Bab. 2.

1053 Words
Saat sampai di rumah, Nyonya Inggrid tidak jadi memberi ceramah untuk menantunya. Karena Reski sudah berada di rumah. Selama ini, Nyonya Inggrid bersikap baik di depan Putranya. "Sore Ma, dari mana kok tumben baru pulang?" tanya Reski. "Biasa dari ketemu sama teman lama. Yang tumben itu kamu, tumben sudah pulang?" tanya Nyonya Inggrid sambil mendudukkan bobotnya di sofa depan Reski. "Aku capek kalau harus lembur terus Ma. Sesekali aku akan makan malam di luar dengan Bunga. Sejak menikah, rasanya aku belum pernah membahagiakannya," jawab Reski sambil menaruh handphonenya di meja. "Bagus kalau begitu, biar Bunga tahu dunia luar, biar tidak di rumah saja," jawab Nyonya Inggrid yang tak sesuai dengan kenyataan dalam hatinya. Perasaan yang sebenarnya di rasakan Nyonya Inggrid, wanita paruh baya itu semakin membenci Bunga, karena mendapatkan perhatian dari sang Putra. "Ya sudah kalau kamu mau pergi makan malam di luar, mama juga akan mandi dan istirahat," ucap Nyonya Inggrid sambil berdiri meninggalkan Reski yang masih duduk di ruang tengah. Sedangkan Bunga, masih bersiap di kamarnya, Bunga tampil cantik dengan dress warna navy. Rambutnya yang panjang dia bentuk curly di bagian bawah. Make up tipis sebagai pelengkap penampilan Bunga yang jarang sekali keluar rumah. "Apa iya Mama, akan memberikan izin untuk aku dan mas Reski makan di luar?" tanya Bunga sambil merapikan penampilannya. Saat dia sedang menyemprotkan parfum, Reski masuk ke kamarnya. "Emmm, wangi. Apa kita batalkan saja ya, acara makan malamnya?" tanya Reski sambil tersenyum penuh arti. Bunga menoleh dan memandang malas ke arah suaminya. "Aku bercanda sayang," ucap Reski sambil terkekeh memeluk dari belakang tubuh kurus Bunga. Bunga memutar badan agar menghadap kearah suaminya, memandang wajah tampan yang sejak dulu sudah mencuri hatinya. "Apa Mama mengijinkan kita untuk makan malam di luar?" tanya Bunga. Reski mengangguk, mengusap pipi Bunga pelan, "Tunggu sebentar, aku akan ganti baju!" Lalu Reski meninggalkan Bunga yang masih berdiri menatap punggung Reski yang menghilang di balik pintu ruang ganti. "Aku masih tidak percaya kalau Mama mengijinkan kami makan di luar," gumam Bunga pelan. Tak lama kemudian, Reski telah siap, lalu menghampiri istrinya yang sudah menunggunya. Reski mengambil handphone, dompet juga kunci mobil lalu merengkuh pinggang Bunga untuk berjalan bersama ke lantai bawah. "Mas, jangan begini, aku malu kalau sampai adikmu atau keluarga yang lain melihat," bisik Bunga lirih. "Kita sudah lama menjadi suami istri Sayang, kenapa mesti malu?" tanya Reski sambil tertawa pelan. Bunga akhirnya pasrah, akan perlakuan suaminya, untungnya saat sampai di lantai bawah, rumah masih nampak sepi, karena jam makan malam belum mulai. Bunga bisa bernafas lega, saat tidak bertemu dengan mama mertuanya. Pandangan mengintimidasi penuh kebencian, itu selalu menjadi alarm alami untuk Bunga. 'Syukur, Mama tidak ada tadi, kalau ada sebenarnya, aku aman kalau ada Mas Reski,' ucap Bunga dalam hati. Setelah masuk ke dalam mobil, Reski melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju restoran ternama di Jakarta. "Malam ini kamu mau makan apa Yang?" tanya Reski kepada Bunga. Bunga yang sejak masuk mobil melihat pemandangan di luar jendela, langsung menoleh saat suaminya bertanya. "Aku apa saja yang penting kenyang. Lagi pula mana tahu aku dengan menu makanan orang berkelas," jawab Bunga lirih. "Maaf. Beberapa Minggu terakhir aku sangat sibuk Sayang," ucap Reski penuh sesal. "Tidak apa. Aku saja yang terlalu kudet, tidak berani keluar rumah sendiri, dan tidak punya teman," jawab Bunga sambil tersenyum. "Sesekali keluarlah, nongkrong di kafe, atau di mall. Siapa tahu nanti kamu mendapatkan teman baru. Tapi teman cewek ya?" Bunga tertawa pelan, saat ucapan suaminya mengandung keposesifan yang hakiki. "Menyebalkan! Kenapa kamu malah menertawai ku?" tanya Reski pura-pura merajuk. "Seharusnya aku yang posesif Mas, bukan kamu. Kamu yang setiap hari di kelilingi wanita cantik dan seksi," ucap Bunga. "Tapi aku tidak akan tertarik kepada wanita lain selain kamu!" "Gombal!" "Itu benar Sayang, aku hanya cinta kamu!" Begitulah obrolan mengisi suasana sepanjang perjalanan menuju ke restoran. Meski mereka berdua sudah sampai restoran, tetapi mereka berdua masih saling bercanda hingga menduduki meja yang sudah di pesan Reski. Reski memberikan buku menu kepada Bunga, berharap istri cantiknya itu, memilih menu. Tapi Bunga malah menolak buku menu itu, karena Bunga tidak tahu dengan semua jenis makanan yang berada di restoran itu. "Kamu saja yang milih Mas, aku tadi sudah bilang kan, kalau aku nggak tahu dengan semua nama makanan di sini," ucap Bunga lirih. Akhirnya Reski yang memilih menu makan malam untuk berdua. Malam ini, malam romantis yang di lalui Bunga sejak entah kapan terakhir kali Bunga merasa bahagia seperti ini. Karena memang kesibukan suaminya, dan Bunga tidak pernah menuntut waktu lebih banyak untuknya. Asal suaminya masih mencinta dan mempercayai dirinya, Bunga tak keberatan, tetapi bunga malah bersyukur karena itu. Meski saat suaminya tak ada di rumah sering kali di perlakukan tidak baik oleh mama mertuanya, selama ini, Bunga tidak pernah mengeluh dan mengadu kepada suaminya. Karena sejak menikah pun, bunga memang tidak di sambut baik oleh mama mertuanya. Mungkin memang inilah ujian hidup Bunga. Sebisa mungkin Bunga akan bertahan. * Saat pagi menjelang, Bunga langsung turun meninggalkan suaminya, yang masih terlelap. Seperti biasa, Bunga akan menyiapkan sarapan di bantu oleh asisten rumah tangganya. "Nona, biar saya saja! Nona duduk saja di kursi itu sambil minum teh, mumpung Nyonya besar belum bangun," ucap Bi Yuli dengan lembut. "Tidak apa Bi, biarkan saya menikmati teh hangatnya sambil menyiapkan sarapan. Kan ada Bibi yang membantu saya," jawab Bunga dengan senyum. "Nona, selalu saja begini kalau saya suruh istirahat," keluh Bu Siti. Bunga hanya tersenyum, menyesap teh hangat buatan sang asisten. Setelah merasa hangat, Bunga membuka kulkas mengeluarkan bahan makanan untuk membuat nasi goreng. Pagi ini Bunga akan membuat nasi goreng seafood saja. Setelah mengambil udang dan baso, Bi Yuli membantu membersihkan udang, sedangkan Bunga membuat bumbu. Setelah tiga puluh menit, hidangan sarapan pagi sudah siap. Bunga memutuskan kembali ke kamarnya untuk membangunkan suaminya dan membersihkan diri. Namun saat langkahnya di ujung tangga Bunga di panggil mama mertuanya. "Heh, Bunga! Buatkan aku kopi, jangan manis-manis ya!" titah Nyonya Inggrid dengan nada penuh penekanan. "Iya Ma!" Langkah Bunga kembali ke dapur untuk membuatkan kopi, pesanan mama mertuanya. Setelah selesai membuat kopi, Bunga berjalan ke meja makan, di mana Nyonya Inggrid duduk di sana. "Ini Ma, Bunga mau bangunkan Mas Reski dulu," ucap Bunga. "Sana, sebelum aku mencarikan penggantimu layani suamimu dengan baik!" Deg! Detak jantung Bunga berpacu cepat, perkataan mama mertuanya bak belati tajam menghujam keras dadanya. Bunga melangkah pergi dari hadapan Nyonya Inggrid menuju kamarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD