Keturunan Penyihir Putih

1645 Words
Xavier, keturunan yang dirahasiakan telah lahir dari Rahim putri serigala. Ayah yang tidak mengenal ibunya dan juga dirinya. Itu adalah kesalahan Lovetta yang tidak pernah menyebutkan namanya, tetapi cara untuk melindungi putranya adalah menyembunyikan segalanya dari dunia yang kejam karena, jika makhluk lain mengetahui tetang Xavier, maka akan jadi perebutan dan mungkin pembantaian pada bayi yang tidak berdosa. Beruntuk si tampan kecil lahir diantara para naga sehingga dia benar-benar dicintai dan dijaga karena keturuan dari penyihir putih.   Pagi hari di pulau naga, ketenangan dan kedamaian menyambut kedatangan matahari. Hujan dan badai telah berlalu, rumput basah menghijau di padang luas. Embun mulai menguap ke udara membentuk asap putih yang indah. Sepi dan sunyi, tidak ada satu pun naga yang muncul, mereka semua masih terlelap dalam tidur karena malam yang berubah dari indan menjadi cuaca buruk menganggu waktu istirahat.   Lovetta memeluk bayi kecil yang tidur di sampingnya. Rambut hitam pekat berkilau terkena cahaya sang surya yang masuk melalui celah-celah gua. Tubuh indah dan seksi wanita yang baru melahirkan itu bergerak. Dia membuka mata dan tersenyum penuh kebahagiaan ketika melihat putranya yang masih terlelap. Jari-jari indah dan putih menyentuh pipi serta mengelus kepala kecil di sampingnya.   “Pagi, Sayangku.” Lovetta mencium hidung manjung Xavier. Perlahan mata indah dan bening membuka dan menatap wajah cantik ibunya. Bayi yang tenang dan pendiam. Dia hanya menangis ketika lapar.   “Lovetta, kita harus mencari kain di perkampungan manusia.” Quet menyentuh Xavier dengan ujung kukunya yang panjang dan bola mata sang bayi  berpindah pada naga merah itu.   “Love, apa bayi yang baru lahir sudah bisa melihat?” Quet mendekatkan wajahnya pada Xavier. Hidung makhluk itu mengeluarkan uap panas.   “Quet, apa kamu mau membakar Xavier?” Nenek Tiamat membawa pakaian untuk Xavier.   “Di mana Nenek mendapatkan itu semua?” tanya Quet.   “Dulu ada manusia yang bisa masuk ke tempat ini, sang penyihir Agung yang telah menghilang dan berenkarnasi pada Bien, tetap ingatan masa lalu telah dihapus agar tidak ada yang tahu tentang keberadaan para naga,” jelas nenek Tiamat.   “Apa penyihir Agung itu laki-laki?” tanya Lovetta.   “Ya, wajah kamu langsung jatuh cinta pada Bien dan cukup menggila. Pesona sang penyihir Agung memang mampu membuat semua orang menginginkannya.” Nenek Tiamat menyentuh pipi Xavier.   “Sang Penyihir Agung adalah pria yang sangat tampan dengan ramput putih berkilau. Dia menguasai semua kekuatan dan kemapuan yang dimiliki para penyihir putih. Tidak ada yang tahu penyebab kematiannya. Itu menjadi rahasia yang disimpan oleh para penyihir. Bien adalah harapan mereka, tetapi gadis kecil ini telah menghancurkannya.” Nenek Tiamat menyentuh dagu Lovetta.   “Maafkan, Aku.” Lovetta menatap Nenek Tiamat.   “Ini adalah takdir yang harus dijalani oleh putra kamu. Xavier, sang keturunan rahasia. Kami para naga akan membuatnya menjadi manusia paling kuat dan mengerikan.” Nenek Tiamat tersenyum.   “Apa putraku bisa berubah menjadi Serigala?” tanya Lovetta menggendong Xavier dan memberinya Asi.   “Tidak. Karena bayi laki-laki lebih menurunkan sifat ayahnya,” jawab nene Tiamat.   “Syukurlah.” Lovetta tersenyum.   “Mama memang mau kamu menjadi manusia hebat dan kuat dalam bentuk yang sempurna seperti ayah kamu.” Lovetta mencium putranya yang kembali memejamkan mata.   “Quetm setelag dia tidak asi lagi. Kamu kan meninggalkannya di sini bersama kalian. Apa boleh?” tanya Lovetta.   “Tentu saja, Love. Kami akan senang hati membesarkan Xavier. Kamu mau pergi ke mana?” tanya Quet.   “Aku mau melihat papa dan mama, sebentar saja.” Quet tersenyum.   “Kamu harus kembali,” ucap Quet.   “Ya.” Lovetta mengangguk dan tersenyum.   “Jadilah ibu untukk Xavier.” Lovetta menatap Quet dengan penuh cinta seorang sahabat.   “Ya. Aku akan menjadi ibu angkatnya, tetapi cukup panggil bibi saja.” Quet tersenyum.   Siang hari gua nenek Tiamat mulai ramai. Para naga ingin melihat Xavier−keturunan sang Pemyihir Agung yang istimewa. Naga dengan berbagai jenis dan wanra telah memnuhi padang rumput halaman gua nenek. Semuanya menunggu bayi kecil yang tampan untuk keluar dan memperlihatkan diri. Ketampanan yang telah terlihat dari lahir, itu menjadi bukti bahwa Xavier adalah reinkarnasi selanjutnya, tetapi jiwa Serigala telah membuat bayi itu tidak murni lagi dan menjadi campuran makhluk lain.   “Nenek,” sapa para Naga di halaman dengan penuh semangat sehingga naga tua itu segera keluar. Sejak kelahiran Xavier, tempatnya yang sudah sangat sepi kini kembali ramai. Itu adalah keajaiaban pertama yang diberikan oleh putra Bien.   “Apa?” Nenek Tiamat terkejut karena semua naga telah berkumpul di pasang rumput. Dari naga paling tua hingga yang baru lahir.   “Apa yang kalian lakukan di sini?” tanya nenek Tiamat melihat halaman yang telah penuh dengan naga.   “Kami ingin melihat keturunan penyihir Agung,” jawab seekor naga hitam yang sudah cukup tua.   “Dia tidak akan keluar dari gua hingga usia satu tahun,” tegas nenek Tiamat.   “Kenapa?” tanya para naga sedih.   “Aku dan Quet akan mewarisi ilmu padanya agar Xavier menajdi manusia yang kuat dan selalu melindungi naga. Dia tidak akan terkalahkan,” ucap nenek Tiamat.   “Hah.” Para Naga yang telah berkumpul sedikit kecewa karena sangat ingin melihat keturunan penyihir putih.   “Sabarlah. Kalian bahkan bisa melatihnya.” Nenek Tiamat melihat kekecewaan di raut wajah para naga.   “Benarkan?” Para naga kembali bersemangat mendengarkan ucapan nenek Tiamat.     “Tentu saja. Dia akan tinggal bersama kita selamanya.” Nenek Tiamat tersenyum. Dia sudah mendengarkan percakapan Lovetta yang menyerahkan Xavier pada Quet.   “Mari kita berburu dan menyiapkan makanan untuk Xavier!” teriak naga hitam.   “Dia belum bisa makan daging. Xavier masih Asi dari ibunya,” jelas nenek Tiamat.   “Pergilah cari makan untuk kalian sendiri!” perintah nenek Tiamat.   “Baiklah.” Para Nega membubarkan diri. Mereka kembali ke gua masing-masing. Ada yang berburu dan bermain di kawah magma.   Kehidupan damai di dunia naga menjadi tempat terbaik dan aman untuk pertumbuhan Xavier. Para naga yang hidup berdampingan tanpa gangguan makhluk dari luar tidak pernah menggunakan kekuatan mereka lagi. Tidak ada pertengkara dan perselisihan. Pemakan daging ataupun rumput bisa berdamai dan berteman. Mereka sama-sama naga dan harus saling mendukung serta membantu sesama.   *** Di dalam menara keabadian yang telah mengurung seorang Ayah dari Xavier. Pria itu tidak pernah tahu bahwa dirinya telah memiliki putra tampan dari seorang serigala yang sangat cantik. Bien duduk bersila di dalam menara ketujuh. Dia memejamkan mata menenangkan diri memfokuskan kekuatan.   “Sejak semalam, aku merasa tubuhku melemah.” Bien membuka mata dan menyentuh bagian tengah dadanya.   “Apa menara ini menyerap kekuatanku?” Bien mendongak. Dia ingin bertanya pada Seven.   “Bien.” Pintu menara terbuka. Seorang pria berdiri di depannya.   “Ayah.” Bien tetap duduk karena dia berada dalam lingkaran pelindung.   “Apa yang kamu rasakan?” tanya Ayah Bien.   “Sejak hujan badai, aku merasa sangat lelah dan lemah sehingga tertidur sampai siang ini,” jawab Bien.   “Bien, siapa wanita itu?” Ayah Bien duduk di depan putranya.   “Aku benar-benar tidak tahu, Ayah.” Bien menatap ayahnya.   “Berapa kali kalian melakukan hubungan terlarang itu?” Ayah Bien terus menatap putranya.   “Cukup sering. Dia datang di dalam mimpiku. Aku seakan tidak sadar melakukannya. Wanita itu sangat agresif ketika bulan purnama. Dia selalu mendomisani setiap malamnya.” Bien tersenyum. Dia menertawakan diri sendiri yang menikmati mimpi erostis itu.   “Aku tidak pernah melihanya di akademi. Tidak ada wanita cantik dan lembut sepertinya,” jelas Bien dengan jujur. Pria itu tidak pernah berbohong.   “Kenapa kamu tidak menyerahkan mata kamu untuk melihat wajah wanita itu?” Seorang wanita berdiri di depan pintu.   “Apa Bibi akan mencongkel bola mataku?” Bien tersenyum.   “Karena selama bola mata ini masih menempel pada diriku. Kalian tidak akan bisa melihat apa pun.” Bien merasa kecewa dengan ucapan bibinya. Dia tidak menyangka mereka sangat ingin mengetahui wanita yang telah merenggut kesuciannya dengan ilmu hipnotis.   “Bien, sepertinya wanita itu telah melahirkan seorang putra. Cuaca tadi malam menunjukan tanda-tanda istimewa dari keturunan penyihir Agung,” jelas Ayah Bien.   “Apa yang mau kalian lakukan padanya dan putraku?” Bien tersenyum.   “Malam terang bak malam berubah menjadi badai dan petir. Itu pertanda buruk. Kita tidak tahu siapa ibu dari putra kamu. Bien, kita harus mengambil putra kamu,” tegas bibi Bien.   “Lebih baik aku melihat putra dan istriku dari pada buta seumur hidup. Aku ingin bertemu mereka sekali saja dan aku yakin wanita itu pasti akan menjaga putra kami.” Bien tersenyum.   “Sejak kapan kamu menjadi keras kepala?” Ayah Bien menatap putranya.   “Sejak aku jatuh cinta pada wanita yang tidak aku kenal itu. Kedatangannya membuat aku menikmati surga dunia dan menginginkannya setiap malam,” jelas Bien dengan senyuman.   “Plak!” sebuah tamparan mendarat di pipi putih Bien.   “Pantas saja kamu tidak mampu melawan hipnotis dalam mimpi itu. Karena kamu menginginkannya.” Ayah Bien menatap tajam pada pria di depannya.   “Sepertinya begitu, Ayah. Tidak mungkin aku kalah kekuatan, tetapi hipnotis itu melebihi rasa suka dan cintaku padanya. Aku jatuh cinta dari sejak melihatnya.” Bien tersenyum.   “Seven!” teriak Ayah Bien dan pria penunggu menara muncul.   “Ada apa, Tuan?” Seven melihat Bien.   “Perkuat sihir pelindung di menara ini!” Ayah Bien keluar dari penjara.   “Tapi, Tuan. Itu akan menyerap kekuatan Tuan Muda Bien.” Seven terkejut dengan permintaan Tetua.   “Itu lebih baik agar dia tidak keras kepala.” Ayah Bien melanjutkan langkah kakinya yang sempat terhenti.   “Kakak, kenapa kamu lakukan itu? Sepertinya Bien sedang marah sehingga berbicara sembarangan.” Bibi mengikuti ayah Bien.   “Tidak ada yang mampu mengalahkan Bien, tetapi wanita itu bisa datang setiap malam tanpa ada yang mengetahuinya. Ini sangat mencurigakan.” Ayah Bien terlihat berpikir.   “Pasti dia bukan manusia biasa, tetapi siapa? Kita tidak mungkin mengambil mata Bien.” Bibi duduk di bawah pohon rindang yang bergoyang tertiup angina.   Dua saudara itu terlihat berpikir dan berusaha menembak wanita yang memiliki kekuatan yang mampu membuat Bien menyerahkan diri dan kehilngan masa depan.              

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD