Malam Hangat

1696 Words
Pertemuan di mulai. Semua mata serigala jantan tertuju pada Lovetta−putri serigala yang tidak bisa memilik sembarangan pasangan berbeda dengan yang lain. Kesempurnaan yang miliki dari keturuan istimewa membuat Lovetta pantas menjadi rebutan para lelaki baik dari kaum sama maupun kelas lain seperti vampire.   “Perkenalkan ini adalah Lovetta. Putri kami yang sudah siap menikah di masa kawin ini.” Morgoth memperkenalkan Lovetta.   “Halo semuanya.” Lovetta berdiri dan memberi salam. Wanita itu benar-benar menarik perhatian semua mahkluk.   “Lovetta, di depan kamu adalah para pangeran serigala dari berbagai daerah yang sengaja datang untuk bertemu dengan kamu,” ucap Morgoth.   “Terima kasih.” Lovetta tersenyum. Pria-pria serigala itu memang tampan dan menawan dengan tubuh seksi menggoda, tetapi wanita itu tidak tertarik sama sekali karena dia sudah jatuh cinta pada sang penyihir bernama Bien.   “Sayang, apa kamu bisa memilik satu dari mereka?” tanya Signy.   “Ah, apa?” Lovetta terkejut. Dia tidak berpikir untuk memilih siapa pun di dalam pertemuan itu.   “Tidak usah terburu-buru. Kita bisa saling berkenalan selama musim kawin.” Seorang pria berdiri dan tersenyum.   “Berkenalan. Hasrat kawin dalam diri serigala tidak akan bisa tertahan ketika berada di dekat lawan jenis. Kalian akan memangsaku seperti aku yang ingin memangsa Bien.” Lovetta tersenyum. Gadis cerdas itu sangat memahami kehidupan serigala di masa kawin. Dia sangat suka membaca sejarah  di banyak dunia. Itu juga yang membuatnya bisa berteman dengan naga merah yang berada di dunia lain. Tidak ada hasrat pada para serigala jantan yang terlihat sangat menantang dan gadis-gadis di luar gua sudah menunggu mereka.   “Hm, sepertinya aku akan melewati musim kawin tahun ini,” ucap Lovetta.   “Apa?” Semua orang terkejut.   “Sayang, kenapa kamu berkata seperti itu?” tanya Signy.   “Aku akan menemukan pasangan di usia dua puluh tahun. Jujur, belum ada hasrat untuk bercinta.” Lovetta tersenyum dan itu kembali membuat semua orang terkejut karena usia sembilan belas tahun adalah masa paling dinanti oleh semua serigala jantan dan bertina untuk menemukan pasangan hidup.   “Apa dia tidak terlalu sombong?” tanya seorang pria.   “Aku pikir tidak. Itu adalah salah satu pesona seorang wanita yang menarik ulur perasaan pria,” jawan pria lain.   “Dia sangat menarik dan menantang untuk di dapatkan,” ucap pria lain.   “Kamu benar. Aku tidak kecewa dengan perjalanan jauh ini agar bisa bertemu dengan keturunan sempurna kaum serigala,” lanjut jantan lainnya.   “Sayang,” sapa Morgoth.   “Mm.” Lovetta tersenyum.   “Maafkan, putriku.” Morgoth membungkuk.   “Tidak apa, Tuan Morgoth. Putri Lovetta cukup bijak dengan keputusannya. Dia tidak akan memilik dengan mudah agar bisa mengenali kami terlebih dahulu,” ucap seorang pria.   “Terima kasih.” Lovetta membungkuk.   Pertemuan ditutup dengan jamuan makan siang bersama. Serigala yang menjadi kasta pemburu menyiapkan hidangan berupa hewan hidup untuk dinikmati semua orang. Pesta menyambut masa kawin di atas bukit bersalju. Di siang hari, tetapi matahari tidak terlihat karena mereka berada di dalam gua.   *** Akademi sihir. Bien dan Hecate baru saja menyelesaikan pertandingan dengan nilai yang hampir sama untuk kekuatan. Bien yang keturunan penyihir putih terlihat tenang berbeda dengan Hecate yang sangat ambisi dan emosi. Itu menyebabkan penyihir hitam berada di bawah Bien.   “Kenapa dia terlihat tenang?” Hecate menatap Bien yang duduk diam di kursinya.   “Kamu terlalu ambisi,” jawab Chepi yang tiba-tiba muncul.   “Kamu akan kalah,” lanjut Chepi.   “Berisik!” Hecate menghantap Chepi dengan api. Pria dengan kekuatan penyerap jiwa itu menghilang.   “Aku sangat ingin membunuh para penyihir putih. Kalian keturunan asli penyihir hitam harus mendukungku!” bentak Hecate.   “Dia pilihan hewan suci dan para tetua. Kamu hanya dijadikan kambing hitam untuk kemenanan penyihir putih,” ucap Chepi tersenyum. Pria dengan rambut panjang hitam itu duduk di dahan pohon.   “Penyihir putih akan hancur dalam kesombongan mereka.” Hecate mengepalkan tangannya.   “Hecate, tanpa bertarung dengan kamu pun, Bien sudah pasti menjadi penyihir agung dari sejak kelahirannya,” jelas Chepi.   “Kenapa kamu muncuk saat ini?” Hecate menatap tajam pada Chepi.   “Aku ingin melihat kehancuran para penyihir putih,” jawab Chepi.   “Kau mengatakan aku akan kalah.” Hecate memicingkan matanya.   “Kamu memang kalah, tetapi ada seseorang yang akan datang tanpa sengaja dan mengubah takdir ini.” Chepi memutar tongkat.   “Bagaimana kamu tahu?” tanya Hecate.   “Tunggu saja. Dia akan hancur dalam kemenangan.” Chepi menghilang.   “Hey!” teriak Hecate yang bingung dengan ucapan Chepi−sang penyerap jiwa. Pria itu mampu merasuki tubuh orang yang sedang tidur atau pingsan.   “Apa maksud dari ucapan Chepi? Hancur dala m kemenangan.” Hecate melihat kursi Bien yang telah kosong.   “Chepi benar. Bien sudah jelas akan menang. Dia sudah dipilih dari sejak dilahirkan. Semua orang mengetahui itu.” Hecate tersenyum sinis.   “Malam bulan purnama adalah hari terakhir pertandingan ini. Api suci.” Hecate menghilang.   Malam datang dengan cepat. Akademi sihir terlihat ramai karena para pelajar dan penghuni bermain di halaman. Mereka bersiap menyambut bulan purnama. Kekuatan para sihir meningkat dengan menyerap cahaya bulan begitu juga kaum vampire yang akan menghisap darah para perawan dan perjaka dari golongan manusia.   Bien berada di kamar. Dia tidak ingin bergabung dengan penyihir muda lainnya. Pria tampan itu ingin menjaga diri. Dia melihat wajah-wajah para gadis dan tidak ada yang mirip dengan wanita dalam mimpinya. Bien menarik napas berat dan membuang dengan kasar. Tangan putih itu membiarkan jendela tetap terbuka dan dia merebahkan tubuh di atas kasur. Memejamkan dalam lelap.   Kesunyian mulai datang di pukul dua belas malam. Semua orang sudah kembali ke kamar masing-masing. Bien mulai gelisah dan membuka mata. Seorang wanita yang pernah hadir dalam mimpinya telah duduk di ujung kasur.   “Siapa kamu?” tanya Bien.   “Sudah aku katakan. Aku adalah istrimu.” Lovetta tersenyum.   “Ini hanya mimpi.” Bien tersenyum dan menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang dilihat. Wanita cantik dan seksi dengan gaun yang mampu memperlihatkan keindahan yang sempurna. Sebagai lelaki normal, tentu saja pria itu kagum pada dan cukup tergoda.   “Benar, ini hanya mimpi. Apa kita bisa menikmati mimpi ini?” Lovetta menaiki tubuh Bien.   “Siapa nama kamu?” tanya Bien.   “Kamu tidak perlu tahu.” Lovetta mengusap wajah Bien dengan lembut.   “Aku menyukai dan jatuh cinta pada kamu, Bien.” Lovetta mencium bibir Bien. Dia tidak bisa menahan diri karena memang sudah memasuki masa kawin untuk kawanan serigala.   “Apa aku boleh menikmati kamu?” tanya Lovetta berbisik di telinga Bien.   “Hm.” Bien tidak mampu menolak karena ada tarikan dan tekanan selain dari godaan yang memang mampu membuat semua pria bertekuk lutut di bawah Lovetta.   “Terima kasih.” Lovetta mulai menyerang Bien. Pemuda yang harus terus menjaga keperjakaanya hingga tes api suci. Dia hanya berpikir itu adalah mimpi yang tidak akan membuatnya kehilangan kesucian seorang pria.   Malam panas penuh keringat memberikan kepuasan untuk kedua insan itu. Pakaian mereka berserakan di atas lantai. Puas bergulat dalam hasrat luar biasa hingga mencapai puncak kenikmatan tidak terkira. Lovetta yang memang seekor serigala terus memimpin dalam permainan bergelora. Dia mendapatkan apa yang diinginkan.   “Sampai jumpa lagi besok malam.” Lovetta mencium Bien yang terlelap dalam tidur tanpa sehelai benang pun ditubuhnya.   “Mimpi indah.” Lovetta menutupi tubuh Bien dengan selimut. Dia keluar dari jendela dan berlari kencang dalam wujud serigala sehingga yang terlihat hanya bayangan hitam.   Setiap malam Lovetta terus datang untuk menggauli Bien yang berpikir semua itu hanya mimpi. Dia heran bangun tanpa pakaian dan kadang terlihat berantakan. Pria itu cukup menikmati malam hangatnya bersama wanita cantik yang tidak diketahui namanya. Dia memang sudah jatuh cinta pada perempuan dalam mimpinya sehingga melakukan dengan suka rela dalam mimpinya.   “Apa aku sudah gila?” Bien yang selalu bangun tanpa pakaian tersenyum dan menggelengkan kepalanya.   “Apa mimpi setiap malam itu akibat ilusiku?” Bien duduk di depan cermin dan dia tidak melihat perubahan apa pun pada tubuhnya.   “Tubuh yang basah dan berkeringat itu tidak benar-benar terjadi.” Bien membuka pakaian dan tidak melihat bekas merah di tubuh yang ada dalam mimpinya.   “Itu benar-benar hanya mimpi. Dia sangat ganas.” Bien tersenyum dan merapikan pakaiannya.tubuhnya terlihat bersih.   “Aku benar-benar bisa menjadi gila. Jatuh cinta pada wanita yang hadir di dalam mimpi.   “Besok adalah bulan purnama. Aku sudah lama tidak bertemu dengan unicorn. Kemana dia?” tanya Bien pada dirinya sendiri.   “Aku akan melakukan ujian terakhir untuk menjadi penyihir agung.” Bien ke luar dari kamarnya.   Setiap hari Lovetta berada di kawasan naga. Dia tidak mau bertemu dengan para serigala jantan sehingga wanita itu bersembunyi dan bermain bersama Quet. Sore hari, dia akan pulang secara diam-diam dan tengah malam datang ke kamar Bien.   “Love, kamu terlihat pucat. Apa Escanor masih menemui kamu?” tanya Quet.   “Tidak, memasuki bulan purnama para vampire itu akan mencari manusia untuk jadi mangsa mereka. Mahkluk yang sangat rendah,” jawab Lovetta.   “Love, apa kamu sakit?” tanya Quet lagi.   “Entahlah.” Lovetta berbaring di rumput. Dua sahabat berbeda ras itu berada di padang rumput.   “Quet, aku sangat lelah.” Lovetta memejamkan mata dan tidur.   “Kamu pasti lelah setiap malam menggunakan kekuatan hanya untuk bercinta dengan Bien. Kamu benar-benar gila, Love.” Quet menatap Lovetta yang sudah tidur.   “Love, cinta membuat kamu menjadi bodoh.” Quet mengusap kepala Lovetta dengan sayapnya.   “Kenapa dia melemah?” Quet menyentuh perut Love   “Apa? Apa dia sedang hamil?” Quet menjauh.   “Lovetta, apa hamil bisa membuat kamu kehilangan kekuatan?” tanya Quet membangunkan Lovetta.   “Ya, jika aku hamil bayi laki-laki.” Lovetta membuka mata.   “Apa kamu sedang hamil?” tanya Quet lagi.   “Apa?” Lovetta duduk.   “Love, aku pikir kamu hanya mau memuaskan hasrat serigala kamu karena dalam masa kawin.” Quet menatap Lovetta.   “Aku memang sudah jatuh cinta pada Bien dan menginginkan bayi darinya.” Lovetta tersenyum. “Love, itu tidak mungkin. Kalian dari ras yang berbeda,” tegas Quet.   “Itu mungkin. Aku sudah membacanya. Anak kami akan menjadi keturuna berbahaya, terlarang dan dirahasiakan.” Lovetta memeluk Quet.   “Love.” Quet tidak tahu apa yang dipikirkan oleh wanita cerdas itu.   “Aku memang mencintai Bien dan ingin menghasilkan anak yang luar biasa,” lanjut Lovetta.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD