Menyeleksi Dark Guard ( Awal)

1031 Words
Ketika keduanya tiba di ruang makan, Zera, Bella, Layla dan Chloe telah duduk menunggu di meja makan. Saat melihat Azure masuk, mereka berempat segera berdiri dan membungkuk memberi penghormatan. Azure mengerutkan kening, jika ia ingat dengan benar. Dia belum mendapatkan laporan dan memberikan izin apa pun. Seringaian tipis muncul di bibir Zera. "Maafkan kami Yang Mulia, awalnya kami ingin meminta izin kepadamu secara langsung. Namun." Zera melirik pada Ruby sejenak lalu kembali mengalihkan tatapannya ke arah Azure. "Nona Ruby bermurah hati dan mengatakan kami boleh makan bersamamu lalu menyuruh kami menunggu di dalam." Selir lain saling melirik, hanya mendengar dari kata-kata Zera, dia memuji Ruby namun juga menjatuhkannya. Di dalam kastil ini, sebelum istri utama terpilih. Semua urusan harus mendapat persetujuan dari Azure, bahkan Demien seperti itu. Namun sekarang, Ruby mendahului Azure untuk memberikan mereka izin masuk ke ruang makan Yang Mulia Putra Mahkota. Di lihat dari sudah mana pun, Ruby bersikap terlalu arrogan dan berpikir dia adalah nyonya besar di kastil ini hanya karena dia adalah tabib pribadi Yang Mulia Putra Mahkota. Namun sebenarnya, Ruby tidak pernah memberi mereka perintah untuk menunggu di ruang makan, dia hanya mengangguk lalu meninggalkan mereka begitu saja. Yang mengambil inisiatif untuk melakukan ini untuk menjatuhkan Ruby adalah Zera. Sedang selir lainnya hanya berkompromi untuk sementara waktu. Mereka berpikir, karena mereka memiliki musuh yang sama, mereka bisa bekerja sama untuk menjatuhkan Ruby namun tetap bersaing untuk mendapatkan Azure. Tiga selir lainnya mengikuti Zera untuk meminta maaf dan membenarkan semua perkataannya. Wajah Azure gelap, kemarahan jelas terlihat di matanya. Azure bukan orang yang mudah marah, namun dia sangat disiplin dan tidak suka seseorang yang berlaku terlalu berlebihan terlebih memperlihatkan sikap ambisius terhadap kekuasaannya. 'Kali ini Ruby pasti akan dalam masalah besar.' pikir para selir itu di dalam hati mereka. Azure menoleh ke arah Ruby. "Benarkah itu? Ruby?" Ruby tersenyum miring. "Jika ya, apa Yang Mulia keberatan?" Chloe 'Sangat berani!' Layla 'Terlalu arrogant!' Dua kata itu adalah kata yang menggambarkan sikap Ruby dikepala dua selir muda itu, sedangkan Bella hanya bisa menghela nafas dalam, menunggu kemarahan Azure meledak. Zera adalah satu-satunya yang tidak menyembunyikan senyuman sarkastiknya, dia menatap dengan mata berbinar ketika Azure mengangkat tangannya. 'Apakah di pukul? Humm... Kau memang pantas mendapatkannya.' batin Zeta antusias. Puk.   Namun, pukulan dan kemarahan yang merasa harapkan sama sekali tidak terlihat. Azure justru menepuk kepala Ruby dengan lembut dan tersenyum. "Aku tidak keberatan tentu saja, aku juga berpikir bahwa makan dengan lebih banyak orang bisa menambahkan nafsu makan." "....." 'Bohong! Sejak kapan pola pikirmu berubah? Dulu kau lebih suka makan sendirian dan hanya makan dengan kami beberapa kali selama satu tahun!' jerit para selir itu di dalam hati mereka. Namun mereka hanya bisa menjerit-jerit di dalam hati sedangkan di permukaan mereka harus menampilkan senyum manis. Pelayan yang melihat itu mendengus di dalam hati dan menertawakan kenaifan para selir itu. Mereka jelas menganggap remeh sikap Azure kepada Ruby karena selir-selir itu jarang melihat interaksi Yang Mulia mereka dengan tabibnya. Namun bagi para pelayan yang melayani sayap kanan, hasil seperti ini telah mereka prediksi sebelumnya. Ruby juga sebenarnya sedikit terkejut dengan reaksi Azure, dia mengakui perkataan Selir Zera meski dia tidak melakukannya bukan karena di terlalu baik hati atau tidak bisa berkata yang sebenarnya, dia hanya ingin sedikit bermain-main dan membuat Azure marah kemudian mengatakan yang sebenarnya. Namun Azure bereaksi di luar prediksinya. "Apa yang kau pikirkan? Ayo makan." Azure menoel dahu Ruby. Ruby menggosok dahinya dan tersenyum lebar. "Hidangkan makanannya." Dia memerintahkan kepada pelayan yang menunggu sejak tadi. "Baik Nona." Semua pelayan membungkuk dengan hormat namun tidak bisa menyembunyikan senyum malu mereka. 'Ahh!  Sangat manis, interaksi mereka sangat manis. Aku akan diabetes.' kira-kira seperti itulah isi kepala pelayan itu sedangkan para selir yang cemburu hampir menggigit lidah mereka sendiri karena menahan amarah. Setelah makan siang selesai, Azure menolak semua ajakan untuk minum teh bersama para selirnya dan menemani Ruby ke halaman belakang kastil, tempat asrama para penjaga terletak. "Kau akan memilih pengawal pribadi baru untukku?" Ruby mengangguk. "Kau hanya memiliki dua penjaga pribadi yang mengikutimu sepanjang waktu di saat kau selalu menjadi target asassin, bukankah karena itu kau selalu berhasil di serang." "Aku hanya tidak nyaman jika terlalu banyak orang mengelilingiku. Dan juga aku hanya mempercayai Boo dan Demien," kata Azure. "Jika kau tidak suka mereka berjalan di dekatmu, maka biarkan Boo dan Demien melanjutkan tugasnya. Lalu orang pilihanku akan menjagamu diam-diam tanpa di ketahui siapa pun." Ruby membalas santai. Azure menghentikan langkahnya. "Ruby, kau... " Dia menatap gadis di hadapannya dengan tatapan rumit. "Kau tidak sedang ingin membentuk Shadow guard kan?" Mendengar pertanyaan Azure, raut wajah Ruby menjadi serius. "Apa kau keberatan?" "Ya. Aku tidak akan mengizinkanmu melakukan hal seperti itu." Azure menangkap pergelangan tangan Ruby. "Ruby, jangan lakukan itu." Ruby memiringkan kepala. Matahari yang cukup terik menerpa rambut pirangnya menjadi lebih terang. "Kenapa? Dengan kondisimu sekarang, orang yang paling tepat untuk melindungimu adalah Shadow Guard yang tidak takut mati. Dengan begitu bahkan jika mereka tidak bisa melawan para penyerang, mereka akan menggunakan nyawa mereka sendiri untuk menyelamatkanmu." Azure menggeleng. "Aku tidak membutuhkan manusia seperti itu di sisiku, di bandingkan manusia, mereka lebih terlihat seperti mayat hidup." dia mencengkeram lengan Ruby dengan erat dan menariknya untuk berbalik arah. "Ayo kembali, aku tidak akan pernah mengizinkanmu." Ruby membiarkan Azure menyeretnya beberapa langkah lalu bertahan. "Aku hanya bercanda," katanya tiba-tiba. "Huh?" Azure berbalik dengan cepat. Ruby menarik kembali pergelangan tangannya. Karena Azure masih menggenggamnya dengan erat dan tidak menahan langkahnya, Azure ikut tertarik ke hadapan Ruby. Ruby mengulang perkataannya. "Aku hanya bercanda." kemudian menambahkan. "Aku juga tidak ingin menaruh orang yang tidak memiliki otak di sisimu." "Benarkah?" Ruby menganggu dengan pasti. "Di bandingkan dengan Shadow Guard, aku ingin membentuk Dark Guard." "Dark guard?" "Ya. Mereka akan melindungi dengan baik, tanpa harus menjadikanmu otak mereka." Ruby menarik Azure untuk kembali berjalan. Jadi pada siang hari itu, para penjaga kastil putra Mahkota di kejutkan dengan kunjungan Azure yang tiba-tiba. Mereka berpikir bahwa Yang Mulia Putra Mahkota memiliki sesuatu yang ingin dia sampaikan. Namun siapa yang menyangka bahwa setelah tiba di dalam sanggar bela diri, Azure langsung duduk diam sedangkan tabibnya berdiri di tengah sanggar seni. "Aku akan memberikan kalian kesempatan untuk menjadi pengawal pribadi Yang Mulia Putra Mahkota, jadi tunjukkan kemampuan terbaik kalian."    Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD