Bab 1 - Hilang Ingatan

1064 Words
Dave menenggelamkan wajahnya di antara lekukan lengannya yang bertumpu di atas lututnya. Dadanya terasa begitu sesak hingga membuat air matanya luruh begitu saja. Dan akhirnya, dia menangis dalam diam karena merasa malu sekaligus gagal. Beberapa menit yang lalu, dia melihat sendiri bagaimana tubuh Bella jatuh dari ketinggian dan tenggelam di tengah lautan begitu menyerang penjahat itu untuk mengakhiri semua kisah pelik ini. Peter melirik Dave kilas. Posisi Dave yang duduk melantai sembari menyandar ke tembok dengan kepala menunduk dalam di antara lekukan lengannya, tentu saja membuatnya semakin terluka. Dave selalu berada di posisi ini entah untuk yang ke berapa kali dalam hidupnya. Pertahanan Dave selalu di uji dengan kesakitan Isabella. Isabella yang saat ini berada di tengah-tengah persimpangan antara hidup dan mati. Bella? Entah bagaimana dia harus mengungkapkan bagaimana tegarnya putri dari sahabatnya itu. Bella begitu berani dan tidak peduli walaupun harus mengorbankan nyawanya sendiri. Ceklek! Pintu ruangan di depan sana tiba-rmtiba terbuka, sehingga membuat Peter dan Dave mendekat secara bersamaan. Kebetulan, masih dokter Mike yang bertanggung jawab untuk memberikan pertolongan pada Bella di dalam sana. “Bagaimana kondisi Bella, Mike?” tanya Dave bahkan sesekali melihat ke dalam ruangan. Mike menghela napasnya pelan. Dia tidak tau, ada tragedi menakutkan seperti ini lagi yang terjadi. Valentine baru sembuh beberapa hari yang lalu, dan hari ini sudah terluka seperti ini lagi. “Kondisinya sudah membaik. Beberapa saat yang lalu, detak jantungnya melemah. Tapi, karena dia wanita yang hebat, Tuhan memberinya kekuatan untuk bertahan lebih lama lagi. Hanya saja, aku belum bisa memastikan dengan pasti bagaimana kondisinya, melihat dia terluka dibagikan kepala lagi,” jawab Mike langsung. Jika berhadapan dengan ke dua pria itu, dia tidak perlu membawa mereka ke ruangannya terlebih dulu untuk memberikan penjelasan karena ke dua pria itu tentu saja tak akan mau membuang-buang waktu. Davio terdiam. Sungguh dia tidak sanggup, jika harus berjauhan dengan Isabella lagi. Mike menepuk bahu Dave pelan. “Aku hanya ingin memberitahu, jika setelah bangun nanti, Bella melupakanmu lagi. Mungkin, perjuanganmu untuk mendapatkannya tanpa campur tangan konflik, bermula dari sini, Dave.” Perkataan Mike begitu Bella sampai di rumah sakit ini beberapa hari yang lalu, kembali terngiang sehingga membuat keyakinannya benar-benar dihancurkan oleh kenyataan. Bella melupakannya lagi, dan bisakah dia menerima semua ini? Lantas, bagaimana dengan mimpi-mimpinya yang ingin membuat Bella bahagia dan melupakan semua rasa sakitnya? Apakah harus menjadi kenangan semata lagi? Peter yang berada di dalam ruangan itu bersama Jasmine untuk menemani Bella selama Dave pergi, tentu saja hanya bisa menatap kenyataan yang Tuhan kehendaki terhadap Bella dengan tatapan nanar. Belum lagi, saat melihat Dave yang mematung di ambang pintu dengan air mata yang berjatuhan dari manik mata indahnya seolah percikan gelombang lautan. Mereka tau, bagaimana terlukanya Dave sekarang. Dokter Mike, dokter kepercayaan Peter dan Dave yang berada di sana, menelan salivanya kasar begitu diagnosanya memang terbukti nyata. "Siapa yang sudah membawaku ke sini?" Racauan Bella, jelas memberikan gambaran jika Bella benar-benar kehilangan ingatannya lagi karena cedera yang Bella alami di kepala belakangnya karena tragedi yang terjadi. Dokter Mike, menatap Peter yang tengah mengalihkan pandangannya, kemudian menatap Dave yang berdiri di sana dengan tatapan begitu terluka. Sorot matanya yang terbiasa menakutkan, tak menunjukkan bagaimana berkuasa pria itu lagi. Yang terlihat saat ini justru bagaimana pria itu terluka dan putus asa. Dokter Mike kembali memfokuskan pandangannya ke arah Bella yang mengerjap dengan keningungan nyata di wajahnya. "Tenanglah sebentar. Aku akan memeriksa kondisimu dulu," ucap Dokter Mike kemudian mulai melakukan serangkaian pemeriksaan. Setelah memastikan jika kondisi Bella mulai membaik, tentu saja dia akan kembali pada pertanyaanya tadi. "Apa benar jika kau tidak ingat siapa yang sudah membawamu ke sini?" tanya Dokter Mike dan Isabella yang terbaring lemah di atas brankar itu lagi-lagi menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Lalu bagaimana dengan namamu? Di mana rumahmu? Atau keluargamu? Apa kau mengingat semua itu?" Dokter Mike langsung pada pertanyaan inti. Jika Bella tetap tidak bisa menjawab pertanyaanya, sudah bisa dipastikan jika Bella kehilangan ingatannya lagi. Bella nampak berpikir sejenak. Tiba-tiba saja, dia memegang kepalanya sehingga membuat Dave ingin mendekat. Namun, Mike tahan dengan isyarat tangannya yang terangkat. Dan akhirnya, membuat Dave lagi-lagi terdiam di tempat yang sama. "Jangan dipaksakan. Setiap kali kau memaksa, kau akan merasa sakit di sana." Mike memperingatkan, sehingga membuat Jasmine yang berada di dekat Peter, mengambil tindakan yang memang harus dia lakukan sebagai sesama wanita. "Tidak apa-apa, Nak. Jangan memaksa jika kau tidak bisa menjawabnya. Ingat. Saat ini, kondisimu lah yang lebih penting," ucap Jasmine dengan lembut sembari mengusap lengan Bella, meskipun ada luka yang sama dia rasakan seperti Dave sekarang, sehingga membuat matanya berkaca-kaca juga. Namun, dia harus menahannya agar Dave tidak semakin terluka. Bella menarik napasnya kuat kemudian menghembuskan napasnya kembali dengan kasar. Rasa sakit yang terasa di kepala belakangnya, mulai berkurang sehingga dia bisa fokus pada pertanyaan dokter yang berada di depannya saat ini. "Saya mengingat siapa nama saya, Dokter," jawabnya sehingga membuat Dave yang sudah putus asa di sana, sedikit memiliki harapan. Jika Bella hanya melupakan sebagian dari kenangan hidupnya saja. Masih ada tentang dirinya yang Bella ingat sehingga kisah ini tidak perlu menyakitkan lagi. Tak jauh dari Dave, Peter dan Jasmine juga menaruh harapan besar jika Bella masih mengingat sekilas. Tidak serta merta melupakan semuanya. Yang ada, Dave akan hancur menerima kenyataan pahit itu. "Wah, benarkah? Kalau begitu siapa namamu?" Dokter Mike. Satu-satunya orang yang memiliki hak untuk bertanya kepada Bella, tentu saja tersenyum bahagia begitu Bella masih mengingat namanya. "Nama saya adalah Isabella. Apakah benar?" "Ya!" Dokter Mike sampai berseru karena kegirangan. Jawaban Bella yang menyebutkan namannya dengan tepat, tentu saja menjadi awal yang baik. "Tetapi, saya hanya mengingat nama saya saja, Dokter. Sedangkan untuk rumah saya, orang tua saya, dan keluarga saya, saya tidak mengingatnya sama sekali." Bruk! Lagi-lagi Dave menabrak sesuatu ketika dia tidak ingin mendengar kenyataan itu lebih lanjut. Dan kali ini, kursi tunggu yang berjejer di tembok itulah yang menjadi korbannya. Dave memutuskan untuk keluar dari ruangan tempat Bella di rawat tadi karena dia sudah tidak sanggup untuk merima kenyataan jika Bella benar-benar melupakannya lagi. "Kenapa?! Kenapa Bella harus melupakanku lagi!" Bugh! Di ujung koridor yang sepi itu, Dave memukul tembok untuk mengungkapkan bagaimana kesedihannya saat ini. Demi Tuhan, dia tidak akan pernah sanggup menerima kenyataan, jika Bella harus menderita lagi dalam ruang hampa ini. Kehilangan ingatannya, dan harus memulai kisah ini dari awal. Jadi, apakah kisah ini harus bermula dari titik di mana, aku bukanlah siapa-siapa untuk Bella? Ya Tuhan, aku tidak sanggup melihat Bella-ku menderita lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD