I'm Torn | 2

2400 Words
Dave masih mencoba untuk menghubungi Lynn, sejak sore tadi, ah lebih tepatnya sejak ia mengantar Kate pulang, gadisnya itu belum mengangkat panggilannya, dan ini tidak seperti biasanya, biasanya Lynn yang selalu mengiriminya pesan dan menelponnya berkali-kali, dan Dave benci saat hatinya gelisah mempertanyakan keadaan Lynn, sungguh Lynn gadis yang sangat ceroboh, dan Dave tidak bisa lagi menghitungnya dengan jari seberapa banyak kecerobohan gadis itu yang akhirnya melukai dirinya sendiri, seperti dengan bodohnya dia membawa cup mie yang sudah di seduh air panas dengan tangan kosong, kakinya yang tidak sengaja menabrak meja atau matanya yang tidak fokus saat berjalan hingga membuat ia terjatuh. “Yakk! Angelynn, astaga di mana kau?” Dave masuk ke dalam mobilnya, sudah sejak jam empat tadi sebenarnya rapat selesai, hanya saja ayahnya memintanya untuk membahas lebih mendetail hasil rapat dirinya tadi siang, hanya berdua, jadi jam tujuh malam ia baru keluar kantor. Lynn meregangkan otot-otot tubuhnya setelah hampir setengah hari membantu ibunya membuat makanan yang cukup banyak, ia membuka pintu kamarnya dan langsung mengambil ancang-ancang untuk lompat ke ranjang. “Ahh miss you so bad my love,” Lynn memeluk boneka kelinci favoritnya, tubuhnya terasa lelah sekali, walau hanya duduk untuk mengupas dan memotong sayuran tetap saja punggungnya pegal, dan ia ingin segera mandi lalu tidur, namun malas membuatnya masih bertahan di ranjang. Ponsel yang berbunyi membuat Lynn yang masih bermalas-malasan bergerak menuju nakas dan mengambil ponselnya, namun wajah yang kusut karena lelah itu seolah kembali segar saat melihat nama di ponselnya. “Dave,” Lynn memekik keras, bahkan tanpa sadar gadis itu melonjak di tempatnya. “Yakk, kau dari mana saja?! Kenapa tidak menjawab telponku?!” Dave sedikit membentak, membuat Lynn meringis namun dalam hati bahagia karena bisa mendengar nada suara Dave yang mengkhawatirkan dirinya. “Aku membantu Mommy di dapur, malam ini akan ada acara di rumah, jadi Mommy sedikit sibuk dan meminta bantuanku juga Kate.” “Kupikir kau tersesat di toko buku dan lupa jalan pulang,” Dave mengejek dan terkekeh di akhir, membuat Lynn merengut kesal. “Yakk! Sudah kukatakan aku bukan anak kecil!!” Lynn berteriak kesal yang membuat Dave semakin keras tertawa. “Baiklah-baiklah, kau belum makan kan? Aku akan menjemputmu ya, tiga puluh menit lagi aku sampai,” “Kita makan malam bersama malam ini?” Lynn masih tak percaya, rasanya sudah lama dia dan Dave tidak makan malam bersama. “Hemm, aku dalam perjalanan menuju rumahmu dari kantor, tapi lalu lintas cukup padat. Mandilah dulu, kau pasti belum mandi,” “Ooh, bagaimana kau tau?” “Aku melihatmu sedang mengendus-endus baumu sendiri, iya kan?” Lynn melotot, bagaimana Dave tau apa yang baru saja ia lakukan, memang tadi ia sedang mencium wangi tubuhnya sendiri yang sudah bercampur keringat. “Yakk jangan bilang kau sudah ada di rumah atau kau di kamarku?” “Ck, jika aku di kamarmu aku akan langsung memelukmu,” Lynn tersipu di tempatnya, pipinya memanas dan jantungnya berpacu lebih cepat, satu kalimat manis dari Dave berhasil melumpuhkan sistem kerja tubuhnya, astaga sejak kapan Dave bisa melontarkan kata-kata manis? Untuknya? Ooh ini perubahan besar. Bahkan pria itu yang berinisiatif mengajaknya makan, biasanya dia yang selalu mengajak Dave. “Ya sudah Dave, aku akan mandi,” Lynn menutup ponselnya begitu saja, seketika rasa lelah dan kantuk yang tadi menderanya sirna begitu saja, dengan langkah ringan dan senandung dari bibirnya gadis itu menuju kamar mandi, menyiapkan dirinya untuk bertemu Dave, walau hampir setiap hari mereka bertemu, rasanya malam ini berbeda karena pria itu yang mengajaknya. Tiga puluh menit kemudian Lynn yang sedang merias diri mendengar pintu kamarnya di ketuk. “Lynn, Dave sudah menunggumu di bawah.” Suara Kate membuat Lynn sedikit bergegas, ia berkaca sekali lagi lalu mengambil tas selempangnya. “Okay Kate. Aku keluar,” Lynn membuka pintunya dan melihat Kate yang berdiri di depan pintu tersenyum ke arahnya. “Aku pergi dulu, Kate. Bye.” Lynn tersenyum, sedikit berlari menuruni tangga, sedangkan Kate di tempatnya masih terdiam dengan tatapan yang entah. Kembali menyalahkan dirinya kenapa dulu dia hanya memandang dunia dari satu sisi, hanya dunia yang berisi tentang impiannya, ia tidak memikirkan kebahagiaan dan apa yang sebenarnya ia butuhkan adalah seseorang yang akan selalu ada untuknya, dan hanya dalam beberapa hari ia dekat dengan Dave, pria itu berhasil merubah pola pikirnya. ~***~ “Kau terlihat lebih cantik malam ini,” Dave tersenyum menggandeng tangan Lynn setelah berpamitan pada Allie untuk mengajak Lynn makan malam. Lynn menghentikan langkahnya, membuat Dave juga ikut berhenti. “Kau tidak salah makan sesuatu kan? Kenapa kau sangat berbeda hari ini?” Lynn memegang kening Dave dengan sedikit menjinjit. Dave terkekeh, menyentil kening Lynn, membuat gadis itu mengaduh sakit dan menatap kesal pada Dave. “Salah jika aku memuji kekasihku sendiri?” Dave kini menangkup wajah Lynn, membuat gadis itu sekali lagi tersipu akan kelakuan Dave. “Ayo, aku sudah sangat lapar,” Dave memegang bahu Lynn dan mendorong pelan gadis itu untuk segera memasuki mobil, lalu dirinya berlari ke sisi kemudi, dan melajukan mobilnya. Sepanjang perjalanan Lynn banyak bercerita tentang harinya seperti biasa, Dave juga ikut tersenyum, sesekali membelai puncak kepala gadis itu, seketika rasa gelisah yang menyelimuti hatinya sejak tadi sore sirna karena melihat tawa manis gadis itu. “Aku tidak tau bagaimana hati ini bekerja saat dia menginginkan dua wanita sekaligus,” Dave membatin, menatap Lynn lekat yang masih berceloteh panjang tentang hal-hal yang ia lakukan hari ini. “Tidak ada hati yang menginginkan dua wanita dalam hidup Dave Anderson. Jika ada, itu hanya sebuah napsu,” suara batin Dave yang lain mengingatkan, membuat pria itu menggeleng keras tanpa sadar. “Dave, lampunya sudah hijau,” tepukan keras dari Lynn membuat Dave tersadar, ia melihat lampu lalu lintas yang memang sudah berubah menjadi hijau, dan klakson mobil di belakangnya saling menggema bersahut-sahutan. ~***~ Keduanya tiba di sebuah restoran Eropa yang cukup mewah, awalnya Lynn ingin protes, namun Dave berhasil meyakinkannya dan mengatakan jika dirinya baru saja memenangkan tender perusahaan. “Dave, jadi bagaimana meeting-mu tadi siang?” Lynn bertanya, mengaduk-aduk spaghetti bolognese-nya, sedangkan Dave juga sedang menikmati sirloin-nya. “Berjalan dengan baik, mereka setuju bekerja sama dengan perusahaan, dan karena hal itu aku mengajakmu makan malam,” Dave tersenyum dan kembali memotong steak-nya, dalam hati menambahkan bahwa alasannya mengajak Lynn makan malam juga untuk mengurangi rasa bersalahnya. “Pasti meeting itu sangat melelahkan, ya? Kau bertahan cukup lama di sana kan? Hingga tidak bisa menemaniku ke toko buku? Apakah kalian meeting hingga sore?” Lynn bertanya dengan santai, walau dalam hati harap-harap cemas menunggu jawaban Dave yang mungkin saja akan melukainya. “Ya, cukup melelahkan, hemm meeting baru selesai sore dan aku baru kembali ke kantor,” Dave memasukkan potongan steak itu ke dalam mulutnya, menatap Lynn tidak fokus, sedangkan Lynn di tempatnya menggenggam erat sendok dan garpu, dalam diamnya ia kembali kecewa dengan Dave yang justru terlihat kompak dengan Kate untuk membohongi dirinya, “Maafkan aku Lynn, karena lagi-lagi melanggar janji kita,” Dave meletakkan pisau dan garpunya, menatap Lynn yang masih menunduk, pria itu menggenggam tangan Lynn, membuat Lynn seketika mendongak dan memaksakan senyumnya. “Hemm, aku akan memaafkanmu asal kau membayarnya dengan yang lain.” “Apa heum? Apa yang kau inginkan?” “Selama ini kita belum pernah ke Eiffel berdua, padahal hampir setiap pasangan kekasih di sini pasti sudah pernah ke sana untuk kencan. Tidak jarang juga dari berbagai belahan bumi yang lain mereka sengaja datang ke sini hanya untuk menikmati indahnya dinner di Eiffel sambil menikmati gemerlap langit berhias lampu kota di Paris. Tidakkah kau ingin melakukannya denganku, Dave?” Lynn menatap Dave dalam, membuat Dave membatu di tempatnya, pemikiran itu tidak pernah terlintas di benaknya, yang ia pikirkan dari dulu adalah bagaimana agar ia bisa membuat Kate jatuh cinta padanya dan memutuskan Lynn. Dan sat-satunya wanita yang ingin ia ajak menikmati salah satu keajaiban dunia itu hanya Kate seorang. Dia bahkan pernah membayangkan, menyatakan cintanya pada Kate di sana, lalu mengajak wanita itu candle light dinner dan menikmati indahnya Paris yang dipenuhi lampu kota dan bintang di langit yang menambah kecantikan kota itu. Membawa Lynn ke tempat kencan paling romantis untuk sebagian warga dunia itu, tidak ada dalam rencana hidupnya. Ya, Dave tau dirinya sangat b******k. Menjadikan wanita yang tidak tau apa-apa sebagai alat untuk mendapatkan cintanya. ‘Tidak apa-apa, Dave. Anggap saja ini hadiah kecil untuk Lynn yang telah kau manfaatkan kebaikan hatinya. Menuruti permintannya bukanlah hal besar dibanding dengan luka yang akan kau berikan saat hari di mana kau memutuskannya.’ Hati Dave berbicara, menunjukkan semakin b******k dirinya. “Ya baiklah, kau bisa mengaturnya, aku akan berusaha mengosongkan jadwalku.” Dave akhirnya menyerah, menuruti keinginan Lynn yang mungkin menjadi kencan terakhir mereka, karena jika hubungannya dengan Kate semakin membaik itu artinya hubungannya dan Lynn juga harus diakhiri secepatnya. Dia brengsekkan? Memang. “Bagaimana jika lusa, besok aku masih harus menyelesaikan revisi skripsiku, lalu paginya aku akan bimbingan dan kembali mencari referensi untuk revisi berikutnya, jadi malamnya kita bisa pergi.” “Baiklah, setuju.” Dave tersenyum, mengacak rambut Lynn. “Sekarang habiskan makananmu,” Lynn mengangguk dan tersenyum lebar, kembali melanjutkan makannya begitu juga dengan Dave. ~***~ Lynn melirik lagi arlojinya yang telah menunjukkan jam setengah delapan malam, tadi sore Dave mengatakan akan menjemputnya jam tujuh malam, tapi sampai sekarang pria itu belum menghubunginya lagi untuk sekedar memberi tahu dimana posisinya. Udara malam yang cukup dingin tidak membuat Lynn memilih untuk masuk ke kamar dan menutup pintu balkonnya, ia lebih memilih menunggu Dave dari atas, jadi jika Dave tiba ia bisa langsung turun. Lynn merasakan ponsel di genggamannya yang berbunyi, dengan cepat ia langsung menjawabnya saat panggilan itu dari Dave. “Lynn,” “Ya, Dave. Kau di mana?” “Maaf ya, lalu lintas cukup padat seperti biasanya dan udara malam ini cukup dingin, aku akan membeli coffee di kafe langganan kita, tunggu sedikit lagi ya aku akan segera sampai.” “Aku akan menyu.....” Belum selesai Lynn menyelesaikan panggilannya sambungan sudah terputus, membuat Lynn mendesah kesal, tadi ia ingin mengatakan bahwa dirinya akan menyusul Dave saja di kafe karena kafe dan rumahnya berlawanan arah dan jika Dave harus menjemputnya dulu maka pria itu harus putar balik. Dave juga mengatakan lalu lintas padat jadi kemungkinan pria itu masih di jalan menuju kafe. “Ahh aku akan menyusul ke kafe saja.” Lynn menggumam dengan kepala mengangguk, menutup pintu balkonnya dan mengambil jaket serta tasnya. ~***~ Dave mengumpat keras di tempatnya saat ponselnya yang tiba-tiba mati karena lowbat, kemacetan di depan juga belum berakhir, ada kecelakaan di depan hingga menyebabkan kemacetan panjang. Mobilnya hanya bisa berjalan sedikit demi sedikit, pria itu selalu melihat arlojinya, menunjukkan waktu yang terus berjalan, dan ia bisa bernapas lega begitu kemacetan berangsur berakhir, mobilnya bisa berjalan normal kembali. “Ahh dingin sekali udara malam ini,” Dave menggosokk-gosokkan tangannya. Menuju coffee shop langganannya, begitu ia membuka pintu kafe, barista yang memang sudah mengenalnya cukup baik langsung menyambutnya. “Caramel macchiato dan americano ya,” barista itu langsung mengangguk, sambil menunggu pesanannya Dave mengedarkan pandangannya ke seluruh kafe, dan fokusnya terhenti pada gadis di pojok kafe yang duduk membelakanginya dengan punggung bergetar, Dave mengenali gadis itu, gadis yang menjadi pujaannya sejak beberapa tahun yang lalu, maka dengan langkah pelan Dave menghampiri gadis itu. “Kate,” panggil Dave lirih sembari menyentuh bahu gadis itu. Membuat sang gadis mendongak dan terkejut mendapati Dave yang berdiri di sampingnya. “Da... Dave,” Kate justru semakin terisak, ia langsung memeluk Dave dan menangis terisak-isak di bahu pria itu, membuat rasa simpati Dave seketika muncul, ia membalas pelukan Kate dan mengusap pelan bahu gadis itu, berusaha memberikan ketenangan untuk Kate yang masih belum bisa mengontrol tangisannya. “Aku .... aku, apa aku tidak cukup baik sebagai wanita Dave? Apa aku tidak cantik? Apa aku terlalu bodoh? Aku .... aku merasa bodoh sekali menjadi seorang wanita hingga melakukan hal bodoh yang memalukan diriku karena pria itu,” Kate melepaskan pelukannya, mengatakan apa yang ia rasakan pada Dave dengan wajah yang penuh air mata. Hati Dave berdenyut ngilu saat mengetahui jika Kate menangisi pria lain, namun ia menekan rasa sakitnya, yang terpenting adalah mengembalikan senyum Kate yang selalu ia sukai, ia memegang bahu Kate, membuat gadis itu mendongak. “Siapa pria itu Kate? Berani sekali dia menghinamu, untuk apa kau menangisi pria b******k yang menghinamu, ini bukan Kate yang aku kenal, Kate yang aku kenal penuh dengan ketegasan dan selalu angkuh pada pria mana pun.” Kate menggeleng mendengar ucapan Dave, gadis itu masih sesenggukan. “Tidak Dave, aku sangat buruk, sebenarnya sudah sejak lama aku menyukai Andrew Lawson, teman kita, kau tau kan? Dia satu-satunya pria yang berhasil mencuri perhatianku, namun karena aku yang terlalu bodoh dan tidak tau caranya mendekati pria aku hanya bisa mengaguminya dalam diam, dan saat aku mendengar semua ucapanmu kemarin, aku memiliki sedikit kepercayaan diri untuk mendekatinya, dan aku benar-benar i***t dengan langsung menyatakan perasaanku padanya, bahwa aku sudah menyukainya sejak lama, kupikir dia tidak akan menolakku, seperti yang kau bilang, aku memiliki semuanya kan Dave? Kecantikan, kecerdasan, prestasi,” Kate mengambil napas, menghapus sisa-sisa air matanya, “Namun dia menolakku, dia bilang anak konglomerat sepertinya memiliki selera yang berkelas, dan dia menghinaku habis-habisan di depan teman-teman, Dave. Sungguh, aku sangat malu, rasa-rasanya aku tidak lagi memiliki muka untuk datang ke kampus. Hiks ... bantu aku melupakan pria itu dan rasa sakit ini Dave, kenapa sekalinya aku menyukai pria justru hanya menimbulkan kesakitan? Atau cinta memang selalu lebih banyak memberikan luka dari pada kebahagiaan?” Kate kembali terisak, membuat Dave langsung membawa Kate dalam pelukannya lagi. “Ya, aku akan membantumu Kate, membantumu melupakan laki-laki b******k itu. Tidak Kate, cinta selalu menemukan jalannya sendiri menuju bahagia, hanya saja terkadang kita harus melewati luka untuk mencapai kebahagiaan itu. ” Dave bertekad dalam hati, semakin erat memeluk gadis itu, melupakan tujuannya datang kemari dan sekali lagi melupakan janjinya pada gadis yang kini tengah menatap semuanya dari luar kafe, gadis yang berdiri di tempatnya dengan tangan membekap mulutnya, punggungnya bergetar dan kakinya seolah tidak bisa lagi menahan beban tubuhnya. Lynn menggelengkan kepalanya tak percaya, melihat dari awal bagaimana Kate memeluk Dave, lalu Dave yang memegang bahu Kate, menghapus air mata kakaknya itu dan kembali memeluknya. “Kenapa? Kenapa kalian menyakitiku? Apa hubungan kalian sebenarnya?” Lynn mundur perlahan, membawa rasa sakit yang sekali lagi ia rasakan karena Dave, dengan langkah gontai ia memilih untuk pergi ke taman yang tak jauh dari sana, ia masih akan menunggu Dave. Menunggu Dave mengabarinya tentang rencana kencan mereka. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD