Keputusan

2264 Words
Semalam Alex dan Vario datang saat malam sudah cukup larut, dan karena merasa sangat capek, Vario dan Alex malah terlelap saat Gabriella mengomeli mereka panjang lebar. Gabriella adalah wanita dewasa yang tergila-gila sama ayah dari Vario, Karisma. Wanita yang usianya hampir tiga puluh lima tahun itu memilih hidup sendiri dan jauh dari keramaian karena dia juga seorang ilmuan. Dan pagi sekali Gabriella sudah membangunkan Vario untuk melihat liputan di televisi yang sedang menayangkan tentang kecelakaan di kilometer enam puluh seperti yang Vario ceritakan semalam. "Rio. Rio. Cepat bangun." Teriak Gabriella sambil menggedor pintu kamar yang Vario tempati semalam. "Rio,, Rio. Cepat keluar." Teriak Gabriella untuk yang kesekian kalinya karena Vario masih saja belum bangun meskipun dia sudah menggedor pintu kamar itu cukup keras, bahkan pintu itu nyaris roboh saking kerasnya Gabriella menggedor pintu itu. Dan menit berikutnya Vario tampak membuka pintu dengan muka kusut dan menguap. "Apa sih, berisik tau. Masih ngantuk nih!" Protes Vario saat kembali mengucek matanya dan bukannya di jawab, Gabriella malah menarik lengan Vario untuk mengikuti langkahnya turun dari lantai atas rumah itu. "Itulah kenapa kakak ingin sekali menikah sama Papa mu, Rio! Liat kelakuan kamu! Anak gadis kelakuan ke preman. Kalo kakak jadi Mama tiri kamu, kakak akan jadi Mama yang baik untuk kamu, mengurus Papamu, memberimu adik yang lucu, juga menjadikan kamu wanita yang jauh lebih anggun dari pada sekarang! Seharusnya kamu bantu kakak untuk meyakinkan Papamu, agar dia mau menikahi kakak!" Ucap Gabriella sambil menarik lengan Vario untuk turun dari lantai atas hingga ke ruang tengah untuk melihat layar televisi yang sedari tadi terus menyala, tapi Vario malah mengucek telinganya karena merasa gatal dengan keluhan Gabriella yang sedang mengomel karena ayahnya yang sampai saat ini masih belum mau menikah lagi. "Liat. Liat tayangan ini. Ini kecelakaan yang kamu ceritakan semalam kan?" Tunjuk Gabriella pada layar televisi yang sedang menyiarkan kecelakaan tunggal sebuah mobil sports kuning, dan Vario semakin mempertajam penglihatannya. Vario yakin jika itu memang kecelakaan yang semalam di alami wanita di dalam sana. "Ya, kak. Ini memang kecelakaan yang semalam! Tapi kenapa mereka mengatakan jika itu adalah kecelakaan tunggal. Tidakkah ada yang bisa melihat jika di aspal itu ada jelak mobil lain?" Keluh Vario saat menyadari kejanggalan dari berita di televisi. (Sebuah kecelakaan tunggal yang terjadi di kilometer enam puluh, membuat satu unit mobil sport dengan nomer plat kendaraan V.3.GA. Terguling hingga mesin mobil tersebut terbakar dan meledak. Di frediksikan jika korban kecelakaan ini tidak selamat, karena kondisi mobil tersebut yang benar-benar hancur dan terbakar, namun sampai detik ini, sang pengemudi masih belum di temukan jasadnya. Belakangan di ketahui jika pemilik mobil sport tersebut adalah seorang CEO perusahaan Monster yang bergerak di bidang properti dan jual beli saham, Vega K Dwayne. Pebisnis muda dan cantik yang juga merupakan dosen di salah satu universitas terbaik di kota Jakarta. Sampai berita ini di turunkan, kami tim investigasi akan tetap mengabarkan perkembangan berita terkini seputar kecelakaan ini, setiap satu jam ke depan.) Suara presenter yang baru saja menyiarkan tentang kecelakaan semalam. "Dia seorang penguasa. CEO perusahaan Monster juga seorang dosen, Vario! Apa kau tau apa artinya itu?" Tanya Gabriella mengutip keterangan yang di informasikan presenter tadi dan Vario langsung mengangguk tapi juga memperhatikan photo wanita itu yang juga di perlihatkan di layar berita tersebut dan entah kenapa Vario merasa jika dia mengenali wajah wanita itu. "Ya. Aku tau kak. Dia seorang pebisnis, dan tentunya dia juga akan memiliki banyak saingan bisnis, dan tidak menutup kemungkinan jika ini adalah konspirasi dan manipulasi dari lawan bisnisnya!" Imbuh Vario dan Gabriella langsung mengangguk setuju. "Kau benar, Rio. Tidak salah lagi. Ini adalah konspirasi." Balas Gabriella dan saat itu juga Vario ingat kata-kata terakhir wanita itu sebelum dia benar-benar menutup matanya. "Tolong selamatkan Mamaku. Tolong lindungi Mamaku. Nyawa Mamaku dalam bahaya." Kata-kata itu selalu terngiang di telinga Vario dan entah kenapa dia merasa sangat simpati pada wanita itu, wanita yang bahkan tidak pernah dia kenal sebelumnya. "Siapa tadi namanya?" Tanya Vario untuk nama wanita yang semalam dia tolong. "Vega K Dwayne." Jawab Gabriella dan Vario langsung meminjam laptop milik Gabriella dan meminta Gabriella menyambungnya ke internet, dan detik berikutnya Vario langsung mengetik nama Vega K Dwayne di layar web dan sederet berita penting tentang wanita itu juga langsung tersaji di layar laptop itu, juga photo wanita itu. (Vega K Dwayne. CEO perusahaan Monster juga seorang dosen di salah satu universitas terbaik di kota Jakarta. Merupakan pemilik tunggal tiga perusahaan besar dengan logo M.) Vario membaca sederet artikel tentang wanita itu, termasuk nama Hansel Dwayne juga ikut tersaji di laman artikel tersebut, dan Vario yakin jika Hansel Dwayne adalah ibu dari wanita itu. Vario membuka beberapa photo wanita itu, Vega K Dwayne, dan memperhatikannya lamat-lamat wajah wanita itu, dan entah kenapa Vario yakin jika dia mengenali wajah wanita itu. "Kak. Coba lihat photo wanita ini. Apa kakak mengenalnya? Kenapa gue. Eh maksudnya aku . Kenapa aku merasa sangat tidak asing dengan wajah wanita ini?" Ucap Vario memperbesar gambar wanita yang semalam mereka tolong dan Gabriella memperhatikan dengan sangat jelas jika wajah wanita di photo itu benar-benar sangat mirip dengan wajah Vario. "Kenapa kakak malah merasa jika wanita ini sangat mirip dengan kamu, Rio? Sumpah. Dia sangat mirip sama kamu!" Ucap Gabriella saat memperhatikan gambar seorang wanita di layar laptopnya yang benar-benar mirip sama Vario. Vario terdiam sejenak karena itulah yang sedang dia rasakan juga. Wajah wanita itu sangat mirip dengan wajahnya. Hanya warna iris mata dan rambut mereka yang terlihat berbeda, dan untuk rambut semua orang bisa bergonta ganti warna rambut, dan Vario juga pernah mengecat rambutnya seperti warna rambut wanita itu dan Vario masih menyimpan photo nya saat dulu dia mengecat rambutnya seperti itu. Vario merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel miliknya untuk melihat photo nya dengan rambut pirang, lalu membandingkan gambar dirinya dan wanita itu, dan sungguh itu terlihat sama, bahkan Gabriella kesulitan untuk menentukan mana Vario dan mana photo wanita yang mereka tolong di dalam, karena sungguh dua gambar dari orang yang berbeda itu terlihat sangat mirip di mata Gabriella. "Benarkan. Dia sangat mirip sama kamu, Rio." Tegas Gabriella dan Vario langsung terdiam karena itu memang sangat benar. "Siapa sebenarnya wanita ini? Kenapa mereka bisa memiliki wajah yang sama persis?" Pikir Vario namun hanya dia lirih kan dalam hati. Dan kata-kata terakhir wanita itu kembali terngiang di ingatan Vario. Jika wanita yang kini dia tau bernama Vega K Dwayne itu miliki seorang ibu, dan ibunya sedang dalam bahaya. Kembali Vario melihat biodata dari wanita itu, dan melihat nama Hansel Dwayne di garis keturunan di biodata wanita itu, lalu mengklik nama Hansel Dwayne di biodata Vega K Dwayne. Terlihat seorang wanita cantik dengan senyum cemerlang yang sangat tulus. Wanita cantik dengan rambut pirang seperti milik Vega K Dwayne, bahkan senyum mereka juga terlihat sama cantiknya, dan Vario yakin jika wanita ini lah ibu dari Vega K Dwayne. Vario juga mencatat alamat lengkap rumah dan kantor milik Vega K Dwayne, juga mengingat jika Vega K Dwayne adalah dosen di salah satu universitas terbaik di Jakarta. "Apa yang kau pikirkan?" Tanya Gabrielle saat melihat Vario mencatat alamat lengkap wanita yang mereka tolong semalam, dan Vario hanya menatap mata Gabriella dengan tatapan minta tolong. "Aku harus melakukan sesuatu!" Imbuh Vario saat menggengam sebelah tangan Gabriella. "Apa?" Tanya Gabriella tidak mengerti. "Semalam wanita itu meminta tolong untuk melindungi Mamanya, karena dia berpikir Mamanya juga sedang dalam bahaya. Dan sungguh aku tidak sanggup jika harus melihat seorang Mama akan kehilangan anaknya atau seorang anak akan kehilangan Mamanya. Aku tau bagaimana rasanya tidak miliki Mama, dan aku berharap, tidak akan ada anak yang merasakan tidak punya Mama seperti yang aku rasakan!" Imbuh Vario sambil menggenggam tangan Gabriella dan Gabriella langsung merasa terharu tapi juga memiliki harapan besar jika dia bisa menjadi ibu dari gadis cantik itu, meskipun hanya ibu tiri, atau ibu sambung. "Oh. Kakak dari dulu gak keberatan menjadi Mama kamu sayang. Tapi Papa mu saja yang terlalu dingin sama kakak." Imbuh Gabriella dan Vario menghela napas karena itu memang benar. Benar jika ayahnya terlalu dingin terhadap wanita, padahal ayahnya sudah lama menduda. "Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang?" Tanya Gabriella dan detik itu juga Vario langsung menjelaskan apa rencana yang sedang dia pikirkan. "Aku akan menggantikan perannya. Hanya saja di sini aku membutuhkan bantuan kakak!" Jelas Vario masih sambil menggenggam tangan Gabriella. "Oh, Apa kau sudah gila, Rio? Kau pikir ini semudah apa yang kau bayangkan? Ingat wanita itu adalah pebisnis, musuhnya banyak, dan kakak Tidak mau kau ikut terlibat dalam masalah dia. Bagaimanapun kau adalah,,,!" Ucap Gabriella sebelum ucapannya di potong oleh Vario. "Aku sudah terlanjur terlibat dalam masalah ini kak. Karena cepat atau lambat otak dari pembunuhan ini pasti akan menyelidiki, mencari jasad wanita itu! Dan sebelum itu terjadi aku harus sudah siap menggantikan posisinya dan berada di samping Mamanya." Potong Vario sebelum ucapan Gabriela selesai karena sepertinya Gabriela ingin mencegahnya untuk melakukan apa yang saat ini dia pikirkan. Vario tahu jika Gabriela memang sangat menyayanginya tapi di sini nyawa seorang ibu yang akan menjadi taruhannya dan sebagai anak yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, tentu Vario ingin mencoba bagaimana rasanya hidup dengan seorang ibu, diperlakukan sebagai seorang putri, memegang tanggung jawab yang sudah lama dia impi-impikan yaitu menjadi dosen. "Tidak Vario. Kakak tetap tidak setuju jika kamu ingin membahayakan nyawa kamu sendiri!" Kutip Gabriella , lalu berdiri melipat kedua lengannya di depan d**a , menatap mata Vario dengan tatapan membunuh. "Oh, apa Kakak meragukan kemampuanku dalam membela diri? Bukankah akan ada Alex yang akan membantuku, mengawasiku, menjagaku dan kau tahu sendiri bagaimana si t***l itu tidak akan melepaskanku jika berada dalam masalah!" Ucap Vario menegaskan jika dia bisa melindungi dirinya sendiri pada kakak dari Alexander, wanita yang dari dulu tergila-gila pada ayahnya. "Siapa yang kau sebut t***l?" Timpal Alexander yang tiba-tiba sudah nongol di belakang punggung Vario, dengan sebotol air mineral dan wajah basahnya. "Alex, tolong kasih tahu pada wanita ini jika dia tidak bisa mengambil keputusan secara tergesa-gesa. Terlebih jika keputusan ini menyangkut nyawanya!" Ucap Gabriela menoleh ke arah sumber suara, Alexander. "Apa maksud kakak!" Tanya Alexander setelahnya. "Tanyakan saja padanya!" Kesal Gabriela saat Vario tetap pada pendiriannya ingin berganti posisi dengan posisi Vega. Vario akhirnya menjelaskan apa yang sebelumnya dia bicarakan dengan Gabriella termasuk niat dia yang ingin menggantikan posisi Vega sebagai CEO juga dosen sekaligus putri dari ibunya Vega, wanita yang dia tolong semalam. Alexander diam sejenak memikirkan apa yang Vario ucapkan dan kali ini seperti biasa, Alexander tetap mendukung apa yang Vario inginkan. "Oke. Gue ikut rencana lu. Tapi dengan satu syarat, gue akan selalu ada di samping lu entah bagaimana caranya itu tapi pastikan jika gue juga akan ikut berperan dalam sandiwara ini!" Ucap Alexander memberi syarat utama agar dia mau mendukung keinginan atau rencana gila Vario ini. "Gila. Kalian benar-benar gila. Kalian sama saja gilanya!" Tolak Gabriela buru-buru ketika Alexander justru setuju dengan keinginan gila Vario. "Kak, aku mohon kali ini percaya sama aku Kak! Aku pasti baik-baik saja dan jika Kakak kurang yakin Kakak bisa mengawasi kami dari monitor dan jika Kakak merasa kami dalam bahaya Kakak bisa membantu kami, dan secara tidak langsung kakak juga ikut melindungi kami." Ucap Vario masih memohon pada Gabriella untuk mendukung keinginannya itu. "Bukan jabatan sebagai dosen yang semata-mata ingin aku coba di sini, tapi aku juga ingin menerima tanggung jawab untuk melindungi Mama wanita itu. Jadi please, aku mohon dukung aku , Kak!" Pinta Vario Untuk yang kesekian kalinya. Dan seperti biasa Vario selalu punya cara untuk meyakinkan seorang Gabriella agar mau menuruti segala keinginannya dan ya, Gabriela akhirnya tidak punya pilihan lain selain menyetujui keinginan gila Vario. *** Pagi itu, setelah perdebatan panjang antara Gabriela , Vario, dan Alexander yang terus berada di pihak Vario, siang ini setelah menyusun rencana untuk berganti peran dengan wanita yang mereka tolong, langkah awal yang harus mereka lakukan adalah membuat Vario sama persis seperti Vega K Dwayne. Mulai dari penampilan fisik, mengecat rambut juga mengganti iris mata Vario agar sama persis dengan iris mata Vega dan yang paling penting adalah membentuk karakter Vario menjadi karakter Vega. Wanita anggun dengan style feminim dress dan pastinya sepatu hak tinggi juga langkah yang elegan. "Angkat wajahmu , luruskan pandanganmu dan perhatikan langkahmu Rio, jangan sampai keluar dari garis!" Ucap Gabriela saat melatih gerak langkah Vario seolah Vario berjalan di atas catwalk. "Aou. Ini sakit sekali!" Keluh Vario ketika terjatuh dengan sepatu hak tinggi yang dia gunakan, memijit betis juga mata kakinya yang terasa kebas dan nyeri karena benturan lantai. "Inilah resiko yang harus kamu ambil jika ingin tetap mengambil peran wanita itu dan akan ada resiko yang jauh lebih besar dari hari ini." Tegas Gabriella dan Vario terlihat hanya menghela nafas dalam lalu menghembuskannya dengan perlahan. Apa yang Gabriella ucapkan memang tidak sepenuhnya salah. Dia yang ingin mengambil alih posisi Vega, maka mau tidak mau dia memang harus berubah total menjadi sosok Vega. "Jadi gimana? Apa kau tetap ingin melanjutkan rencana gila ini atau kita pilih aman saja?" Sambung Gabriela sambil bersidekap d**a , tidak menawarkan bantuan pada Vario meski hanya untuk berdiri dan bangkit dari jatuhnya. Gabriela ingin agar Vario menyerah dengan rencana gila ini, tapi sepertinya tekad Vario jauh lebih besar dibanding tekad Gabriela yang hanya ingin menghentikan keinginan Vario. "Tidak. Aku tidak akan merubah keputusanku! Aku tetap akan keluar dari rumah kakak sebagai Vega bukan sebagai Vario lagi. Maka aku tidak akan menyerah Hanya karena rintangan kecil ini!" Ucap Vario sama tegasnya dengan ucapan Gabriela, lalu bangkit dari terjatuhnya untuk melanjutkan pelajaran etika, cara berjalan dan berperilaku anggun seperti wanita sosialita seperti arahan Gabriella, karena Vario ingin membuktikan pada Gabriella, kakak perempuan dari Alexander ini, jika dia bisa, dia bisa melewati tantangan ini, dia bisa menjadi Vega K Dwayne.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD