Prolog

1025 Words
Aku memperhatikan benda-benda yang kini telah tergeletak diatas kasur. Tas, Seragam, Alat Tulis, Botol minum, juga beberapa peralatan yang dibutuhkan semasa orientasi sekolah. Tak lupa, balon dengan gas helium yang kini berterbangan diatas langit kamarku. Aku yakin, esok hari balonnya akan meletus, atau mungkin akan menyusut, karena aku membelinya dipasar sewaktu pagi. Namun, bukan aku namanya kalau tidak kelimpungan mencari balon lain, untung saja saudaraku menenangkanku dengan sebuah kalimat “Nggakpapa, nggak usah bingung besok di depan sekolah juga banyak yang jual balon, jadi tenang aja deh kalau besok balonnya menyusut,” Ucapannya membuatku sedikit tenang, lantas membereskan segala pernak-pernik untuk orientasi sekolah esok hari yang kini tergeletak dikasur. Aku Syara Zidny, kebanyakan manusia memanggilku dengan nama Syara, lebih tepatnya Sya. Aku adalah gadis biasa, tidak cantik namun juga tidak buruk rupa. Tinggiku rata-rata kebanyakan tinggi perempuan. Aku bukan gadis yang ambisius dalam pelajaran, juga bukan gadis yang tertinggal dalam kelas. Ini terbukti pada kecepatan berpikirku, membuat nilaiku berada pada beberapa angka setelah kriteria kelulusan minimal. Dilingkungan sekolah, aku bukan gadis yang terlalu banyak berbicara. Aku merupakan gadis yang pendiam, hanya berbicara ketika dibutuhkan. Ini merupakan salah satu alasan mengapa teman-temanku bisa dikategorikan sedikit. Atau, mungkin saja aku tak memiliki teman? Karena sejujurnya, aku dan mereka hanya mengetahui nama, tanpa pernah tau cerita di dalamnya. Orang terdekatku mengenalku sebagai gadis yang supel, serta ceria, namun beberapa orang yang mengenalku hanya sekedar nama, mungkin menganggapku sebagai gadis yang cuek, berhati dingin, serta tak tersentuh. Satu lagi, banyak yang mengatakan aku adalah gadis yang phobia dekat dengan seorang lelaki. Nyatanya, perkiraan orang tak pernah sesuai dengan apa yang terjadi, terlebih sejak hari itu tiba. Di sinilah ceritaku dimulai. Di saat semua orang mengira aku adalah seorang yang pendiam serta cuek, aku mengenal mereka. Layaknya mentari pagi yang datang untuk menggeser gelapnya malam, mereka membuat hidupku yang semula gelap menjadi terang. Seakan penuh dengan warna-warna baru. Veron, Delvan, Aksara, Aldo, juga Wavi. Mereka adalah orang-orang yang mampu membuatku kembali percaya. Orang-orang menyebutnya sebagai The most wanted. Jika menurut kalian ini adalah sebuah kebetulan yang aneh, maka akan banyak sekali hal yang lebih aneh ketika cerita ini dimulai. Veron, dia adalah lelaki humoris yang keren. Sikapnya senantiasa membuat para gadis terpesona. Dia juga anggota basket, membuatnya semakin menjadi incaran para murid perempuan. Dia begitu sering tebar pesona terhadap perempuan. Seperti, mengusap rambutnya ketika keringat bercucuran di dahinya. Sungguh, begitu mempesona. Bahkan, di bayangkan saja akan membuat jantung para gadis berdetak lebih kencang. Membuat teriakan begitu keras di lapangan. Tapi, jangan harap para gadis bisa mendekatinya, sebab setiap pendekatan yang gadis itu lakukan, pasti akan dia tolak mentah-mentah. Namun, hanya ada satu orang yang berhasil memikat hatinya, dia adalah Nay. Yang kedua adalah Delvan. Dia adalah anak tunggal. Sifat kekanakannya seringkali membuat sebal. Dia begitu suka membual, juga bermulut kotor. ‘Anjing’, ‘lo jelek, kagak cocok dah sama gue,’ atau beberapa kalimat menyebalkan lain, yang seringkali membuat orang lain sedikit merasa tersakiti. Namun, dia bisa sangat manis ketika berbicara dengan perempuan cantik. “Enggak sayang, aku nggak bakal ninggalin kamu kok,” fakboi!. Selanjutnya, Aksara. Dia adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Senantiasa dituntut menjadi yang paling sempurna, membuat sifat dingin dan juga cuek senantiasa melekat dalam dirinya. Terlebih, kehilangan seseorang yang sudah seperti semestanya sendiri. Namun tetap saja, sifat dinginnya seolah menjadi mantra pemikat hati perempuan. Dari penilaianku, dia seolah mengidap pisthantrophobia bisa juga dikenal dengan ketakutan untuk mempercayai orang yang tidak dia kenal. Waviandra. Si perfectionis yang menyenangkan. Rumahku dan dia hanya berbeda beberapa blok saja. Membuat kita lebih sering menghabiskan waktu bersama. Menikmati kopi dikala senja, sekotak s**u coklat, juga teras minimarket yang seringkali menjadi tempat kita untuk sekedar bercerita. Namun, dibalik kesempurnaannya, dia adalah orang yang menderita cherophobia atau takut akan merasa senang. Yang terakhir adalah Aldo. Dia hiperaktif, dia orang yang lucu serta memiliki banyak lelucon. Membuat siapapun, pasti betah kala berbicara dengannya. Dia memiliki dua misi dalam hidupnya. Pertama, dia akan memanjat, jugkir balik, berlari bebas, hanya untuk membuat gadis yang dia cintai melihatnya. Yang kedua, hidupnya mungkin hanya terisi oleh gadis yang begitu dia cintai. Mereka adalah seseorang yang selama ini membuatku mengenal apa arti pertemanan yang sebenarnya. Mereka memberiku banyak warna, membuatku kembali percaya. Percaya pada hal-hal yang sebelumnya sempat hancur. Setelah rasa trauma yang aku alami, membuatku menjaga jarak dengan orang orang baru. Membuat sebuah tembok, yang aku sendiri yakin tidak ada yang bisa memecahkannya. Lantas mereka tiba, menghancurkan tembok yang aku bangun. Membuat rasa percaya yang sempat hilang, kini kembali datang, membangun kembali banyak mimpi serta harapan dalam pertemanan. Lantas, jangan tanyakan reaksi para gadis kala mengetahui aku berteman dengan mereka. memang ya, akan selalu ada orang yang tidak menyukai kita. Terlebih, ketika kita tengah merasa bahagia. Pasti akan ada saja orang yang tidak menyukainya. Dan kini, terjadi padaku. Nggak satu dua orang yang mengecapku sebagai gadis murahan. Padahal, mereka tak pernah tau realita yang terjadi sebenarnya. Ada juga yang mengatakan, katanya, mereka berlima berteman padaku hanya karena kasihan, sebab aku tak pernah memiliki teman. Untungnya, aku sudah terbiasa dengan sifat bodo amat. Sifat cuek yang aku miliki sejak lama, membuatku terbiasa dengan omongan-omongan buruk oranglain. Lebih tepatnya, masuk telinga kanan, serta keluar telinga kiri. Toh, nggak ada gunanya juga kan di fikirkan? Yang ada malah membuat penyakit hati. Bikin aku yang notabenenya kurus, menjadi semakin kurus. Dengan semua warna yang mereka beri, aku bisa menggoreskan kuasku. Membuat sebuah lukisan yang sederhana namun bermakna. Yang berarti cinta yang sempurna. Namun, apa jadinya bila guntur tiba-tiba datang, mengahancurkan pelangi yang telah ku lukiskan. Sejalan dengan aquarius, aku adalah orang yang tidak suka dengan hal-hal yang ribet. Bagiku, hidup cukup dengan hal-hal yang sederhana, tanpa konflik, juga hal-hal yang mengundang sebuah permintaan. Karena bagiku, aman dan tenang adalah definisi bahagia yang sesungguhnya. Namun, semesta memang senang sekali bercanda. Setiap rencananya membuat manusia kalah telak. Tapi, apa yang telah dia gariskan adalah sebuah hal yang terbaik untuk kita. Sama halnya dengan kisahku, orang dari masa lalu kembali datang. Entah dengan tujuan memperbaiki, atau mengulang kembali sebuah kisah lama. Bodohnya, aku kembali percaya membuat luka, kembali membanjiri hatiku. Lantas, apa jadinya ketika masa lalu itu kembali datang? Akankah pelangiku memudar? Atau tetap bersinar?.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD