11 - Sama-sama

1640 Words
-happyreading- Pagi sudah tiba, matahari mulai mengeluarkan cahaya. Namun, hal itu tidak membuat Angga dan Aya terbangun dari tidurnya. Mereka malah bergelung di balik selimut tebal milik Aya. Angga mengerang ketika melihat kilau matahari yang masuk lewat celah jendela kamar dan menganggu tidurnya. laki-laki itu berniat bangun dan pergi kekamar mandi hanya untuk mencuci muka dan gosok gigi. Tapi, ia mengurungkan niatnya ketika menyadari bahwa dirinya bukan tertidur di kamarnya melainkan di kamar Aya. Angga baru mengingat bahwa semalam ia tertidur di kamar Aya. Bahkan ia pun tidak tahu kalo ia akan tertidur disana. "Astagfirullah," gumam Angga sambil mengelus dadanya. Ia terkejut saat menyadari bahwa ia sedang memeluk erat tubuh Aya. Laki-laki itu mengubah posisinya untuk melihat wajah damai Aya yang terlihat sangat manis dan cantik. Tanpa Angga sadari ia tersenyum, tangannya bergerak untuk mengelus puncak kepala Aya. Setelah itu turun ke kening, mata, hidung, pipi, dan yang terakhir adalah bibir merah Aya yang tipis. Karena merasa terganggu, Aya mengerang dan menggeliat kecil ketika ada seorang yang menganggu tidurnya. Ia pun membuka matanya dan terlihatlah wajah tampan laki-laki yang ada di hadapannya. Ketika matanya sudah sepenuhnya terbuka, ia pun tersadar dari tidurnya. Aya membulatkan matanya ketika menyadari bahwa orang yang ada di hadapannya adalah Angga. Bugh "Argghhh, apa-apaan sih lo!?," bentak Angga ketika Aya melemparnya dengan bantal sehingga mengenai wajahnya. "Lo yang apa-apaan?!," "Emang gue kenapa?!," "Ngapain lo tidur di sini dan kenapa lo meluk gue? Atau jangan-jangan lo?," Aya menggantung kalimatnya sambil menunjuk wajah Angga yang datarnya kayak tembok. Angga menaikkan salah satu alisnya bermaksud menunggu lanjutan kalimat  yang akan keluar dari mulut Aya. "Lo gak ngegrepein gue kan?," tanya Aya ragu-ragu Angga memutar bola matanya malas "Gak nafsu," jawab Aya santai Bugh "s****n lo!," teriak Aya yang lagi-lagi melempar bantal ke wajah tampan Angga. >~"Karna gue nyaman tidur di pelukan lo!," ralatnya dalam hati Angga tertegun dengan mulut yang sedikit terbuka. Penuturan Aya barusan benar-benar membuatnya terkejut. Meskipun Aya cewek bar-bar, hal itu itu tidak membuat dia lupa dengan tuhannya. Rival tersenyum sinis dan berdecih ketika mendengar penuturan Aya barusan "Cihhh, palingan lo nyaman tidur sama Angga, udah lah ngaku aja lo!," ucap Rival sambil memakan kembali sarapannya. SKAKMAT! Aya terdiam cukup lama, ucapan Rival barusan sangat tepat sasaran. Dengan cepat ia mengalihkan pandangannya ke ponsel yang sedari tadi bergetar. Ia mengernyit ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Ia langsung mengangkat panggilan itu dan langsung mengaktifkan loudspeakernya. "Halo?," "halo, em Ya, gue mau nanya boleh?," "Yaudah tanya aja," "Lo serius bakal ke kemah Bandung?," "Iya Vin, kok lo tau?," "Apasih yang gak gue tau tentang lo, btw ntar kita ket--," Bepp Rival langsung menekan icon merah pada layar ponsel Aya. Ia memutuskan panggilan Levin secara sepihak. Ya, orang yang sedari tadi bertelponan dengan Aya ialah Levin. Dengan tatapan yang tajam, Rival menatap Aya. Ia segera mengambil ponsel Aya dan melihat nama yang tertera diponsel Aya. Dugaan nya benar, orang yang bertelponan dengan adiknya itu adalah Levin, orang yang sangat ia benci. Dengan wajah yang merah padam, ia membanting keras ponsel Aya ke lantai. Semua orang yang berada di sana terkejut melihat Rival yang terlihat sangat marah. Aya menatap sendu ponsel miliknya yang sudah hancur. Dengan tatapan tak kalah tajam ia menatap Rival, ia menggebrak meja cukup keras. Dengan cepat, Stephanie menahan Putrinya. Ia sangat tahu, bahwa itu ponsel kesayangan Aya, gadis itu pasti sangat marah. "LO KENAPA b*****t?!," tanya Aya sambil menunjuk wajah Rival. "LO YANG KENAPA t***l? KENAPA LO MASIH BERHUBUNGAN SAMA SI b******k ITU HAH?! LO GAK INGAT APA YANG DIA LAKUIN KE LO DULU?!," tanya Rival sambil berjalan ke arah Aya. Angga yang melihat itu tak tinggal diam, ia segera menghampiri Rival dan menahannya. Sedangkan Reky, ia hanya diam melihat kedua anaknya yang sedang ribut tanpa mau melerai keduanya. Aya terdiam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Rival barusan. Ia langsung berjalan ke arah Reky untuk mencium punggung tangannya. Lalu, berjalan ke arah Stephanie untuk melakukan hal yang sama. Setelah berpamitan, ia langsung berjalan melewati Rival dan Angga dengan mata yang berkaca-kaca. Melihat Aya keluar dari rumah, dengan cepat Angga langsung mengejarnya. Tak lupa sebelum itu ia berpamitan dengan Reky dan Stephanie. Rival yang melihat Aya keluar dengan mata yang berkaca-kaca langsung terduduk di lantai. Ia mengacak frustasi rambutnya. Ia sangat menyesal sudah berkata seperti itu pada Aya, karena secara tidak langsung ia mengingatkan kejadian itu pada Aya. Kejadian yang membuat ia sangat membenci Levin. Di sisi lain, Angga sudah berhasil membawa Aya masuk kedalam mobil. Meskipun tadi mereka sempat ribut, namun bukan Angga jika tidak bisa memaksa orang untuk mengikuti kemauannya. Angga memaksa Aya untuk masuk dengan tawaran ia akan membelikan Aya ponsel baru. Di dalam mobil, suasana sangat hening. Tak ada percakapan di antara mereka, hanya terdengar hembusan nafas. Tidak ada dari mereka yang ingin mengakhiri suasana hening ini. Mereka larut dalam pikiran masing-masing. Angga yang masih memikirkan masalah apa yang terjadi di antara Rival dan Levin. Sedangkan Aya tengah melamunkan, kejadian yang tak pernah ia lupakan. Tanpa Aya sadari, airmatanya kembali menetes. Mengingat hal itu, sungguh membuatnya sakit. Dia sangat bersyukur saat itu ada seorang pria yang menolongnya, dan pria yang menolongnya adalah pria yang sampai saat ini masih ia cintai dan ia tunggu untuk kembali, laki-lakki itu ialah kekasih Aya. Mengingat kekasihnya, lagi-lagi Aya menangis. Ia sangat merindukan lelaki itu, bahkan ia masih ingat jelas janji yang  di katakan padanya. Janji bahwa ia akan pulang dan mengajak Aya untuk bertunangan. Jujur saat ini dia sangat rindu, lelaki itu tidak pernah lagi menemuinya.  Bahkan Aya pun tak tahu ia pergi kemana. Yang Aya tahu adalah ia pergi mengikuti orang tuanya pindah bekerja. Tapi, apakah ia sesibuk itu sampai ia tak sempat mengabari Aya? Mengirim pesan pun ia tak bisa! Angga hanya melirik Aya sekilas, ia tahu kalau Aya sedang menangis. Punggungnya yang bergetar serta isakan kecil yang keluar dari mulutnya merupakan bukti jelas bahwa Aya sedang menangis. Sakit, Itulah yang Angga rasakan ketika ia melihat Aya menangis. Entah kenapa, hatinya terasa sakit saat mendengar isakan yang keluar dari bibir Aya. Dengan cepat Angga menghentikan mobilnya di pinggir jalan. "Jangan nangis!," ucap Angga tegas namun masih ada kelembutan disana. Mendengar ucapan Angga, Aya menoleh dengan wajah yang penuh airmata. Ia menggeleng pelan "Gak bisa berhenti," jawab Aya lirih. Entah dorongan darimana, jari Angga bergerak mengusap airmata yang terus mengalir dipipi Aya "Gue gak suka liat lo nangis!," ucap Angga lembut sambil menatap manik mata indah milik Aya. Airmata Aya meluncur bebas lagi. Angga yang tak tahan melihat itu, langsung menarik Aya ke dalam pelukannya. Aya menumpahkan airmatanya di dalam dekapan Angga, entah kenapa ia merasa sedikit lebih baik dari sebelumnya. Sementara itu, Angga memeluk erat Aya sambil mengusap punggung Aya dan mencium puncak kepala Aya cukup lama. Satu kata yang menggambarkan kamu, nyaman! Airmata Aya masih terus menetes dan isakan kecil pun masih terus keluar dari bibirnya. Entah kenapa Aya tak bisa menghentikkan tangisnya. Angga yang mendengar isakan itupun mengepalkan tangannya geram, ia tak suka melihat Aya menangis. "Udah, jangan nangis gue gak suka," ucap Angga lembut namun dengan nada yang dingin sambil menangkup pipi Aya yang basah karna airmata s****n itu. Aya menggeleng pelan "Gak bisa berhenti!," ucap Aya sambil terisak dan menatap mata Angga yang menenangkan. Angga kembali mengusap airmata Aya sambil memikirkan bagaimana caranya agar Aya berhenti menangis "Gur udah tau gimana cara bikin lo diem," Angga menyeringai, sedangkan Aya masih berusaha menghentikan isakannya. Aya membulatkan matanya ketika bibir kenyal milik Angga menempel pada bibir merah miliknya. Angga melumat lembut bibir Aya, sedangkan Aya hanya diam tanpa membalas lumatan Angga. Angga menarik tengkuk Aya, memperdalam lumatannya di bibir Aya. Dengan perlahan Angga memegang kedua tangan Aya dan mengalungkannya di leher Angga. Setelah Angga berhasil mengalungkan tangan Aya di lehernya, ia kembali menarik pinggang Aya untuk membuang jarak dan memperdalam ciuman mereka. Aya mulai memejamkan matanya menikmati lumatan demi lumatan dari Angga, ia mulai memberikan akses bagi lidah Angga untuk bermain dengan lidahnya. Ketika bibirnya terbuka dan dengan bersamaan lidah Angga menerobos masuk untuk bermain dengan lidah milik Aya. Entah berapa lama mereka berciumam, hingga akhirnya mereka sama-sama kehabisan nafas. Angga melepaskan ciumannya dan mengusap lembut bibir Aya dengan ibu jari miliknya. Angga tersenyum puas saat isakan Aya tidak terdengar. Dengan lembut, ia mengusap jejak airmata yang ada dipipi Aya. "Udah gak nangis kan? Kalo masih nangis gue lanjutin, mau?," tanya Angga dengan senyum menggoda. Entah kenapa, pipi Aya terasa panas "Apaan sih lo?!," jawab Aya ketus sambil menghadap ke arah depan. Mendengar nada ketus dari Aya, Angga hanya terkekeh. Ia pun kembali menjalankan mobilnya memuju kerumahnya terlebih dahulu untuk memgambil pakaian. "Kita kerumah dulu ya, ngambil baju," ucap Angga yang hanya di angguki oleh Aya. >~ *lebay amat neng. Dengan langkah yang cepat iya menghampiri Angga. "Ngga, lo ga punya kepribadian ganda kan?," tanya Aya hati-hati Mendengar pertanyaan tak masuk akal dari Aya, Angga mengernyitkan dahi "Maksud lo?," tanya Angga bingung. "Abisnya lo berubah sih tadi lo baik, tapi sekarang berubah lagi, kek bunglon aja!," jawab Aya ketus yang hanya dibalas putaran bola mata malas oleh Angga. "Em, Ngga?," "Apalagi?!," "Lo tau ga persamaan lo, sama udara pagi ini?," "Apa?," "Sama-sama DINGIN!," "Aya?," "Apa?!," "Lo tau persamaan lo, sama cabe dipasar?," "Gak tau tuh, emang apa?," "Sama-sama CABE!,"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD