*membaca Al-Qur'an lebih utama*
Nafisah menatap Aditya yang sedang bergerak secara brutal dengan sendu, kapan Aditya akan memperlakukan nya dengan lemah lembut? Baru beberapa hari menikah dirinya sudah merasakan kehancuran yang luar biasa sekali.
Hingga ketika suaminya berteriak kenikmatan, Nafisah menutup telinganya dengan erat agar suara b******n itu sama sekali tidak ia dengarkan lagi. ini namanya kabur dari kandang macam, malah masuk ke lubang buaya.
Aditya menimpah tubuh Nafisah yang mungil, dengan nafas terengah-engah Aditya bangkit dan langsung membersihkan dirinya. Sangat berbeda dengan Nafisah yang meringkuk menahan dinginnya suhu di kamar Aditya dan juga sakitnya seluruh tubuh nya yang baru saja dipaksa oleh Aditya.
Rasanya ingin sekali Nafisah mengadukan ini kepada kedua orang mertuanya. Namun mengingat betapa senang nya ibu mertuanya tadi begitu mendengar hubungan mereja yang harmoni, membuat Nafisah mengurungkan niatnya untuk speak up.
"Ya Allah, rasanya aku udah gak sanggup lagi." Lirih Nafisah tanpa air mata lagi. Dirinya sudah terlalu lelah menangis, sehingga dnegan perlahan ia sudah kebal dan tidak merasakan apa pun itu.
Aditya keluar dari kamar mandi dalam keadaan segar, ia melirik Nafisah sebentar sebelum berlalu menuju lemari pakaian.
"Buruan mandi, sebelum gue berubah pikiran dan nerjang elu sampai pagi nanti," ucap Aditya dengan nada dingin dan wajah datarnya. Ia memilih kaus outih dan juga celana boxer berwarna hitam.
Melihat tjdak ada respon dari wanita yang menjadi istrinya ini, Aditya menarik kaki Nafisah secara kasar dan menariknya sampai Nafisah terjatuh dari ranjang yang cukup tinggi.
Bruk!
"Aws... Sakit mas." Lirih Nafisah sembari megusap panggung nya yang terlebih dahulu jatuh.
kenapa-kenapa.
Hingga tidak lama kemudian, tubuh Aditya tersentak kaget begitu mendengar Nafisah memanggil Rio dengan nama lain.
"Arzan!"
"Yes baby... Mana yang sakit?" Tanya Rio dengan suara yang menurut Aditya bukan seperti Rio biasanya. Terlebih ketika matanya bersibobrok dengan Aditya, ia bisa melihat tatapan itu sangat tajam dan membuat bulu kuduknya naik.
"b******n itu akan habis ditangan aku, baby... Jadi kamu jangan nangis lagi." Ujarnya tajam menatap Aditya dengah aura permusuhan.
Arzan?
Seolah tersadar, Aditya langsung melotot kaget!