Mencoba Menerima

1253 Words
Saat ini suasana keluarga Agenta sedang tidak baik, belum damai sentosa sejak pembicaraan mereka saat di meja makan bahkan nyamuk yang lewat langsung merasa terbakar saat di dekat mereka, terlebih Caramel. Auranya sudah memancarkan kobaran api yang menyala. Semenjak ucapan Deon yang terkesan tiba-tiba, Caramel marah dan tidak mau lagi berbicara dengan papanya karena merasa tidak dihargai lagi. Gisella dan Deon membujuk rayu Caramel dengan berbagai cara serta berbagai gaya, namun hasilnya nihil. Caramel tidak sedikitpun merubah raut mukanya yang kusut seperti pakaian yang belum di setrika bahkan sampai ancaman akan mengirim Catty ke panti asuhan, Caramel tetap tidak mau memaafkan Deon. Kalau sudah seperti ini, tandanya perang dunia ketiga akan dimulai. "Maafkan papa, ya?. Papa janji enggak bakal ngulangin lagi, tapi Amel harus maafin papa, ya?" Bujuk Deon sampai mengulurkan kelingkingnya. Diam. Caramel tetap diam meski Deon sampai guling-guling untuk minta maaf padanya. Prinsip Caramel memang seperti batu karang di pantai, meski sering di terpa tapi tidak menyusutkan keinginan hatinya meskipun itu baik ataupun buruk. Bahkan Catty yang menjadi anak peliharaan Caramel pun di hiraukan olehnya. Jarang-jarang loh Catty dianggap kayak upil dan tidak berguna oleh Caramel. "Maafkan papa ya?. Hmm..." Desah Deon terdengar pasrah. Karena tidak mampu mengubah apapun, Deon memulai dramanya. Dia seakan mulai menyerah membujuk Caramel, tidak seperti biasanya. Biasanya, saat Caramel ngambek, makanan adalah kunci kesuksesan bujukan Gisella dan Deon namun sekarang tidak lagi. Deon berniat pergi dari hadapan Caramel dan Gisella hingga membuat keduanya menjadi salah tingkah dan tidak enak hati. Deon berdiri dan berlalu dengan raut muka pasrah yang dibuat-buat dan menghembuskan nafas kasar menandakan dirinya sedang kecewa. "Dosa apa diriku sampai anakku sendiri tidak mau berbicara kepadaku. Hufftt..." Desah Deon yang terkesan kecewa. Caramel dan Gisella memandangi kemana arah Deon berjalan. Deon memulai aksi dramanya. Saat kakinya baru menginjak undakan tangga pertama, dia berlagak seakan merasa pusing dan akan limbung tapi gagal karena sudah memiliki pegangan di samping tangga. Melihat hal tersebut, Gisella dan Caramel sontak akan menggapai Deon yang sebenarnya masih jauh dari jangkauan mereka. Deon semakin memperkuat jiwa aktornya dengan pura-pura terjadi serangan jantung. Deon memegang dadanya, tepatnya di bagian jantung dan sengaja membuat adegan agar badannya limbung. Caramel dan Gisella berlari dengan maksud tujuan untuk menangkap Deon dan langsung mendampinginya ke sofa di ruang keluarga. Gisella menidurkan Deon di pahanya dan Caramel di sampingnya yang tidak tau harus melakukan apa untuk membantu papanya yang beradegan seperti orang yang sedang sekarat. Karena merasa aktingnya sudah cukup berhasil memancing emosi Caramel dan Gisella, Deon semakin melakukan hal yang lebih alay lagi. Sesak nafas, kejang, bahkan sampai melototkan matanya. Sontak saja hal itu membuat Caramel dan Gisella menangis melihat gelagat yang dilakukan Deon. "Amel, papa kenapa nak?. Kok tiba-tiba begini, dia enggak pernah seperti ini sebelumnya" Tangis Gisella. "Amel enggak tau ma, coba tanya papa saja" Jawab Caramel sambil menangis. Caramel hanya bisa memegang tangan Deon yang sedang kejang dan melototkan matanya. Karena merasa ketakutan dengan pelototan mata Deon, Caramel berdiri dan pergi ke dapur dengan tergesa. Tidak lama setelahnya, Caramel kembali dengan gelas berisi air putih di tangannya. "Kamu kenapa bawa air, Amel?" Tanya Gisella yang keheranan dengan Caramel yang datang membawa gelas berisi air putih. "Aku takut melihat mata papa yang terus melotot, jadi aku terpaksa melakukan ini" Jawab Caramel sedikit ketakutan. "Kamu mau apakan air itu?" Tanya Gisella gemes, penasaran, dan masih menangis. "Maafkan Amel, pa. Amel takut melihat mata papa" Ujar Caramel Byurrr... Ternyata, oh ternyata. Gelas yang berisi air putih itu untuk menyiram wajah Deon, tepatnya matanya yang melotot. Sontak saja Deon terkejut dan bangun mengelap wajahnya. Melihat Deon tidak lagi kesakitan dan kejang-kejang sambil melotot seperti orang kesurupan, Gisella dan Caramel terheran-heran. Tidak lama kemudian, Deon tersadar dan melihat dua orang di sekitarnya yang cengo melihatnya ternyata telah berbohong. Karena Deon punya banyak akal dan termasuk orang yang pintar dulu ketika sekolah, dia langsung melanjutkan dramanya dengan memegang dadanya. Bermaksud untuk berakting serangan jantung lagi, namun cukup di sayangkan, akal busuk Deon sudah terungkap dengan jelas. Tidak ingin basah untuk kedua kalinya, Gisella dan Caramel meninggalkan Deon berakting kesurupan sendiri. *** "Maafkan papa, ya?. Papa melakukan ini demi keluarga kita, ma" Ujar Deon membujuk Gisella. "Sampai papa berlutut pun mama gak bakal maafin papa. Tau gak sih kalau akting papa tadi berhasil membuat jantung mama sama Amel mau copot. Kita kirain papa kesurupan, tau-taunya malah cuma bohongan. Dasar!" Ujar Gisella sedikit marah. "Bentar dulu. Jangan marah dulu. Dengerin papa!. Dengan kita menjodohkan Amel dengan cucu kakek muda, semoga bisa membuat Amel berubah dan menjadi Amel kita seperti dulu lagi. Sebenarnya, papa juga gak mau memilih jalan seperti ini, tapi papa juga memikirkan masa depan Amel yang belum jelas. Setidaknya kita coba dulu perjodohan ini. Kita pertemukan mereka berdua, nanti hasilnya tergantung mereka. Mereka lanjut dengan perjodohan ini atau berhenti sampai pada tahap mengenal saja. Udah, itu aja. Papa juga gak mau memaksa pihak ini atau itu, ma. Percaya sama papa, hmm?" Ujar Deon menjelaskan alasan dia menerima perjodohan yang terkesan sangat tiba-tiba ini. Gisella memandang Deon cukup lama, seperti meneliti kebenaran perkataan Deon. Gisella mondar-mandir sambil menggigit kukunya hingga membuat Deon sedikit khawatir. Gisella diam di depan Deon, melihat dengan pandangan ketidakpercayaan dan.... "Duarrr..." "Eh copot! Eh kok copot? Copot?" Latah Deon. Gisella mengejutkan Deon hingga membuatnya latah. Melihat Deon yang berhasil latah karena ulahnya itu, Gisella tertawa terpingkal-pingkal. "Ih, mama suka gitu!. Kok suka banget kagetin papa, kan jadi latah" Rajuk Deon. "Maaf. Jadi maksud papa itu, Amel dan cucu kakek muda tidak langsung menikah?" Tanya Gisella. "Ya iyalah. Masa iya kita langsung nyerahin anak kita satu-satunya pada orang yang belum tentu kita tau kalau dia itu baik atau tidak. Papa juga gak mau kali!" Jawab Deon dengan nada yang sedikit lebih besar dari sebelumnya. "Mama juga mikirnya gitu tadi, makanya mama langsung marah sama papa. Yaudah, mama ikut di misi perjodohan kali ini" Ujar Gisella menyetujuinya. "Nah, gitu dong! Tos!" "Tos!" Gisella dan Deon melakukan selebrasi tos untuk meresmikan misi mereka. *** Keluarga Agenta sedang melakukan makan malam dengan khidmat, tiba-tiba Gisella menyela di tengah prosesi suap-menyuap makanan super wuenak dari sang koki legendaris andalan, Gisella Artieja Agenta. "Amel, kamu harus terima perjodohan ini. Mama sama papa sudah setuju, ini semua demi masa depan kamu yang buram" Ujar Gisella. "Buram? Masa depan Amel udah cerah kok ma, pa. Amel udah bahagia dengan kalian berdua dan Catty. Itu udah cukup menurut Amel, lalu apa lagi?" Jawab Caramel santai. Baik Gisella ataupun Deon terbungkam dengan ucapan Caramel yang mengatakan kalau dia tidak butuh siapa-siapa lagi selain mereka berdua. Mereka hampir saja luluh dan membatalkan misi perjodohan, namun mereka cepat tersadar dan tetap konsisten melakukan misi perjodohan. Perjodohan ini demi masa depan Caramel nantinya. "Amel memang benar, tapi tidak selamanya kamu bakal jadi tanggung jawab kami. Amel harus move on. Amel harus mencoba menghilangkan semua masa lalu menyakitkan yang masih Amel rasakan sampai sekarang. Kami berdua khawatir dengan masa depan Amel yang tetap di titik ini saja. Kami mau melihat Amel bahagia. Itu aja, kami tidak bermaksud apa-apa di perjodohan ini. Kalau memang Amel merasa tidak nyaman dengan perjodohan ini, Amel bisa membatalkannya dan mencoba hal yang baru lagi. Gimana?" Ujar Gisella. Caramel terdiam cukup lama. "Baiklah. Amel terima perjodohan ini, tapi kalau Amel gak nyaman, papa sama mama jangan larang Amel untuk membatalkannya" Ucap Caramel. "Beneran!?" Tanya Deon dan Gisella berbarengan. "Lah, malah gak percaya. Aku batalin nih?" Ujar Caramel. "Enggak!" Ujar Deon dan Gisella serempak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD