DUA

2490 Words
Santa University setiap pagi selalu di gempar kan dengan kedatangan dua sejoli yang berjalan di koridor kampus tersebut. Siapa lagi kalau bukan Malvin dan Zeta, sepasang kekasih yang di juluki couple goals. Bagaimana tidak, hubungan mereka cenderung tidak ada masalah dan selalu terlihat harmonis dan romantis. "Duh yang satu cantik, yang satu ganteng." "Yang satu mahasiswi bisnis, yang satu mahasiswa kedokteran, gimana gak cocok coba." "pengen deh punya pacar kayak Malvin, romantis nya itu loh gak hilang-hilang." "Zeta beruntung banget sih, bisa di cintai begitu besar sama Malvin." Kira-kira begitu lah, bisik-bisik yang terdengar di sepanjang koridor tersebut. Yang pasti nya, di tangkap oleh pendengaran Malvin, dia tidak akan ambil pusing dengan ucapan-ucapan mereka selagi tidak menjelek-jelekkan diri nya apalagi gadisnya. Jika, sampai dia mendengar ada satu orang saja yang menjelek-jelekkan Zeta dan itu di tangkap oleh pendengaran nya, dia tidak akan memberi ampun kepada siapa pun itu. Malvin melirik gadis di samping nya itu, yang sejak dari apartemen tadi memasang wajah masam nya tanpa sebab. Malvin menghentikan langkah nya, yang otomatis juga membuat langkah Zeta ikut terhenti karna sejak tadi tangan gadis itu di genggam nya. "Kamu kenapa?" Malvin bersuara lembut, selembut tatapan nya pada Zeta. Zeta enggan menatap ke arah Malvin, dia hanya mengalihkam pandangan nya ke arah lain. Sampai Malvin memegang dagu Zeta lalu mengarahkan tatapan gadis itu ke arah nya. "Kamu kenapa? Kok muka nya di tekuk gitu Hm?" Malvin mengusap lembut dagu Zeta dengan kedua alis terangkat. "Sayang kalau kamu diam aku gak tau loh kamu kenapa? Kamu laper?" Zeta menggeleng. "Trus? Capek? Pengen pulang? Ya udah kalau gitu gak usah kuliah hari ini ya." Zeta berdecak. "Bukan Malvin!" Dia menghentakkan kaki nua. "Ih kamu mah gitu, gak peka banget jadi cowok." Dumel nya pelan. Namun, masih bisa di dengar oleh Malvin. "Gak peka apa sayang? Emang aku cenayang yang bisa baca pikiran." Zeta semakin di buat kesal dengan jawaban santai Malvin. Dia semakin memberengut dan menepis tangan Malvin dari dagu nya. "Tauk ah, kamu emang banyak berubah tau gak, semenjak jadi ketua BEM." Ketus nya. Malvin menghela nafas nya, dia lalu meraih sebelah tangan Zeta mengecup tangan mungil tersebut. "Coba bilang sama aku, di mana letak berubah nya aku?" Zeta masih enggan menatap ke arah Malvin, tepat semester tiga, Malvin terpilih menjadi ketua BEM kampus, membuat aktivitas cowok itu semakin padat saja. Dan jarang sekali memperhatikan diri nya. "Aku masih perhatian kan sama kamu. Aku selalu sempatin waktu buat kamu, walaupun jadwal rapat aku padat banget. Trus berubah nya aku dimana sayang?" Malvin masih bersuara lembut, dia menangkup wajah tunangan nya itu. "Hm, jawab, dimana aku berubah nya?" Mata kedua nya bertemu. "Kamu gak inget hari ini hari apa?" Malvin mengerutkan dshi nya. "Hari?" Zeta mengangguk, mata nya masih terkunci oleh mata Malvin. "Hari sabtu kan?" Jawab Malvin membuar Zeta berdecak. "Anak sd juga tau sekarang hari sabtu. Siapa bilang minggu! Kalau minggu aku libur kuliah kali!" ketus nya. "Loh itu kamu tau sekarang hari sabtu, kenapa masih nanya." Zeta menggeram, dia lalu menepis tangan Malvin. Menatap tajam ke arah cowok itu. "Maksud aku bukan itu, kamu gak inget kalau sekarang hari---" "Vin! Yang lain nungguin loh tuh di sekre BEM, rapat nya bakal di mulai." Ucapan Zeta terpotong, karna kehadiran tiba-tiba seseoeang yang di ketahui gadis itu bernama Dimas, sekretaris BEM. "Oh gitu. Ya udah gue ke sana sekarang, lo duluan aja!" Dimas mengangguk, lalu berlalu pergi. "Ya udah ya sayang. Aku mau ke sekre BEM dulu, ada rapat." Malvin mengecup dahi Zeta. "Loh tapi aku belum selesai ngomong Vin." Zeta menahan tangan Malvin. Malvin menoleh pada Zeta dia tersenyum hangat. Lalu mengusap puncak kepala gadis nya itu. "Iya, nanti ya kita lanjutin ya. Aku buru-buru sayang, kamu nanti pulang nya sama anak-anak Pop Girl ya, aku kayak nya bakal lama. Ya sayang, i love you." Malvin meninggalkan kecupan singkat di bibir Zeta, sebelum akhir nya berlalu menuju ruangan sekre BEM. Sementara Zeta hanya diam di ujung koridor itu menatap punggung Malvin yang menjauh. Ada rasa sesak di d**a nya, saat Malvin meninggalkan nya seperti ini. Biasa nya, Malvin akan mengantarkan nya ke kelas dan memastikan dia berada di sekitar teman-teman nya. "Kayak nya rapat sekarang prioritas dia, bukan gue lagi." Gumam Zeta pelan. "Siapa bilang? Gak usah suuzon lah Zi." Zeta menoleh saat menyadari ada suara Sabrina di sana. Benar saja, gadis bermata elang itu tengah berdiri bersandar di dinding koridor yang berseberangan dengan nya dengan tangan yang di lipat di d**a. "Emang iya kok. Bukti nya hari ini anniversery hubungan kita aja dia gak inget." Gumam Zeta pelan, dengan suara parau. Sabrina menghela nafas nya, memperhatikan sahabat nya itu yang kini menunduk dengan sesekali mengusap wajah. Dia tau, Zeta tengah menangis sekarang. "Ck, udah ah. Kita udah telat nih, masuk kelas yuk! Atau bolos?" "Gila lo bolos. Bisa-bisa di pasung gue sama Malvin." Sabrina terkekeh. "Nah itu tau, mangka nya ayok! Udah gak usah di pikirin." Sabrina merangkul Zeta, lalu menggiring gadis tersebut menuju kelas. ✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️ Sabrina menghela nafas nya berulang kali, tak jarang dia beradu pandang dengan Vinny, Alya dan Lisa. Bagaimana tidak, sejak tadi siang tidak satu pun asupan makanan masuk ke perut Zeta. Padahal sekarang sudah hampir pukul 7 malam. Sabrina mengisyaratkan Vinny dengan mata agar kembali membujuk Zeta makan. Kini, gadis itu duduk di atas ranjang dengan kepala di sandarkan di ranjang, lalu memeluk boneka teddy bear besar, pasti nya dengan wajah yang di tekuk. Seharian ini Pop Girl emang sengaja menemani Zeta di apartemen karna Malvin tak kunjung pulang sejak tadi, apalagi kalau bukan urusan BEM. "Zi! Makan kek dikit aja 3 suap yah?" Vinny duduk di depan Zeta. Membujuk teman nya itu agar mau makan. "Ntar lo sakit Zi kalau gak makan." Tambah Alya. "Gue gak laper." Balas Zeta dengan pandangan terus ke depan. "Dua suap deh. Masak gak laper sih? Gue aja yang tadi baru makan, sekarang aja udah laper lagi." Timpal Lisa. "Emang dasar nya lo rakus." Celetuk Alya. "Bukan rakus, tapi---" "Tapi apa?" "Tapi emang gak kenyang tadi." Alya menghela nafas nya. "Serah lo deh Lis." "Iya lah perut-perut gue." jawab Lisa cuek. "Berisik lo berdua!" desis Sabrina tajam. Membuat kedua nya diam. Dia lalu menoleh pada Zeta. "Gini deh Zi. Lo mau Malvin gue apain? Ini pasti gara-gara dia lupa hari anniversary nih, mangka nya lo kayak gini gak mau makan." "Apa? Malvin gak inget kalau sekaramg dia anniversary sama Zeta?" Vinny melirik Sabrina, begitupun dengan Alya dan Lisa. "Gila parah banget." gumam Lisa. Zeta mengabaikan ucapan-ucapan teman nya, pikiran nya terus terpusat pada Malvin yang sejak tadi tidak memberi nya kabar. Pertemuan terakhir mereja hari ini ya saat di koridor tadi pagi, setelah itu dia tidak bertemu lagi dengan Malvin. Ting.. "Bel apartemen lo tuh. Siapa ya?" "Bukak gih Al!" Suruh Sabrina dan di anggukan oleh Alya, gadis itu langsung keluar kamar berniat membuka pintu dan melihat siapa yang datang. Tak lama Alya kembali dengan sebuket bunga di tangan nya. Membuat ketiga teman nya yang lain heran. "Dari siapa Al?" Tanya Lisa. Alya menggeleng. "Gak ada nama pengirim nya, tadi cuman di anterin sama kurir. Buat Zeta kata nya." Zeta mengangkat kepala nya, bertepatan dengan Alya yang mengulurkan buket bunga itu kepada nya. Zeta meraih dan menatap bunga mawar putih itu, di sana ada sebuah notice kecil. Dia lalu membaca notice tersebut. "Sekarang, dateng ke taman kota." Gumam Zeta, menatap satu persatu teman nya. "Ada nama nya gak?" Vinny mencondongkan tubuh nya menatap notice tersebut. Zeta menggeleng. "Siapa ya?" "Ya udah coba aja dateng. Kemana tadi? Taman kota." Sabrina bersuara. Zeta menggeleng. "Gak ah, gue parnok. Ntar---" "Sama gue Zi. Jadi lo gak usah khawatir." Sabrina memotong. "Nah bener, sama Sabrina aja. Biar kita bertiga yang stay di apartemen lo. Jaga-jaga kalau Malvin nanti pulang." Lisa menyambar. Zeta melirik Vinny. Gadis itu mengangkat kedua dahi nya. "Gak ada salah nya sih." Zeta termangu, kira-kira siapa ya yang mengirimkan bunga ini? Malvin? Ck, gak mungkin Malvin kan sibuk sama rapat nya. Boro-boro beliin bunga, ngabarin dia aja daritadi saja tidak. "Ya udah deh. Mana tau pangeran tampan." Gumam Zeta seraya bangkit dari atas ranjang. "Trus kalau pangeran tampan?" Alya menatap Zeta. "Ya gue pacarin."Balas Zeta santai dan cuek. Membuat ke empat temen nya melongo. ✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️ Mobil Sabrina berhenti tepat di pinggir jalan taman kota tersebut. Zeta menatap keluar jendela, gelap, padahal baru jam tujuh malam, tapi di taman kota itu sudah terlihat gelap dan sedikit sepi. "Gelap banget Sa." gumam Zeta. Sabrina memperhatikan sekitar nya. "Trus gimana? Gak mungkin balik kan, udah nyampe sini juga." Zeta diam, dan terus memperhatikan keluar jendela. "Udah, ntar kalau ada apa-apa lo teriak aja. Gue stay di sini kok." Sabrina menyentuh pundak Zeta, membuat gadis itu menoleh pada Sabrina. Zeta lalu menghela nafas nya, lalu keluar mobil di susul oleh Sabrina. Dia mulai melangkah memasuki taman tersebut, sesekali dia menoleh ke belakang dan menatap liar sekitar nya. Kalau bukan bermodalkan penasaran, pasti Zeta tidak akan mau datang. Pasal nya, di sekeliling nya ini gelap, hanya ada beberapa lampu remang-remang yang menerangi. Langkah Zeta terhenti saat di tengah-tengah taman itu, posisi nya dengan Sabrina kini sudah jauh, bahkan dia tidak lagi melihat ada mobil Sabrina dari sini. Zeta tertegun memperhatikan kondisi di sekeliling nya, di sana di penuhi dengan balon-balon dan hiasan-hiasan warna warni lain nya. Dan yang mencuri perhatian Zeta adalah sebuah gantungan dreamcatcher yang berbunyi saat di tiup angin. Tangan Zeta terangkat menyentuh gantungan itu, bertepatan saat sebuah letusan kembang api mengagetkan Zeta. Dia mengangkat kepala nya, menatap langit malam yang kini di penuhi dengan kembang api di atas sana. Indah, tak lama di susul oleh lampion-lampion yang bergerak entah darimana menghiasi langit itu. Satu lampion mencuri perhatian Zeta, lampion dengan sebuah tulisan di sana. "I Love You." Gumam Zeta, membaca tulisan di lampion itu. Zeta tersentak saat merasakan sepasang tangan melingkari perut nya, bersamaan saat di rasakan nafas seseorang berhembus di leher belakang nya, membentuk sebuah bisikin. "I Love You Sayang. Happy anniversery tahun." Mata Zeta berkaca-kaca, dia menoleh, pandangan nya langsung saja bertemu dengan Malvin. Kekasih yang sehari ini menghilang, tidak memberi nya kabar sama sekali. Malvin menghapus air mata Zeta dengan lembut. "Jangan nangis, aku gak mau lihat air mata kamu sayang. Karna itu kelemahan aku selama ini." Zeta memejamkan mata nya saat merasakan elusan tangan Malvin di pipi nya, sementara satu tangan Malvin yang lain masih melingkari perut nya. "Aku pikir kamu lupa." Zeta bersuara serak, dia kembali membuka mata nya, bersitatap dengan Malvin dengan jarak yang begitu dekat. Malvin tersenyum. "Aku gak mungkin lupa, sama hari dimana menjadi pusat kebahagiaan aku selama 3 tahun ini. Jangan pernah berpikir bahwa kamu bukan prioritas aku lagi, sampai kapan pun kamu yang akan jadi prioritas aku di atas segala nya sayang. Kamu pusat kebahagiaan aku." ujar Malvin tepat di depan wajah nya, membuat dia bisa merasakan hembusan hangat nafas Malvin. "Makasih! Aku suka, aku bahagia. Aku bersyukur punya kamu di tiga tahun hidup aku." Malvin menggeleng dan kembali menghapus air mata Zeta. "Bukan hanya ada tiga tahun, tapi akan ada empat tahun, enam tahun, tiga pulah tahun, bahkan beratus tahun kemudian, hanya akan ada aku dan kamu. Selama nya." Tangan Malvin berpindah ke belakang pinggang Zeta, menarik gadis itu lebih mendekat dengan nya. Menyatukan dahi nya dan dahi milik Zeta, dengan posisi seperti ini Malvin bisa melihat wajah Zeta dengan begitu dekat walaupun hanya di terangi dengan lampu-lampu taman yang remang-remang. Tatapan mereka saling terkunci, sebelah tangan Zeta memegang lengan Malvin yang bertengger indah di pipi nya, mengelus nya dengan sentuhan lembut, membuat Zeta merasakan kenyamanan yang luar biasa. "Aku cinta kamu. Selama nya sayang." bisik Malvin serak. Zeta mengangguk, seraya tersenyum. "Aku juga." Zeta perlahan memejamkan mata nya saat merasakan hujung hidung nya dengan Malvin mulai bersentuhan satu sama lain, bahkan nafas Malvin menyapu sekitaran bibir nya. Malvin terus menatap mata Zeta yang terpejam, dia semakin menekan pinggang Zeta ke arah nya agar menempel sempurna dengan d**a bidang nya. Perlahan dia memiringkan wajah nya, detik berikut nya bibir mereka saling menyatu satu sama lain. Zeta merasakan bibir Malvin mulai bergerak di atas bibir nya, bertepatan saat sebuah suara hadir memecah keheningan taman itu. "Aduh gila! Gila Zi, di situ banyak nyamuk bang---" "Aduh Vin, di situ banyak nyamuk bang---" Ucapan kedua orang itu seketika terhenti saat melihat adegan yang di suguhkan di depan mereka. Sabrina melongo begitupun dengan Gevan. "Eh sorry." Sabrina berucap kikuk. Sementara Gevan menggaruk kepala bagian belakang nya. Berlain dengan Zeta, gadis itu langsung saja menjatuhkan kepala nya ke d**a bidang Malvin. Menyembunyikan wajah nya yang super malu di sana. Sedangkan Malvin berdecak dan memaki Gevan tanpa suara, seraya memeluk Zeta dengan sebelah tangan nya. Gevan menampilkan cengiran nya ke arah Malvin yang menatap nya dengan tajam. "Sorry Vin! Tapi bener di situ banyak nyamuk." ucap Gevan. Mamvin berdecak kesal. "Ganggu aja sih lo!" desis nya, seraya melirik Sabrina yang berdiri tepat di samping Malvin. Gevan yang sadar kondisi melirik ke arah Sabrina yang masih melongo di tempat nya. Dia lalu menarik tangan gadis itu meninggalkan lokasi tersebut. Malvin menghembuskan nafas nya, dia menunduk saat merasakan Zeta mengendus d**a bidang nya. Dia tersenyum. "kamu kenapa?" dia mengusap bagian belakang kepala Zeta. "Aku malu Malvin." gumam Zeta dengan masih membenamkan wajah nya di d**a bidang Malvin. Malvin terkekeh geli, lalu mengurai pelukan tersebut. Menyingkirkan beberapa anak rambut yang menutupi wajah tunangan nya itu. "Cie muka nya merah." Goda Malvin. Zeta memukul tepat di perut Malvin. "Ih apaan sih! Kamu sih, aku malu sama Sabrina sama Gevan." gadis itu mulai merajuk yang membuat Malvin semakin gemas saja. Zeta semakin salah tingkah saat Malvin terus menatap nya bahkan tanpa berkedip. "Malvin! Apasih kok lihatin aku nya kagak gitu banget." Malvin tersenyum geli dan mengacak lembut rambut Zeta. "Habis nya kamu lucu sih, cantik banget. Bikin aku jatuh cinta terus sama kamu." Zeta mengulum senyumnya, dia menatap ke arah Malvin. "Ck, gombal kamu gak ilang-ilang." "Gak gombal sayang. Emang iya kok. Jadi udah gak ngambek dong sama aku?" Zeta menggeleng. "Jadi tadi kamu gak rapat?" Malvin menggiring Zeta agar duduk di pangkuan nya, sementara dia duduk di bangku taman. "Rapat kok." balas Malvin seraya membelai rambut Zeta dari belakang, sebelah tangan nya yang lain melingakari perut gadisnya itu. "Tapi cuman sebentar sayang. Trus aku lanjut nyiapin ini sama Gevan, Rendra dan Risky. Tapi cuman Gevan yang bisa nemenin sampe malem, soal nya Rendra dan Risky harus ke Bogor tadi sore. Ngambil beberapa dokumen penting mereka buat tugas kuliah." Zeta mengangguk. "Kamu suka kan?" bisik Malvin dengan dagu yang di letakkan di bahu Zeta. Zeta menoleh pada Malvin, lalu mengangguk dengan mata berbinar. "Banget. Makasih ya." Malvin mengecup gemas pipi Zeta. "Apa pun buat kamu." Zeta tersenyum dan membenamkan wajah nya di d**a bidang Malvin. Memeluk cowok itu, mencari posisi ternyaman untuk nya. ✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD