Empat Unsur

2167 Words
Karisma segera masuk ke dalam kamar yang berukuran kecil dan sederhana yang ada di kedainya itu. Ia masuk ke kamar itu dengan membawa perasaan sedih.Sejenak merebahkan tubuh di atas ranjang dengan lapisan kasur yang sangat tipis. Alas kasur yang seperti jelas saja tidak bisa membuat tidur seseorang menjadi nyaman. Risma tetap berusaha membuat dirinya nyaman dengan kondisi ranjang yang sudah tua. Ranjang yang sudah lawas jelas tidak mungkin membuat istirahat Risma nyaman, ia hanya mengusahan kenyamanan yang sia-sia. Setiap Karisma bergerak maka ranjang itu akan berbunyi, nyaring seolah-olah seperti mau patah. Karisma tetap berusaha untuk memejamkan mata, karena harus beristirahat dan bangun awal untuk memasak di kedai serta di rumah makan keluarga. Karisma masih belum tahu jika suaminya melarangnya memasak di restoran yang di dekat jalan raya. Suaminya berpikir jika Risma hanya boleh mendapatkan jatah kedai ini sebagai tempat untuk mencari sesuap nasi. Terlepas itu cukup atau tidak untuk biaya sehari-hari, suaminya sudah tidak ingin peduli lagi. Karisma telah di lepaskan statusnya dari seorang istri. Sejak malam ini Karisma telah menyandang status baru sebagi wanita yang pernah menikah dan kini telah hidup sendiri tanpa suami. "Kuatkan aku dalam menghadapi segala bentuk ujian yang Engkau (Tuhan) berikan. Aku sudah lelah tapi tidak ingin menyerah, sebelum menuntaskan misi di dunia ini," suara Karisma terdengar lirih. Karisma kelihatan tidak nyaman untuk tidur. Ia merasakan seperti mengucapkan kata-kata yang tidak bisa ia tahan. Risma bahkan tidak mengerti tentang misi yang barusan ia katakan. Karisma bangkit dari tempat tidur dan keluar menuju kamar mandi. Kali ini dia merasakan tubuhnya tidak nyaman dan tidak bersih, sehabis digauli oleh suaminya. Merasakan tubuhnya gerah diapun tidak nyaman, akhirnya memutuskan untuk segera mandi. "Uhhh, badanku rasanya kotor, harusnya aku mandi, bukan malah tidur dengan kondisi kotor seperti ini," ucapnya lirih. Karisma berjalan menuju kamar mandi, dia ingin keramas dan membersihkan setiap detail bagian tubuhnya menjadi pilihannya agar dirinya terlihat lebih segar dan bisa segera tertidur. "Habis mandi badan terasa segar, walaupun terasa pegal tapi setidaknya aku bisa beristirahat dengan kondisi badan yang bersih," suara Karisma. Beberapa saat kemudian setelah selesai mandi Karisma segera kembali ke kamar tidurnya untuk beristirahat. "Ehhmmhhh ouuhh ... aku lelah dan ngantuk sekali.Tapi aku susah untuk istirahat dengan tenang. Kepalaku terasa berat.'' Karisma menguap dan sesaat memejamkan matanya. Ia kesulitan untuk bisa tidur dengan pulas. Semua ini karena banyak yang sedang ia pikirkan. Karisma adalah wanita yang Mungkin saking lelahnya akhirnya Karisma tertidur dengan sangat nyenyak. Di dalam tidurnya itu, Karisma bermimpi. Dia di datangi beberapa sosok dengan wujudnya berbeda-beda. Itu adalah makhluk-makhluk lembut dari berbagai wilayah asalnya yang berbeda-beda pula, tentu saja alam dengan Karisma. Alam manusia dengan alam makhluk astral. Karisma di dalam mimpinya dia sedang memasuki sebuah ruangan yang hening tidak ada satupun penghuninya. Karisma berjalan lalu masuk tanpa melewati pintu karena memang ruangan ini tidak ada pintunya. Terbuka lebar panjang dan begitu sangat luas. Karisma bisa lewat dari arah mana saja, tidak tahu mana arah Timur Utara Selatan dan Barat semuanya terlihat sama arahnya. Karisma masuk ke dalamnya semakin jauh dan jauh entah kemana. Karisma berjalan kedepan kesamping kiri dan kanan lalu berputar kebelakang untuk mencari ujung atau sudut ruangan yang tidak berujung dan bersudut, tidak berbatas tanpa bisa untuk di jangkauannya. Karisma tampaknya penasaran dan mencoba mencari-cari apa isi dari ruangan itu. Karisma terus berjalan mencari di mana sebenarnya penghuninya ruangan ini. Karisma sangat penasaran dan terus saja mencari. Berjalan dan sesekali berlari mengejar tapi tidak menemukan apa-apa dari pengejarannya ini. Karisma begitu penasaran dan ingin sekali bertemu dengan sang pemilik ruangan ini namun tidak menemukan apa-apa kecuali dirinya ini. Kosong tidak ada apa-apa. Kosong tidak ada yang lain kecuali Dia. Di tempat inilah Karisma merasakan kedamaian yang luar biasa menentramkan dari keadaan sepi, sunyi dan hening. Damai dan menenangkan tanpa ada suara berisiknya hiruk-pikuk dunia. Ayem tenteram dan bahagia. Membuatnya keasyikan dan enggan untuk meninggalkan ruangan ini. "Keluarlah jangan terlena di dalamnya. Jika kamu sudah tahu hakekatnya dari pencarian yang kamu lakukan itu berujung pada diam. Itu yang dikatakan diam sejatinya anteng dan langgeng. Langgeng itu hanya milik Gusti, menyatu bersama Gusti. Manunggal kempal dados setunggal. Bersatu menyatu dalam genggaman sang tunggal. Sudah tidak ada apa-apa. Kosong." Tiba-tiba Karisma kaget dan segera keluar dari ruangan itu. Wanita ini merasakan seperti sudah terbangun padahal sebenarnya belum terbangun. Ia masih larut terbawa mimpi di tidurnya. Karisma terlihat menikmati mimpi itu. Karisma melanjutkan perjalanan di tempat yang berbeda. Tempat yang rumit untuk dijelaskan pakai logika. Seperti halnya mimpi yang dianggap sebagai kembang tidur. "Jika kamu sudah tahu bagaimana rasanya di atas maka segeralah untuk turun. Jangan berlama-lama di atas nanti angin kencang akan menerpa tubuhmu. Jangan sampai hancur lebur dan kemudian terjatuh." "Siapa dia, kenapa banyak memberi ku nasehat," ucap Karisma. Wanita ini memperhatikan sosok laki-laki tua dengan jubah putih dan rambut putih. Tidak begitu jelas wajahnya seperti apa, karena seperti tertutupi kabut. "Turunlah dengan kesadaran hatimu. Ibaratnya di atas itu seperti halnya kamu memanjat pohon kelapa, jika kamu sudah menemukan buahnya maka petiklah. Tapi ingatlah jangan engkau keasyikan di atas dan menikmati buahnya sendirian. Bawa turun dan bukalah di bawah." "Maaf kamu siapa? Kenapa mengingatkan Risma tentang banyak hal? Ini sanepan kan?" "Dengarkan saja apa yang aku katakan. Aku belum selesai berkata." "Tapi aku ingin tahu siapa Kakek? Iya Karisma akan dengarkan." "Jangan kamu telan mentah-mentah apa saja yang bisa kamu dengarkan, tapi kupas lapisan paling luar yaitu kulit, serabut, batok, daging kelapa dan airnya." "Tolong jelaskan lagi, biar Karisma mengerti dari kiasan yang Kakek sampaikan," pinta Karisma. "Air adalah intisari dari buah yang kamu petik itu. Memanjat kelapa untuk memetik buah itu seperti halnya kamu menuntut ilmu. Jangan pelit dan serakah sehingga tidak mau berbagi dan menikmatinya sendirian. Kupas lapis demi lapis kulitnya sehingga kamu menemukan sarinya lalu manfaatkan untuk sesama," nasehat dari kakek berjubah putih. "Terima kasih sudah memberikan banyak wejangan," ucap Karisma. "Dunia dan seluruh alam semesta seperti ikatan lima unsur yakni air, logam, bumi, api, dan kayu. Begitu juga dengan kepribadian manusia yang harus memperlakukan dirinya dengan cara yang sama seperti lima elemen membangun dunia ini. Tapi, manusia hanya memiliki satu atau dua unsur yang lebih menonjol. Setiap elemen dapat menguraikan rincian tertentu tentang tipe kepribadian seseorang." Masih berlanjut dengan wejangan-wejangan yang bijaksana. Kakek itu menjelaskan banyak hal kepada Karisma. Memang ini seperti dunia mimpi tapi terasa seperti perjumpaan yang nyata. Begitu banyak nasehat yang disampaikan oleh leluhur Karisma ketika di dunia mimpi. "Hai Karisma ... aku datang dengan membawa beberapa teman. Kesemuanya ini akan ada sangkut pautnya di dalam kehidupan mu sebagai manusia." Risma menoleh ke samping. Ia mendapati satu sosok yang sangat kuat energinya. Sosok itu memperkenalkan diri dan juga membawa beberapa teman. "Ini siapa pula. Kalian siapa? Kenapa pada datang ke sini?" "Aku Tirta Segoro, memiliki pengetahuan dan wawasan yang begitu luas, hasil dari pembelajaran yang aku lakukan selama jutaan tahun." Tirta Segoro?" "Iya. Aku sang rendah hati yang selalu merasa rendah diri dan tunduk dihadapan Tuhanku, aku dari bangsa air, segala tingkah laku, pola pikir dan pola gerak ku ini memang mengacu kepada konsep air," lanjut Tirta Segoro. "Kamu luar biasa sekali," ucap Risma sembari memperhatikan beberapa kawan baru yang datang di mimpi Karisma. "Aku air bersifat selalu turun dan memadamkan. Jika watak manusia yang dipengaruhi oleh sifat air maka dia akan bisa sabar, mengalah serta rendah hati. ...." "Semoga aku juga bisa menjadi manusia yang memiliki bagian terkuat, yaitu kesabaran ...." "Pasti!" sahut Tirta Segoro. "Iya, semoga saja," lanjut Karisma. "Aamiin," sahut sosok di sebelah kanan Risma. "Kamu siapa?" Karisma melihat ke satu sosok yang berada tidak jauh dari wanita ini. "Karisma aku Genira si api yang memiliki sifat selalu tegak dan membakar." "Ha! Membakar?" "Iya," sahut Genira. "Kamu menakutkan sekali." "Watak ku ini memang dipengaruhi oleh sifat api, ingin menjulang tinggi, bercita-cita tinggi, semangat, keserakahan. Genira memang sangat panas dan ingin selalu membangkitkan rasa panasnya emosi, keinginan untuk marah-marah dan mudah tersinggung. Genira suka kegaduhan, suka kekacauan dan menyulut api amarah pada orang lain. Membuat hal-hal yang menjengkelkan kepada orang lain, memfitnah, mengadu domba ...." "Aku Silir Angin bisa bergerak lembut serta bergerak dengan hebat dan dahsyat seperti angin. Aku suka makan enak dan banyak, serakah, rakus, kikir, boros serta ingin selalu memperkaya diri, bermegah-megahan, segala sesuatu ingin ku miliki. Silir Angin bergerak tidak tentu arahnya, terkadang ke arah utara, selatan, timur, barat. Tetapi sebenarnya jika mampu mengendalikan maka Silir Angin akan menunjukkan sifat aslinya dengan kejujuran. Mengatakan apa yang terlintas dari hati nuraninya, tidak pernah bohong, selalu mengatakan benar bila itu benar dan mengatakan salah jika itu salah ...." "Karisma masih ada aku Siti Lemah. Aku yang memiliki karakter diam dan lebih suka memberi manfaat. Lemah yang penuh ketenangan dan kesabaran dan ketegasan. Lemah di dalam kehidupan merupakan simbol dari sikap atau emosi positif seperti diam, tenang, sabar, dan berlapang dahda. Kami semua akan selalu menyertai kehidupan manusia. Ingatlah Karisma Pramudita kamu harus bisa menyeimbangkan ke empat dari kami ini agar dirimu bisa berada dalam ketenangan jiwa dan raga ...." "Jika kamu ingin hidup tenang, maka jinakkan kaki. Kami semua berada di dalam dirimu. Jangan sampai napsu kami yang menginjak diri mu, kamu yang harus menginjak napsu-napsu dengan mengendalikannya." "Kamu tidak perlu takut api amarahku, jika kamu berada di tahap tenang, aku tidak akan bisa membakar mu." Karisma terus masuk ke dunia mimpi, sesungguhnya itu bukan mimpi biasa. Bukan juga sekedar halusinasinya. Namun mimpi itu adalah sebagai petunjuk dan akan menjadi nyata. Mimpi yang memiliki arti yang sangat luar biasa. Yang akan menjadi teman dari perjalanan Karisma. Melanjutkan langkah demi langkah semakin dalam menuju perjalanan mimpinya. Karisma seolah-olah sedang berbicara dengan perempuan yang sangat cantik seperti bidadari. Wajahnya terlihat berseri dengan sorot matanya yang adem. "Aduhhhh, sakittttt ... jangan pukul aku lagi, ampun ...." Risma berkata dengan posisi matanya yang terpejam. Mungkin perlakuan dari suaminya terbawa sampai ke alam mimpi. Risma berkeringat dan wajahnya pucat, air matanya keluar membasahi pipinya. Ia membolak-balik badannya seperti merasakan kesakitan. Sungguh penderitaan Risma tiada akhir, di dunia mimpi pun masih di kejar dan di hajar. "Itu kesakitan akan mengantarkan mu pada kehidupan yang baru. Kehidupan yang yang diwarnai dengan berbagai macam dunia yang tak kasat mata. Kamu akan merasakan energi positif dan negatif dari lawan," ucap eyang Karisma. Dalam keadaan tak sadar, Risma berjumpa dengan eyang-eyangnya dan juga banyak teman baru. Teman yang datang tanpa Risma undang. Inilah awal mula Karisma mendapatkan kemampuan yang luar biasa. Awalnya memang sudah memiliki ilmu tersembunyi tapi Risma tidak begitu menghiraukan. Wanita ini lebih memilih menggunakan logika. Jadi ketika logika dia pakai maka hal yang tidak masuk akal akan sulit menguasai wanita ini. Karisma seorang wanita yang tidak mudah menyerah dalam hal apapun, termasuk tentang kegagalan. Walaupun tertatih-tatih ia akan berusaha untuk bangkit. Meski berulang kali tergelincir, ia tetap mencoba agar bisa berdiri lagi. Wanita yang ditempa banyak kesakitan, wanita yang banyak mengecap asam garam manis kehidupan. Ia akan bertahan dalam badai apapun. Menjaga dirinya, menjaga keluarganya. Ia menjunjung harga dirinya. Wanita yang pernah gagal tapi berani bangkit dan memperbaiki apa yang menjadi penyebab kegagalan itu. Wanita yang terus belajar dari setiap kesakitan dan jadikan cambuk untuk menjadikan diri lebih baik lagi. Setiap derita yang ia rasakan tak akan ia biarkan merusak jiwa raganya. Walaupun tetap merasakan, Risma berpikir jika itu adalah garis nasib yang harus ia terima sebagai jembatan untuk segera sampai paa tujuannya. Wanita yang selalu yakin, bahwa Tuhan melihat kerja keras seseorang yang tulus menjalani kehidupan. Ia tidak takut keluar dari zona nyaman. Lapang d**a berani hadapi tantangan. Berani menghadapi kerasnya hidup dengan menyertakan kelembutan hatinya. Tenang, tegas, ramah, hadirkan aura positif untuk menghindarkan diri dari stigma negatif. Karisma ingin menyuarakan kepada semua wanita yang pernah di tempa kesakitan. Jangan pernah takut gagal, bangkitlah perbaiki apa yang menjadi penyebab kegagalan itu dan yakinlah Tuhan akan melihat kerja keras seseorang yang tulus menjalani kehidupan. Wanita harus berani keluar dari zona nyaman. Lapang dahda hadapi tantangan. Berani mengubah cara pandang. Tenang, tegas, ramah dan menghadirkan aura positif akan mampu menghindarkan diri dari stigma negatif. Cara pandang orang ke kita tentu akan berubah positif, apabila kita mampu menghargai diri sendiri. Memang menghindari situasi yang membuat tidak nyaman merupakan cara terbaik agar bisa terhindar dari sesuatu yang sulit. Tetapi, jika terus berada di zona nyaman, maka seseorang tidak akan pernah bisa merasakan sesuatu yang dapat mengubah kehidupannya menjadi lebih baik. Memilih berada dalam situasi seperti ini bukan berarti angkuh, bukan berarti Risma sombong dan bukan pula batu. Apa yang dilakukan itu hanya untuk berusaha menjaga diri, menghormati diri dan berbicara sesuai porsi. Tidak mau jadi orang ngawur, tidak sembarangan alias tidak asal-asalan. Semua berawal dari diri, jika bisa bersikap seperti ini pada diri maka akan tentu bisa bersikap sama terhadap orang lain dan orang lainpun akan bersikap sama seperti apa yang kita berikan pada mereka. Jika seandainya saja ada yang berlaku sebaliknya, tenang saja letak kesalahan bukan pada Risma tapi pada mereka yang melakukan penilaian mayoritas pandangan sekilas mata. Risma tidak perlu khawatir atas penilaian buruk orang lain, selama dirinya yakin selalu menyertakan hati nurani dalam setiap hal. Karisma percaya jika dalam kesulitan, maka akan bisa mengatasinya. Dunia akan aman terkendali, jika bisa menaklukkan emosi diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD