Bab 5 : Kejujuran Rio, Luka hati bagi Nafisah

398 Words
*Membaca Al-Qur'an lebih utama* Di sepanjang jalan Nafisah terus memikirkan mengenai nasib Adnan dan ibunya. Memiliki seorang ayah yang tidak bertanggung jawab memaksa keadaan bocah malang itu untuk merasakan kerasnya kehidupan. Padahal setahu Nafisah, menurut cerita orang-orang, ayah Adnan merupakan seorang pengusaha kuliner yang memiliki restoran yang tersebar di daerah lain. Tapi karena sang ayah bermain gila dengan wanita lain, alhasil kehidupan Adnan dengan dua adiknya ikut merasakan dampak dari perbuatan b***t sang ayah. hal inilah yang menjadi pertimbangan Nafisah untuk memiliki momongan dengan Aditya, pasalnya sang suami belum tentu di masa depan akan menerima dirinya terlebih lagi jika memiliki keturunan yang dalam artian akan mengikat mereka berdua dengan hubungan yang. Membayangkan kehidupan anaknya akan serupa dengan adnan yang harus merasakan kerasnya dunia dengan segala permasalahan yang sejatinya tidak pantas untuk dirasakan bocah berusia belasan tahun itu. Memikirkan bagaimana kehidupannya untuk ke depan membuat Nafisah hanya bisa menghela nafasnya. Apakah setelah perpisahannya dengan Aditya ia akan kembali merasakan hidup yang penuh dengan kekurangan dan Rio adiknya akan kembali merasakan bagaimana menahan lapar di kala semua temannya berlarian menuju kantin. Nafisah telah sampai di komplek perumahannya. Sebuah rumah yang merupakan hadiah pernikahan dari kedua mertuanya, di mana rumah tersebut sudah beralih menjadi atas nama dirinya. Takut-takut jika sewaktu-waktu Aditya berniat membuang dirinya ini. Astaga! Bahkan mertuanya bisa memprediksi ini semua. "Assalamualaikum." Kembali suasana sepi yang menyebut dirinya begitu pulang dari sekolah. Di rumah yang cukup luas ini ia hanya tinggal sendiri apabila Aditya tengah bekerja. "Ya tuhan, ini rumah serasa angker banget!" Ujar Nafisah yang merasa horor begitu menatap ke arah kamar Aditya yang terkunci. Apa jangan-jangan suaminya itu menyimpan mayat di sana? Sehingga dirinya tidak diperbolehkan mendekat bahkan masuk. Menepis semua pikiran konyolnya, Nafisah bersiap untuk memasak makan malamnya hari ini. Akh! Apa ia datang saja ke rumah sang adik untuk makan bersama? Sepertinya itu bukan rencana yang buruk. Nafisah buru-buru membersihkan rumah dan mandi. Ia memilih memakai kulot, kaus lengan panjang dan juga jilbab bergo berwarna senada dengan kulot yang ia gunakan. Menenteng dompet yang berisi ponsel dan lembaran uang miliknya. Nafisah berhenti di rumah makan Padang untuk membeli nasi Padang kesukaan Rio, adiknya. Ayam pop dengan jeroan seperti hati dan ampela serta gulai nangka yang banyak. Mata Nafisah melihat kedai ayam geprek dan juga mie level, ia tertarik membeli itu karena sudah lama tidak memakannya. "Pak, saya ke sana dulu yah. Mau beli ayam geprek."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD