part 10

1675 Words
Keberuntungan memang tidak berpihak padanya, seakan semuanya sudah terencana dengan baik. Faktanya Yoongi memilih pergi ke rumah sakit meninggalkan adiknya yang terus memohon dengan isakan di dalam kamarnya yang terkunci dari luar. Jungkook yang lelah dengan suara serak memilih bangkit dan pergi tidur ke ranjangnya berharap apa yang dikatakan wanita dirumah sakit itu suatu bualan hanya untuk menakuti dirinya. Dan setelahnya dia memasuki alam mimpinya. ▪ ▪ ▪ ▪ Jihyun mematung hingga akhirnya dia tersadar dengan segera ia mencari kontak Adiknya. Hingga deringan ketujuh sosok Jinwoon dari seberang sana tak kunjung mengangkat telponnya. "b******k ... Dia kemana?"Gumamnya panik, semua keluarganya tengah berada di rumah sakit dan sekarang dia hanya sendiri. Dengan segera Jihyun berlari keluar melupakan segala sesuatu yang dipersiapkannya untuk dibawa ke rumah sakit. Dia berlari panik keluar dengan ponsel yang terus menempel ditelinganya. Hingga akhirnya ponselnya dengan sang adik tersambung. "Hallo?" "Jinwoon kau ada dimana?"Tanyanya masuk kedalam mobil. "Ada apa noona, tentu saja aku berada dirumah sakit"Suara adiknya terdengar frustasi membuatnya takut. Taehyung keponakannya mungkin sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. "Apa semua putramu ada disana?"Tanyanya. "Iya termasuk Sejeon hyung dan ketiga putramu juga berada disini"Jihyun menghembuskan nafasnya lega sebelum suara adiknya kembali terdengar membuat tubuhnya mati rasa. "Oh ya ... Jungkook dirumah, emosi Yoora tak stabil dan---- "KAU GILA!"Hingga tanpa sadar meninggikan suaranya. Dia terus mencoba menghidupkan mesin mobilnya yang tak kunjung mau hidup. "Noona ada apa? kenapa kau seperti ini?"Jinwoon dari seberang sana bertanya heran. "Hiks Jinwoon pulang sekarang ku mohon pulang" Jihyun kalut hingga ia meremat kuat stir mobilnya. "Jinwoon, Jungkook dalam bahaya, pulanglah! aku mohon-- "Hallo Noona ... "Suara adiknya terdengar putus-putus. "Jinwoon Hiks hiks ... Putra bungsunya dalam bahaya"Jihyun memukul kuat stirnya. "Noona apa kau berada disana?"Jihyun menggelengkan kepalanya. "JINWOON PULANG SEKARANG hiks hiks" "Noona apa maksudmu, bagaimana bisa kau menyuruhku meninggalkan Taehyung yang sekarang---- Tutt tut!!! Jihyun menatap tak percaya ponselnya yang tiba-tiba mati, dia kalut dalam kondisi seperti ini. Benda itu seakan tak berguna baginya. Dia terus mencoba menghidupkan mobilnya kembali. ▪ ▪ ▪ ▪ Jungkook mengerang merasa terganggu dalan tidurnya saat dia merasakan benda dingin menyentuh kulit pipinya. Rasa dingin terus ia rasakan diwajahnya membuatnya mau tak mau membuka matanya. "Ck hyung aku ngantuk ... kenapa---- deg Tubuhnya membeku saat mendapati wanita dengan sebagian wajahnya yang rusak itu tengah tersenyum puas disamping ranjangnya dengan pisau tajam yang sedari tadi dimainkan diwajahnya. "Kejutan!"Dingin wanita itu dengan senyumnya masih dengan mata pisau yang sedikit lagi menggores kulit lehernya. Tubuh Jungkook bergetar dengan mata melotot ketakutan. "J-jauh-kan benda itu"Cicitnya membuat wanita itu terkekeh. "Pisau ini maksudmu"Ujar wanita itu menjauhkan pisau itu dari lehernya dan Jungkook tak membuang kesempatan untuk membalikkan keadaan. Srek! "Arghhh!"Erang wanita itu saat pisaunya sendiri mengenai lengannya membuat darah segar berceceran dilantai kamar Jungkook. Sementara Jungkook dengan segera bangkit untuk menghindar. memutar-mutar dan memukul-mukul pintu kamarnya yang terkunci namun sayang tak satupun orang bisa mendengarnya. "b******k! Bocah bodoh, beraninya kau"Kilatan amarah terlihat jelas dimata wanita itu yang merobek kain pakaiannya untuk menghentikan pendarahan dilengan kirinya. Dugh! Dugh! "TOLONG AKU!"Teriak Jungkook, wanita itu tertawa mengerikan. "Bodoh! Kau pikir aku tak mempersiapkan semuanya malam ini heum?" Ujarnya lembut semakin mendekat dan Jungkook menggeleng dengan air matanya sembari mundur menjauhi wanita. "Para pelayan tololmu itu telah ku habisi"Wanita itu tertawa dengan pisau yang terangkat dan dia menjilati darahnya sendiri. "WANITA GILA!!!" "Lebih dari gila sayang" Wanita itu mengacungkan pisaunya kearah Jungkook dan dengan segera ditangkap tepat dimata pisau itu membuat telapak tangan Jungkook yang menggenggam pisau itu berdarah. Wanita itu semakin tertawa dan Jungkook mendorong wanita itu dan membuang jauh pisau itu. Jungkook meringis mengambil selimutnya, mencari-cari kain disekitaran bantalnya untuk membalut lukanya namun Wanita itu semakin mendekat. dan mencekik lehernya kuat. Jungkook terjatuh ditempat tidurnya dengan tangan yang berusaha melepaskan cengkraman wanita itu. Dan terlepas. Wanita itu malah semakin tertawa keras secepat kilat menarik rambut anak itu dari belakang dan membenturkan dahinya dengan keras ke kepala ranjang. "Apa maumu hiks? kenapa?" Jungkook mundur dengan tangannya yang tak terluka mengambil ponselnya dibalik bantalnya. sesekali meringis saat pening dikepalanya terasa. Darah mengalir deras dari pelipisnya. Wanita itu semakin tertawa mendengar pertanyaannya. Jungkook sedikit berlari menuju balkon kamarnya dan tak membuang kesempatan yang ada, dia terus menghubungi ayahnya namun tak kunjung dijawab sampai wanita itu mendekat, Jungkook sudah beralih menghubungi Yoongi namun sama seperti ayahnya, hyungnya itu tak kunjung mengangkat ponselnya membuat isakan dari bibir mungilnya semakin terdengar bersamaan langkah yang terdengar semakin mendekat. "Hyung hiks hiks ... Aku janji tak akan nakal lagi, Tolong aku hiks"Lirihnya pilu masih mengotak-atik ponselnya untuk menghubungi Yoongi. Namun hasilnya sama. "Jin hyung ... Yoongi hyung, tolong aku hiks hiks!!"Isaknya dengan tubuh bergetar. srek! Ponselnya terlempar hingga jatuh ke bawah. Dengan tiupan angin yang hawanya dingin dan menyengat dia menatap takut wanita yang malah menampilkan seringainya itu. "Aku lelah bermain-main"Wanita itu mendekat, Jungkook memundurkan langkahnya. "A-ampuni aku hiks"Wanita itu hanya menatapnya tajam, hingga ia sampai pada besi pembatas balkon kamarnya Jungkook menggeleng, wanita itu berhenti tepat dihadapannya mengusak rambut lembut lalu beralih menjambaknya kasar. "Kau tidak akan pernah mengerti betapa pedihnya hidupku saat suamiku menjadi korban malapraktek Rumah sakit yang dipimpin Bibimu"Nada suaranya terdengar dingin, tak ada air mata yang keluar dari wanita itu. "Bocah sepertimu tak akan pernah mengerti perasaanku saat bersujud dikaki ayahmu untuk menyelamatkan satu-satunya alasan aku hidup___Putraku"Wanita itu menunduk. melepas kasar cengkramannya pada Jungkook. "Tujuh tahun yang lalu ... Shin Jihwa, putraku yang seumuran denganmu sekarang harus meregang nyawa" Wanita itu tertawa menyakitkan. "Dia kecelakaan dan--- "Apa karena aku seumuran dengannya, hingga kau hanya mengincar nyawaku?"Jungkook menyela dengan suara bergetar. Satu tangannya menyeka darah di pelipisnya. Wanita semakin menatapnya tajam. "Salah satunya"Jawabnya mengepalkan tangannya kuat. "Saat dia sekarat, aku tak bisa membayar biaya rumah sakit dan memohon-mohon pada ayahmu, namun dia tak sedikitpun punya rasa kasihan padaku"Jeda, "Padahal saat itu kau juga dalam keadaan yang sama dengan putraku. Seharusnya sebagai orang tua dia mengerti," Jungkook menunduk, Pandangannya mulai mengabur. "Lalu bibimu datang--- Dia dengan senyumnya dengan begitu baik mau membantuku dan putraku "Wanita itu kembali menatap Jungkook tajam. "Namun terlambat! Putraku tak terselamatkan"Jungkook hanya diam membisu. "Dan kau tau pasti, siapa yang harus disalahkan ... Seandainya Ayahmu mau---- "CUKUP! kematian putramu itu adalah takdirnya bagaimana bisa kau menyalahkan ayahku!!" Plak! "Ini alasan kenapa aku memilihmu menjadi target pertamaku"Wanita itu mencengkram pipi Jungkook kuat. "Karena diantara kalian semua ... Kau lah yang paling dekat dengan ayahmu, jika kematianmu mampu membuatnya merasakan apa yang aku rasakan, kenapa tidak?"Wanita yang tadi berwajah sendu kembali tertawa. Semakin mendorong Jungkook yang tak bisa apa-apa ke besi pembatas itu. "Aku tak apa saat kehilangan suamiku ... Karena pria sepertinya memang pantas mati"Wanita itu lagi-lagi tertawa membuat Jungkook membelalak. "Tapi tidak dengan Jihwa ... Kehilangannya membuat Jiwaku mati rasa, aku gelap mata hingga membakar kediaman kecilku sendiri dan membuat wajahku seperti ini karena itu semua tak membuatku mati saat orang-orang bodoh itu sok jadi pahlawan menyelamatkanku" Wanita itu menghembuskan nafasnya berat. "Rumah sakit yang sama ... Aku dirawat disana tanpa biaya"Wanita itu terkekeh. "Karena tepat saat itu Ayahmu mengumumkan kesembuhanmu membuatku semakin membencinya dan kabur dirumah sakit itu"Wanita itu memandang Jungkook lekat. "Bagaimana bisa Tuhan membuatmu hidup sementara Jihwa tidak"Tangannya mengangkat dagu Jungkook. Tersenyum sangat puas melihat keadaan anak itu yang begitu kacau. "Dan darisanalah aku merasa punya tujuan hidup"Jeda, "Untuk membunuhmu!" "b******k! alasan tak berkelas!!" "DIAM!!"Tubuh Jungkook sempurna menempel dibesi pembatas itu. "Kalau dulu putraku mati karena ayahmu tak mau menampungnya dengan alasan supaya aku merasakan seperti apa perasaannya berarti sangat adil bukan? aku membunuhmu dengan alasan yang sama"Wanita itu tertawa, Jungkook mati-matian menyembunyikan rasa takutnya. "Kau---"Dengan darah yang terus mengalir ditelapak tangannya Jungkook berusaha menahan pergerakan wanita itu yang terus mendorongnya jatuh kebawah. Namun sayangnya, tenaga wanita itu jelas lebih besar darinya yang kelelahan dan hanya remaja labil biasa. Brak!! Semua berjalan begitu cepat saat Jungkook untuk pertama kalinya merasa dirinya terbang. Sementara wanita itu tertawa seolah menyaksikan film komedi yang membuatnya terhibur. Disisi lain Yoongi menghela nafas menatap ponselnya yang sudah berhenti berdering. Yah dia sengaja tak mengangkat panggilan adiknya karena sangat tau watak Jungkook seperti apa. Keras kepala dan menyebalkan, anak itu tak akan pernah menyerah untuk mengikuti keinginannya. Pikirnya. ▪ ▪ ▪ ▪ Wanita itu menginjakkan kakinya tepat di d**a Jungkook yang nafasnya sudah tersenggal. Bahkan bajunya kini sudah bermandikan darahnya. "Tapi dibalik semua itu, aku punya rencana yang lebih mengerikan untukmu" Pandangan Jungkook sayu, darahnya berceceran disekitaran tubuhnya ... "Aku tidak akan pernah puas dengan ini, sangat tidak adil bukan kalau hanya kau yang merasakan semua---- "TIDAK!!!!!" Jihyun melotot shock melihat keadaan keponakannya yang sekarang diambang maut. Sementara wanita yang melihat kedatangan Jihyun itu semakin tertawa. "Jungkook hiks tidak"Lirihnya mendekat, "b******k LEPASKAN KEPONAKANKU!"Histerisnya menunduk dengan tubuh bergetar. "Percuma"Sahut wanita itu santai semakin menekan kakinya didada Jungkook seolah menghentikan pasokan udara masuk ke paru-paru anak itu. "IBLIS! KAU AKAN MENYESAL"Jihyun mendekat namun wanita itu malah menodongkan pisau kearah Jihyun. "B-bibi pergilah"Kedua wanita itu terkejut. Jihyun menggeleng dengan air matanya, Sementara Wanita yang mendengar suara lemah dibawahnya geram membuatnya semakin menekan dengan kuat kakinya didada anak itu membuat darah mencurat keluar dari mulut Jungkook. Jihyun jatuh bersimpuh tak sanggup menyaksikan langsung kekejian wanita itu pada keponakannya. "Jika kau melakukan semua ini untuk membalas kematian putramu kau salah hiks"Jihyun menatap penuh luka Jungkook yang menatapnya semakin sayu. "Jinwoon tak menolong putramu waktu itu karena dia sedang dalam keadaan kalut!"Wanita itu terlihat mengepalkan tangannya kuat. "Itu sebabnya aku diam dan mencoba membantumu "Jihyun menggapai tangan Jungkook yang penuh darah. "Sayang kau kuat"Lirihnya. "Jungkook tak salah apa-apa hiks ... Kenapa kau melakukan semua ini padanya"Wanita itu terkekeh mendorong kasar Jihyun hingga wanita itu terjatuh. "Adikmu harus merasakan apa yang ku rasakan!"Jihyun menggeleng. Jungkook sudah sempurna menutup matanya membuat wanita itu menjauhkan kakinya dari d**a anak itu. "Tidak dengan seperti ini ku mohon hiks hiks ... Jungkook jangan tutup matamu sayang, bangun!"Wanita itu terdiam. Jihyun bangkit dan tak mengambil kesempatan untuk mendorong wanita itu kasar. Brugh! "Apa Jinwoon membunuh putramu seperti ini? hiks"Jihyun terisak hebat. Mengambil tubuh keponakannya masuk kedalam pelukannya. "Kau dengar bibi? Bangun sayang, kita pergi dari sini sekarang hiks" Jihyun menggoyang-goyangkan tubuh anak itu, Mengangkat tangan Jungkook yang terkulai lemas tak berdaya, mata anak itu tertutup rapat dan Jihyun merasa gila saat tak lagi bisa merasakan hembusan nafas hangat anak itu. Dengan air mata yang berderai, Jihyun menggeleng kuat. Menepuk-nepuk pipi anak namun semuanya sia-sia. Wanita itu bergetar hebat membungkuk dan menempelkan telinganya didada anak itu. Jantung anak itu berdetak semakin lambat, dia hendak bangkit sebelum tarikan kasar dari rambutnya membuatnya tersungkur menjauh dari tubuh keponakannya. Dia menatap penuh benci wanita iblis itu yang sekarang menatapnya tajam. "KAU JAHAT! PUTRAMU TIDAK AKAN MAU MEMILIKI IBU SEPERTIMU!" Jleb! Jihyun memegang perutnya dan terjatuh, matanya menatap tak percaya wanita yang sekarang dengan wajah dinginnya menyeret paksa tubuh keponakannya menjauh darisana. Dia menggeleng dengan rasa sakitnya hendak mengejar sebelum kesadaran sempurna merenggut semuanya. ■■■■■■
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD