Pembantaian oleh Escanor

1350 Words
Waktu terus berlalu mengikuti perputaran bumi setiap harinya. Sang penyihir tampan masih berada di dalam menara keabadian. Tidak ada perlawanan, pria itu pasrah karena tidak ada yang bisa dia lakukan. Berapa kali pun para tetua menanyakan nama wanita itu, tidak akan pernah ada jawaban. Bien benar-benar tidak tahu. Escanor yang setiap malam mencari dan menunggu Lovetta, mulai kesal. Putri Serigala tidak pernah muncuk hingga purnama.   Vampire yang dalam kekuatan penuh menyusuri semua hutan untuk mencari Lovetta atas perintah Escanor dan mereka semua gagal. Escanor semalin menggila, dia membawa pasukan vampire menunggu dan membantai semua serigala yang mereka temui. Morgoth dan Signy telah membawa kawanan Serigala yang tersisa menuju gunung bersalju untuk berlindung.   “Tidak ada Lovetta di gunung salju.” Escanor bisa melihat serigala yang bersembunyi di gunung dan gua.   “Kemana lagi kita harus mencari Lovetta?” tanya Dante.   “Aku akan menghancurkan hutan hingga menemukan Lovetta. Bunuh semua makhluk yang kalian temui!” teriak Escanor pada pasukan vampire yang selalu kelaparan untuk membunuh dan menghisap darah.   “Ya,” sorak makhluk malam penghisap darah itu.   “Escanor, ini tidak baik.” Dante menatap Escanor.   “Kalian bisa mengubah manusia menjadi bangsa vampire,” lanju Escanor yang tidak peduli dengan ucapan Dante.   “Aku tidak menyangka, pria ini akan sangat jahat ketika kehilangan wanita yang dicintainya.” Dante memperhatikan Escanor yang telah terbang.   “Dia bahkan tidak menghisap darah mangsanya.” Lestat berdiri di depan Dante.   “Aku heran. Di mana wanita itu bersembunyi dan untuk apa dia menghilang?” Dante menatap Lestat.   “Aku juga tidak tahu. Sepertinya Morgoth dan istrinya merahasiakan sesuatu dari kawanan Serigala.” Lestat memperhatikan pelindung gunung bersalju.   “Berapa lama pelindung akan bertahan?” tanya Dante.   “Tergantung kekuatan dan kemampuan mereka,” jawab Lestat.   “Hey, apa yang kalian lakukan di sana? Habisi semua hewan berbulu itu!” teriak Escanor.   “Lakukan!” Lestat menepuk pundak Dante.   “Aku tahu. Mata Escanor sudah memerah.” Dante terbang bersama Lestat dan memburu kawanan Serigala yang tersisa.   Lolongan kesakitan dari Serigala memekakkan telinga. Makhluk berbulu itu meminta pertolongan, ketakutan dan amarah menjadi satu. Pertumpahan darah kembali terjadi di malam bulan purnama setelah berabad-abad lalu. Sejarah terulang, dimana sang pangeran vampire jatuh cinta pada putri serigala. Langit hitam dengan cahaya bulan yang tampak merah darah. Tidak ada bintang yang terlihat. Para peri yang berada di hutan seberang pun terkena imbasnya. Hujan darah membasahi seluruh kawasan dan mengacaukan kehidupan semua makhlum yang ada di bumi.   “Tuan, kenapa para vampire memburu kita? Apa yang mereka cari?” tanya seekor serigala betina pada Morgoth.   “Mereka mencari Lovetta. Escantor mau menjadikan Lovetta istrinya,” jawab Morgoth tertunduk.   “Apa?” Semua kawanan terkejut.   “Di mana Lovetta?” tanya seorang pria yang juga jatuh cinta pada Lovetta.   “Aku tidak tahu. Dia bersembunyi di tempat temannya yang tidak kamu ketahui,” jawan Signy.   “Pangeran Vampire itu menggila,” ucap Serigala tua.   “Kita akan aman di sini.” Morgoth menatap mata-mata yang melihat padanya.   “Kita hanya akan aman selama bulan masih terang,” tegas wanita tua itu.   “Aku tahu. Sepertinya kita harus berperang setelah purnama menghilang.” Morgoth mendongak dan melihat hujan darah memenuhi langit.   “Apa yang mereka lakukan?” Morgoth terkejut.   “Ini adalah pembantaian. Kaum vampire membunuh semua makhluk hidup yang ada di bumi ini,” jelas wanita tua yang memegang tongkat dengan rambut telah memutih.   “Kaum vampire sangat kejam.” Morgoth mengepalkan tangannya. Dia tidak bisa melakukan apa pun. Ada atau tidak Lovetta di sana. Escanor akan tetap melakukan pembantaian ketika sedang marah. Pria itu lebih mirip iblis dari pada vampire.   Puas membantai kawanan Serigala, Escanor membawa pasukannya ke perkampungan manusia biasa yang bersebelahan dengan peri. Para vampire mengigit dan menghisap darah manusia yang mereka temui dengan sangat brutal. Gadis belia dan masih perawan diperkosa bersamaan dengan meminum darah. Malam mencengkap dihiasi teriakan dan tangisan ketakutan serta rasa sakit. Sang pangeran menciptakan malam berlumuran darah hingga pagi datang. Makhluk malam itu kembali ke istana mereka ketika langit mulai terang dan ayam hutan berkokok.   Matahari yang masih terutup kabut dan hujan merah berusaha menerangi bumi dari kegelapan malam. Sang surya ingin memberikan kehangatan untuk mengusir dingin yang mencengkam. Tanah dan rumput serta dedaunan terlihat diselimuti darah yang telah mengering berwarna hitam pekat. Mayat-mayat manusia serta bangkai serigala tergeletak tak beraturan. Angin bertiup pelan seakan takut untuk menggerakkan dedauan.   Para peri berhasil membawa manusia bersembunyi di tempat rahasia. Makhluk cantik, tampan dan indah itu sangat mirip dengan manusia. Mereka sangat suka menolong sesama dengan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki. Mengobati dan membantu manusia yang tersisa untuk membangun perkampungan baru. Berbeda dengan penyihir yang memisahkan diri dari manusia dan makhluk lainya karena mereka punya masa lalu yang kelam akibat perbuatan penyihir hitam.   Kesunyian masih menemani bumi yang sudah tengah hari. Kekacauan yang dibuat oleh Escanor untuk mencari Lovetta menyisakan tangis kehancuran dan dendam. Kehidupan yang aman dan damai telah hilang hanya para penyihir, naga dan prajurit sss yang tidak tersentuh. Mereka tetap berada di langit yang terang.   Quet menatap Lovetta yang sedang tertidur di atas rumput bersama naga kecil yang terus mengusap perut wanita cantik itu. Mereka seakan tahu ada pria tampan yang sedang menunggu waktu kelahiran dan melihat dunia. Serigala hamil itu terlihat lemah dan lelah sehingga tidur dengan mudah.   “Quet,” sapa naga hijau pelan.   “Ada apa?” Quet terbang meninggalkan Lovetta bersama naga kecil. Ia mendekati naga hijau.   “Para vampire membantai semua mahkluk yang tidak berlindung,” jawab Green.   “Apa?” Quet melihat kearah Lovetta. Wanita itu tenang dalam tidur damai.   “Bagaimana keadaan orang tua Lovetta?” tanya Quet.   “Mereka berlindung di gunung,” jawab Green.   “Syukurlah.” Quet tersenyum.   “Kapan teman kamu akan melahirkan?” tanya Green.   “Secepatnya.” Quet kembali terbang mendekati Lovetta.   “Bibi Quet, kenapa dia terus tidur?” tanya naga kecil.   “Karena dia sedang hamil,” jawab Quet mengusap kepala naga kecil.   “Quet, di dalam sini ada pria tampan.” Naga kecil tersenyum dan menyentuh perut Lovetta dengan lembut.   “Benarkah?” Quet memandangi perut Lovetta.   “Baiklah. Biarkan dia tidur. Apa kalian tidak berburu?” Quet memicingkan matanya.   “Kami pergi.” Naga kecil terbang.   “Love, aku tidak bisa menemukan Bien. Aku tidak tahu kemana mereka menyembunyikan pria itu?” Quet duduk di samping Lovetta.   “Para penyihir bahkan telah memasang pelindung. Kekuatan penyihir hitam lebih besar. Apa yang terjadi pada Bien?” Quet menatap langit yang cerah. Dia tidak bisa meninggalkan kawasan naga karena vampire telah menguasai hutan.   “Apa akau harus keluar dan melihat kembali?” Quet melamun.   “Quet, aku lapar.” Lovetta membuka mata.   “Aku sudah mempersiapkan daging mentah untuk kamu. Ayo kita pulang.” Quet tersenyum.   “Ya.” Lovetta mengangguk. Dia naik ke tubuh Quet. Mereka terbang dan kembali ke gua yang berada di puncak tertinggi.   “Kelinci.” Lovetta tersenyum ketika mereka sudah tiba di dalam gua yang menjadi rumah Quet.   “Makanlah.” Quet bersiap terbang dan meninggalkan Lovetta.   “Quet.” Lovetta menahan sayap Quet.   “Ada apa?” tanya Quet.   “Aku mimpi buruk. Escanor menggila. Pria itu membakar dan menghancurkan hutan.” Lovetta menatap Quet.   “Itu hanya mimpi. Makanlah dengan tenang.” Quet tersenyum. Naga merah itu terjun memasuki kawasan kawah panas yang ada di bagian terdalam dunia naga. Ia menjatuhkan diri ke dalam magma yang berada di sana. Ada banyak naga yang sedang memanjakan diri dengan berendam di dalam cairan merah yang mendidih.   Kawanan Naga tidak pernah meninggalkan rumah mereka. Hutan yang terlindung dan berbeda. Menjauh dari makhluk lainnya karena tidak mau diburu dan dimanfaatkan. Para penyihir adalah pemburu naga untuk dijadikan tunggangan dalam penyerangan. Kekuatan yang luar bisa dari makhluk raksasa itu bisa ditundukan dengan sihir. Masa lalu para naga mengajarkan untuk tetap hidup bersama tanpa mempercayai manusia dan lainnya.   Naga terkuat adalah naga merah yang menjadi pimpinan kawanan dan tidak mampu ditaklukan oleh kekuatan apa pun, tetapi Lovetta berhasil menjadi teman Quet dengan kelembutan dan rasa percaya sehingga mereka bisa berteman dari kecil hingga dewasa secara diam-diam. Keduanya adalah keturunan raja dan sama-sama seorang putri.        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD