Bagian 1

2157 Words
Seorang gadis berambut panjang dengan warna hitam lebat miliknya berlari dengan sangat kencang melewati pohon-pohon tinggi yang ada di hutan ini. Langkah kakinya tak pernah berhenti seiring dengan beberapa langkah kaki di belakangnya yang tak kenal lelah mengejar dirinya. Vele tak mengerti kenapa dirinya dikejar saat ini. Yang dia tau hanya dirinya tadi ingin bertanya sesuatu kepada sekumpulan pria tadi, berniat menanyakan jalan. Akan tetapi, tatapan mereka terasa aneh dengan mata berwarna merah pekat. Vele tau jika mata seperti itu hanya dimiliki kaum vampir. Tetapi, untuk apa mereka mengejar dirinya? “Aduh!” Nasib sial selalu datang di saat seperti ini. Vele menoleh dan sudah mendapati sekumpulan vampir gila itu berdiri tepat di belakangnya. Mata mereka benar-benar tak seperti vampir pada umumnya. Vele sempat berpikir mungkin mereka baru saja berubah menjadi vampir, alias vampir baru yang brutal dan tak bisa mengendalikan dirinya. Salah satu dari mereka mendekat kepada Vele yang masih meringis karena terjatuh tadi. Belum sempat mereka mendekat, tubuh ketiganya pun dengan cepat terhempas ke sembarangan arah. Vele menganga tatkala melihat serigala besar dengan bulu berwarna cokelat muda menerjang tubuh mereka. Serigala itu bertarung seorang diri, mengoyak tubuh mereka hingga ketiganya meregang nyawa. Vele yang belum pernah melihat adegan pertarungan yang mengeluarkan banyak darah pun nampak ingin muntah saat itu. Terasa aneh jika Vele muntah hanya karena melihat darah. Tubuh Vele menegang tatkala melihat serigala yang membantunya berjalan mendekat, Vele malah berjalan mundur dan tak memiliki rencana lain untuk kabur saat ini karena kakinya sedikit terluka dan tenaganya juga sudah habis akibat dikejar oleh tiga vampir gila tadi. Beberapa detik kemudian, serigala itu terdiam dan perlahan berubah menjadi manusia, tentunya dengan pakaian lengkap juga. Seorang gadis berdiri tepat di depan Vele dengan raut wajah yang sama-sama terkejut dengannya. “Ka ... mu ....” Bahkan Vele pun tak bisa berkata-kata lagi sekarang. Di dalam hatinya, Vele tak pernah menyangka akan berada di dalam situasi seperti ini. Melihat orang lain memiliki wajah yang sama persis dengan dirimu bukanlah hal yang lumrah, kecuali jika kalian kembar. “Kamu siapa?” desak Vele kemudian. Tidak mungkin gadis yang mirip dengannya ini adalah seorang penyihir yang menggunakan mantra penyamar, tentunya tidak karena Vele melihat tadi ditolong oleh serigala. Werewolf tidak bisa menggunakan mantra pengubah bentuk. “Vale. Namaku Vale,” jawab si lawan bicara di mana malah membuat kepala Vele semakin pusing. “Hei, kita harus membersihkan lukamu dan mengobatinya. Hilangkan rasa keterkejutan itu, kita bicarakan di rumah pohonku,” kata Vale dengan cepat yang kemudian berpindah di samping Vele untuk memapahnya. Karena tidak memiliki pilhan lain, Vele pun menurut dengan sedikit bantuan dari Vale tentunya. Kedua gadis ini pun berhenti di sebuah pohon yang di atasnya terdapat rumah pohon yang kecil. Sempat mengernyit kenapa bisa ada rumah pohon di hutan ini, namun Vele bisa membaca keadaan di mana itu adalah milik Vale. Dengan kekuatannya, Vale membantu gadis yang ia tolong tadi ke atas. Dengan cekatan Vale membersihkan kaki Vele yang kotor dan sedikit memar dengan sesekali Vele yang meringis. “Vale? Namamu Vale?” tanya Vele memastikan. Gadis itu pun mengangguk dengan mata yang masih fokus ke kaki Vele. Terlihat Vele yang mengernyit dengan keadaan sekarang. Tiba-tiba dirinya dipertemukan oleh gadis yang mirip dengan dirinya, belum lagi nama mereka hampir sama. Apakah ini benar sebuah kebetulan? “Sudah. Kakimu harus sering-sering diobati agar cepat sembuh. Apakah werewolf-mu tidak bisa membantu menyembuhkannya?” tanya Vale santai. “Sebenarnya aku bukanlah werewolf,” papar Vele membuat pergerakan Vale yang meletakkan peralatannya pun terhenti dan memandang Vele dengan was-was. “Aku seorang wizard,” jelas Vele yang tahu arti tatapan was-was dari gadis yang menolongnya. Vale pun akhirnya paham, sempat berpikir jika gadis ini adalah seorang vampir. “Namamu siapa?” “Vele.” “Ha?” “Aku rasa kamu cukup jelas untuk mendengarnya. Namaku Vele. Dan apa yang kamu pikirkan saat ini mungkin sama dengan apa yang aku pikirkan beberapa saat lalu. Belum cukup aku terkejut dengan wajah kita yang mirip, dan sekarang nama kita juga mirip. Apakah ini kebetulan yang benar-benar kebetulan?” sahut Vele membuat Vale terdiam di tempatnya. Ya, semua terasa aneh. “Boleh aku bertanya sesuatu?” ucap Vale sedikit ragu, namun Vele mengangguk mengijinkan. “Apakah kamu tidak menggunakan mantra penyamar?” Pertanyaan dari Vale benar-benar membuat Vele terkejut. “Tidak, ini wajahku sejak lahir. Aku tidak menggunakan mantra apa pun. Lagi pula kita baru ketemu tadi, dan sejak awal kau yang masih dalam bentuk serigala sudah melihat wajahku, kan? Bagaimana bisa aku menduplikat dirimu? Sungguh itu mustahil,” terang Vele dengan tawa sumbangnya. “Maaf, aku hanya memastikan saja. Memang ini benar-benar aneh untuk kita, tapi mari kita lupakan dan anggap saja kebetulan. Setuju?” Vele pun mengangguk setuju dengan perkataan Vale kali ini. “Vale, kenapa kamu membuat rumah pohon ini? Apakah tidak masalah jika membangun rumah pohon di hutan seperti ini?” tanya Vele dengan mata yang menjelajah ruangan kecil di rumah pohon milik Vale ini. Di sana hanya berisi barang-barang seadanya. Maklum, rumah pohon ini cukup kecil, namun masih nyaman untuk ditinggali. Vale pun tersenyum kecil. “Tidak, di sini aman. Lagi pula aku hanya ke sini saat pagi hingga sore saja, tidak untuk malam karena ayahku akan marah besar.” “Oh iya, aku lupa untuk mengucapkan terima kasih tadi. Terima kasih sudah membantuku dari kejaran mereka,” ujar Vele yang lupa akan kebaikan Vale tadi. “Sama-sama. Kebetulan aku ada di sana dan mendengar suara aneh. Oh iya, tadi itu makhluk apa?” “Entahlah. Aku berniat untuk ke sungai, namun tidak tahu jalan, makanya aku mencoba bertanya kepada mereka, namun tiba-tiba saja mereka mengejarku. Aku pun dengan sekuat tenaga mencoba menghindar, namun malah tersandung. Untung saja ada dirimu yang datang,” jelas Vele. Entah bagaimana nasibnya tadi jika tidak ada gadis ini. “Sepertinya vampir gila tadi bukanlah satu-satunya.” “Dan kamu harus hati-hati ketika berada di hutan ini, Vale,” peringat Vele yang didengarkan betul oleh gadis ini. “Oh iya, serigalamu cantik sekali, siapa namanya?” tanya Vele yang tahu akan seluk beluk seorang werewolf. Mendengar pujian dari Vele membuat gadis di depannya tersenyum. “Namanya Cesse. Dia serigala yang pemberani, dan aku bersyukur memilikinya. Dan barusan dia mengatakan jika senang bisa bertemu denganmu dan katanya wajahmu benar-benar mirip denganku,” kata Vale. “Ini adalah hari aneh yang pernah aku alami, tetapi aku senang bisa memiliki teman baru dari bangsa werewolf sepertimu, Vale.” “Aku juga,” sahut Vale yang tak kalah senangnya. “Mari kita saling bertemu lagi besok,” ajak Vele yang disetujui oleh gadis itu. Takdir kedua gadis ini tidak ada yang tahu. Vale dan Vele. Apakah pertemuan mereka benar-benar sebuah kebetulan semata? Atau takdir yang membuat keduanya bertemu dengan alasan yang menjadi dasar takdir itu sendiri? ---- "Ayah aku pulang!" seru Vale ketika memasuki rumah di pinggiran hutan yang nampak tak begitu besar. Seorang pria dengan baju lusuhnya baru keluar dari dapur, pria itu Albus. "Ka.u baru pulang? Apa yang kamu dapatkan hari ini, Nak?" tanya pria itu sembari kembali masuk ke dapur untuk menyiapkan makan malam nanti. Vale menggigit bibirnya pelan, dia tidak berburu karena keasyikan mengobrol dengan Vele. Haruskah Vale menceritakan kepada ayahnya jika dia mengalami hal aneh hari ini? Bertemu Vele misalnya. "Aku tidak mendapat buruan, Ayah. Hewan-hewan itu cepat sekali larinya," tutur Vale akhirnya, di mana gadis ini terpaksa berbohong. "Tidak apa-apa, besok biar Ayah yang berburu," jawab Albus santai. Tiba-tiba saja Vale memeluk tubuh Albus dari belakang. Tubuh Albus benar-benar besar, jadi Vale tak bisa menggapainya dengan lebih. Albus yang merasakan sesuatu melingkar di perutnya pun terlihat terkejut. "Ayah sedang memasak, Nak," tegurnya dengan lembut. Bukannya menjauh, Vale malah masih diam di tempatnya. Albus pun tak melarangnya lagi, sepertinya sang putri ingin bermanja-manja sekarang. "Ayah ... bisakah Ayah ceritakan tentang Ibu? Vale kangen," pintanya dengan suara kecil. Tubuh Albus pun menegang, dan Vale merasakan itu. Entah kenapa setiap kali dirinya meminta sang ayah bercerita, maka pria itu akan menegang seperti ini. "Nanti saja ya kalau Ayah sudah selesai memasak," jawab Albus. Vale melepaskan pelukannya pada Albus tadi. "Aku ingin sekarang, Ayah. Bagaimana jika Ayah bercerita sambil memasak? Vale akan duduk dengan manis di kursi mendengarkan cerita Ayah sambil menunggu makanan siap," usulnya. Albus terdiam sejenak, sepertinya itu ide yang bagus. Albus mengangguk setuju, dan secepat kilat Vale pun duduk kembali di kursinya. Jika gadis itu bertanya tentang sang ibu, sudah dipastikan jika Vale sedang merindukan wanita yang tidak pernah ia lihat wajahnya itu. "Ayah mulai cerita dari mana enaknya?" "Dari pertemuan Ayah dan Ibu saja," jawab Vale cepat membuat Albus terkekeh dibuatnya. "Baiklah." Sembari memasak, Albus memulai ceritanya. "Saat itu Ayah dan Ibu sedang menghadiri pertemuan antar kaum. Tepatnya di wilayah kerajaan vampir. Di sana semua kaum berkumpul untuk merayakan hari besar setiap tahunnya, dan sebagai wujud tali persaudaraan juga." Vale nampak menyimak dengan baik meskipun Albus sudah berkali-kali bercerita tentang ini, dia tidak pernah bosan. "Ayah adalah bangsa werewolf, jadi Ayahlah yang pertama kali merasakan kehadiran ibumu. Saat itu dia memakai baju berwarna merah muda dengan bando yang nampak menghiasi rambut panjangnya." "Pasti Ibu sangat cantik," sela Vale yang diangguki benar oleh Albus. "Ya, dia wanita yang sangat cantik di mata Ayah," balasnya. "Saat itu Ayah mendekati Ibumu, mencoba mengobrol, dan langsung mengatakan jika dia adalah pasanganku. Tentu saja Ibumu sedikit terkejut. Ya, hanya sedikit, karena pada dasarnya Ibumu juga merasakan hal itu," lanjut Albus dengan wajah bahagianya. Pertemuannya dengan Cale tidak akan pernah ia lupakan seumue hidupnya. Semua itu terekam jelas di memori kepalanya. "Terus, selanjutnya apa yang terjadi, Ayah?" tanya Vale. "Ayah dan Ibu menikah setelah beberapa hari bertemu," jawab Albus. "Tapi, Ayah ... bukankah Raja Vampir menentang pernikahan beda kaum?" potong Vale. "Ya, kamu benar anakku. Ayah dan Ibu saat itu terpaksa menentang peraturan karena kami tidak bisa hidup tanpa seorang mate. Untuk itulah kami berkelana ke daerah lain, menjauh dari wilayah ini terutama kerajaan vampir." "Tapi ... tragedi itu terjadi. Ibumu dibawa paksa dan entah apa yang terjadi selanjutnya," sambung Albus dengan nada sedihnya. Sebenarnya dia menyembunyikan fakta jika Cale masih hidup, bahkan dia tidak menceritakan kepada Vale jika dia memiliki kembaran bernama Vele. "Apakah Ibu sudah tiada, Ayah? Aku ingin sekali bertemu dan memeluk Ibu," tanya Vale dengan nada penuh kesedihan di sana. Dua puluh tahun dia tidak pernah tau wajah ibu kandungnya. Dua puluh tahun sang ayah terpisah jauh dari istrinya. Albus telah selesai memasak, ia mendekati Vale dan duduk tepat di samping putrinya itu. "Meskipun tidak ada Ibu, kamu masih memiliki Ayah. Kita doakan yang terbaik untuk semuanya," kata Albus. "Oh iya, makanan sudah siap. Kamu mau makan sekarang atau nanti saja?" tanyanya yang mulai mengalihkan pembicaraan. Albus tak ingin melihat putrinya sedih terus menerus. "Aku mandi dulu, Yah," jawab Vale akhirnya yang mulai beranjak dari tempat duduknya. Melihat kepergian gadis itu membuat Albus mengembuskan napas beratnya. Berbeda dengan Vale, sang kembaran yang bernama Vele pun nampak baru saja sampai di rumah. Vele memiliki kepribadian yang berbeda dengan Vale. Gadis ini nampak lebih berani, keras kepala, dan tak kenal takut. Dan satu lagi sifatnya, yakni jahil. Seperti sekarang, dia mencoba mengejutkan Cale yang tengah membaca buku berisi mantra. Kegiatan rutin yang wanita itu lakukan setiap hari. "Mandilah dulu dan cepat makan, Vele," ucap Cale tanpa menoleh sedikit pun. Vele pun terlihat mendesah kesal karena sekali lagi gagal mengejutkan sang ibu. Gadis itu duduk di sebelah Cale yang tak pernah mengalihkan pandangannya dari buku. "Kenapa Ibu selalu tau jika aku datang? Harusnya Ibu pura-pura tidak tahu saja biar aku senang," protes Vele langsung. "Ibu ini seorang wizard sekaligus Ibu kandungmu. Jadi, aroma yang kamu keluarkan sangat Ibu hapal," jawab Cale santai. "Ya, ya, aku tau. Ibu sudah makan?" tanyanya mengalihkan pembicaraan. "Sudah." "Ibu selalu melewatkan diriku," protes Vele lagi. "Kamu sudah besar, bisa makan sendiri. Apa perlu Ibu suapi kamu?" kata Cale dengan kekehannya. Vele pun berdiri dari duduknya dan langsung beranjak pergi dari sana. Melihat kepergian sang putri yang penuh dengan kekesalan membuat Cale tertawa dalam hati. Ini benar-benar menjadi hiburan sendiri baginya. Cale membuka halaman bukunya, di sana terdapat sebuat foto yang sudah mulai usang. Tak pernah sehari pun dia tak melihat foto tersebut. Tentunya tanpa sepengatahuan Vele. Dia sengaja tak memberitahu perihal foto tersebut, karena Cale takut. Mengingat Vele seringkali nekat jika bertindak. "Albus ... bagaimana kabarmu dengan Vale? Apakah kalian baik-baik saja di sana?" tanyanya kepada potret seorang pria yang berdiri tegak di sampingnya. Itu adalah foto lama. Foto di saat pernikahan mereka terjadi. Tentu saja pernikahan itu dilakukan secara diam-diam. Albus dan Cale selama dua puluh tahun lamanya tidak berani bertemu karena mereka tidak ingin seseorang mengetahui jika mereka pernah menikah. Jika hal itu terjadi dan Raja Vampir tahu, maka mereka akan menerima hukuman yang berat. Sedangkan, ada Vale dan Vele yang tidak bisa mereka tinggalkan. Untuk itulah keputusan yang tepat adalah mereka hidup terpisah tanpa saling bertemu. "Albus ... Albus ..." Bahkan di setiap tidurnya Cale menggumamkan nama Albus. Dan sangat disayangkan saat itu tanpa sengaja Vele melewati kamar sang ibu dan mendengar gumaman dari Cale. Ia pikir Cale sedang berbicara dengan seseorang, Vele memberanikan diri mengintip, namun wanita itu malah tidur. "Maafkan aku, Albus." Vele kembali mengernyit ketika mendengar Cale kembali menggumamkan nama itu lagi. Siapa Albus?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD