk pelan-pelan dong!! Untung gue bisa nyeimbangin, kalo ga udah nyium aspal tuh bibir!," cerocos Aya yang membuat Ririn mendengus kasar. Tanpa memperdulikan ucapan Aya, Ririn langsung menarik Aya masuk ke dalam untuk menemui Randy dan Santi. Sebenarnya, sirkuit balap ini milik Randy. Aya sering datang kesini hanya sekedar untuk balapan atau menonton saja. Tapi, Aya balapan hanya ketika ia punya masalah seperti saat ini. Menghilangkan stress yang menumpuk di pikirannya. Sesampainya di hadapan Om dan Tantenya, Aya langsung mencium punggung tangan mereka dan memeluk Santi. "Tumben Aya kesini, mau ngapain? Balapan?," tanya Tante Santi lembut sambil mengusap rambut Aya. Aya mengangguk "Biasa Tan," jawab Aya sambil tersenyum masam. Mengerti maksud Aya, Santi hanya mengangguk dan menyuruh Aya mengambil mobil yang biasa ia pake untuk balapan. "Yasudah kalian berdua ambil mobil ya, Om sudah siapkan lawan untuk Aya,". "SIAP IBU BOS!," ucap Ririn dan Aya serentak sambil mengangkat tangan hormat. >~extra hati-hati ya, lawan kamu kali ini berat, dia juga orang kesayangan Om, sama seperti kamu," ingat Randy yang hanya di angguki Aya. Lantas Randy pun beranjak meninggalkan tempat tersebut. Suara terompet menginstruksi, pertanda balapan akan segera di mulai. Suara riuh penonton sudah mulai terdengar termasuk Ririn yang juga ikut berteriak men-support Aya. Aya yang mendengarkan teriakan itu hanya bisa menatapnya sekilas dan kembali fokus karena balapan akan segera dimulai. Lampu peringatan sudah bewarna hijau, ia pun langsung menancapkan gas sehingga mobilnya melaju kencang. Aya melaju tanpa memerdulikan keadaan sekitar, tikungan demi tikungan di laluinya tanpa peduli mobil yang lecet nantinya. Aya menambah kecepatan mobilnya di atas rata-rata seperti orang kesetanan.  Dilain tempat Ririn yang sempat mengambil foto Mobil Aya, langsung memposting di story i********: miliknya >~"Le-levin" lirihnya saat mendengar suara lawannya sangat mirip dengan suara sahabatnya. "Kapan-kapan kita bisa tanding lagi, emm btw nama lo siapa?," ucapnya sambil mengulurkan tangannya. Aya pun mengembuskan nafas berat dan langsung menerima uluran tangan itu "Aya," ucapnya tanpa menatap orang itu. "Aya? Araya Keyra Meyadeline maksud lo?," tanyanya bingung. Aya pun mendongak " Gimana bisa lo tau nama gu-- LEVIN!!" pekik Aya saat melihat orang itu. Ia langsung memeluk Levin dan di balas sang empunya. >~ekstra Aya memukul keras lengan Levin sekuat tenaga. Bug! Bugh! "HEH!? LO TUH YA!," "GUE UDAH PANIK TADI!," "k*****t LO!," Levin yang meringis kesakitan dan tertawa senang secara bersamaan itu pun dengan cepat meraih kembali tangan mungil Aya, membawanya ke atas meja agar serangan maut Aya tak lagi tertuju padanya. "Aduh! Macan jangan galak-galak deh!," "Nanti anak kita ikut galaknya gimana?," "Gue sih ogah!," "Secara..," Levin merapikan kera bajunya sejenak sebelum melanjutkan ucapannya tadi, "Gue kan ganteng dan berwibawa!," Aya menoyor kepala Levin yang kadar otaknya minim, "b**o lo dari dulu gak ilang-ilang sih!," "Kan gue sedih" dengan mimik wajah yang di buat sesedih mungkin Aya kembali merapikan posisi duduknya. Levin hanya memutar bola mata malas. "untung cantik lo!," lirihnya pelan. "HAH!? Lo bilang gue bau ketek?," Sontak Aya bertanya karna suara Levin yang terdengar hanya samar samar. Mata Levin melebar, ia mengibas-ibaskan tangannya takut. "Eh-enggak Ya, sueerr sumpah!," "Tadi gue bilang cantik, bukan bau ketek! " Ujarnya meyakinkan, tak pandai lagi ia berbohong di saat Aya sedang marah. Semua makhluk disekitarnya bakalan habis ditangannya! Aya mendelik tak percaya, ia bangkit dari duduknya dan segera berdiri di samping Levin. Kembali menampilkan senyum lima centinya. "Levin..," Levin menggerakkan wajahnya ragu, sungguh suara Aya ketika seperti ini lebih menyeramkan dari boneka Annabel. "Iya Ya," Aya tersenyum manis, "Lo tadi bilang gue bau ketek kan?," "Sini deketan!," Levin menelan salivanya dengan susah payah, perlahan merapatkan kursinya mendekat pada Aya. "RASAKAN NIH BAU KETEK!!," Tanpa aba-aba Aya pun mengapit kepala Levin di ketiaknya dengan cara paksa, menjambaknya dan sesekali memukuli punggung lebarnya, ya walaupun rasanya itu tak berdampak sama sekali pada Levin. Banyak pengunjung Cafe yang melihat keakraban itu hanya tersenyum maklum dan geleng geleng, dari pandang lain mereka seperti sedang berpelukan ala anak TK Sungguh manis! "Aduh Ya, ketek lo beneran bau elah!," "Gue nyerah deh ya," "Ampun!!," Aya berlagak seperti preman dipasar senen, menggertakkan rahangnya sok laki. "Tiada ampun bagimu tuan Levin!," "YAAAAAAAA!!!!!!!!!," >~"Lo udah ngambil firstkiss gue!," Sejenak bayangan kejadian memalukan itu terlintas di otak Angga. Angga berhenti lalu memegang kepalanya, terus menggelengkan dan menepis pemikiran yang menurutnya sama sekali tidak penting. "Ngapain mikirin dia sih!?," Gumamnya kecil. Kembali ia langkahkan kakinya, berjalan ditepi jalan menyusuri padatnya jalan. Ya walau kini waktu tengah menunjukkan angka sembilan malam. "RASAKAN NIH BAU KETEK!," Teriakan itu sontak membuat jalan Angga kembali terhenti, ia menoleh ke samping. Tepatnya pada kaca bening yang membatas dinding cafe dan trotoar itu. Terlihat jelas bagaimana Aya dan seorang laki-laki bercanda tawa selayaknya sepasang kekasih pada umumnya. Tunggu! "Levin," Ucapnya pelan dengan raut wajah datar tertuju pada suatu tempat. "YAAAAAAAA!!!!!," Teriakan itu membuat Angga kembali sadar. Angga mendengus sinis. Lantas Angga kembali menjalankan kakinya, berbelok ke suatu g**g yang terhubung dengan komplek rumahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD