(11) HAPPY

1177 Words
Ela terbangun sangat pagi, bukan karna tidurnya tidak nyenyak, malah Ela merasa tidur kali ini sangat nyaman. Ela berjalan kearah kamar mandi, membersihankan tubuh dan wajah, ia memakai seragam sekolah dengan rapih, mood Ela sudah membaik, meskipun kemarinada kejadian tak mengenakkan, dan rasanya Ela tidak mau bertemu Axsa lagi. Ela berjalan kearah tangga, dari atas Ela dapat melihat keluarga nya tengah sarapan bersama, Ela menghela nafas perlahan, ia tak mau mencari masalah, Ela sudah terlalu setress kemarin-kemarin, untuk hari ini Ela harus menjalani hidupnya seperti biasa Tuk Tuk Tuk Suara sepatu Ela bergemuruh diruangan, Ela menyesal karena memakai sepatu didalam kamar, alhasil ia dilirik sekilas oleh Papah dan mamahnya. Raka terlihat menyunggikan senyum kearah Ela, yang dibalas senyuman tipisnya, sedangkan Eca sama sekali tidak melihat kearah Ela. "Selamat pagi, kak Ela", sapa Raka hangat, membuat Eca mengerutkan dahinya lalu kembali melanjutkan sarapan "Pagi juga, Raka" balas Ela dan berlalu kearah pintu agar ia tak lama-lama melihat pemandangan tak mengenakan. Tetapi langkah Ela terhenti saat suara bariton yang sudah lama tak Ela dengar itu kini kembali terdengar "Mau kemana kamu, pagi-pagi sekali", tanya Dodi "Aku mau berangkat sekolah pah", jawab Ela seadanya ia malas berurusan dengan keluarga nya saat ini "Liat lawan bicaramu Ela!", perintah Dodi. Ela memutar bola matanya malas, tak ada yang mengenakkan hati Ela memang kalau sudah ber-urusan dengan orang tua nya "Iya pah, maaf", Ela membalikkan tubuhnya menatap Dodi, jika Valen sangat membenci Ela dengan terang-terangan. Dodi lebih ingin Ela menjadi anak yang mandiri dan sopan, entahlah itu juga berlaku kepada Eca dan Raka "Sudahlah pah, sampai kapan pun Ela itu memang sudah tak tau sopan santun, hidup seenaknya dasar gak tau diri!", ucap Valen tiba-tiba, mood Ela yang awalnya baik-baik saja kini kembali hancur "Aku berangkat!", seru Ela kesal, tapi ia lagi-lagi terpaksa mengehentikkan langkahnya, karna panggilan Raka "Kak tunggu berangkat bareng aku ya!",ajak Raka dan berapihkan bekas makannya "Kakak naek motor, lagi pula sekolah kita gak searah" "Motor?", tanya Dodi bingung. Perasaan Dodi Ela ia belikkan mobil pada saat Ela ulang tahun. "Mobil kamu ma--", ucapan Dodi terpotong oleh perkataan Eca "Ahh! Itu pah, waktu Ela balapan mobil Ela gak sengaja banting setir, abis itu numbur pohon deket arena balapan yaudadeh hancur mobilnya", bohong Eca, membuat Raka menatap tak suka drama yang dimulai Eca "Lalu Ela kamu gak kenapa-kenapa kan", tanya Dodi membuat hati Ela tersentuh. Secuek-cueknya Dodi, papah itu tidak pernah membenci dan menyebut Ela pembunuh. Hingga saat ini Ela masih menghormati Dodi, Eca memanas melihat papah yang perduli kepada Ela, membuat ia semakin ingin mengarang cerita bohongnya. Padahal mobil Ela sudah Eca jual karena Eca sedang butuh uang pada saat itu "Terus ya pah, masa kata Ela dia udah gak butuh mobil hancur kaya gitu, terus suruh kasih kerongsokkan aja, karena aku tau cari uang itu susah jadi aku ambil aja deh terus aku benerin.", drama batin Ela, terserah lah apa yang ingin Eca lakukan jika ia pengen Ela terlihat lebih buruk dimata papah yasudah, Ela juga tidak perduli. Dodi terlihat kesal menatap Ela, sedangkan Valen tersenyum tipis mendengarkan segala kebohongan yang diucapkan Eca agar Dodi tidak meyukai Ela. Raka melihat satu persatu wajah Orang tuanya dan Eca, ia sangat kesal melihat Valen yang hanya diam padahal mamahnya itu tau yang sebenarnya, Raka melihat Ela menunggu pembelaan diri kakaknya tapi yang ia dapat malah wajah datar Ela, selalu begitu. Eca ingin melanjutkan ucapan tapi suara Raka lebih dulu mendahului "Berhenti bicara omong kosong deh kak, jangan buat kak Ela semakin jelek dikeluarga ini, kurang puas apa kak Eca? Masih kurang puas? Bukannya kak Eca yang ju--", perkataan Raka terpotong akibat teriakkan mamahnya yang menatap nyalang kearah Raka "Kenapa mah? Sekarang mamah juga lebih belain Kak Eca dari pada aku yang bicara jujur? Kak Eca terus yang mamah ada dipikiran mamah! Apa gak ada sedikit pun ruang untuk kak Ela? Oke deh aku mah gak usah dimanja-manja kaya kak Eca, tapi apa mamah gak bisa bagi aja sedikit perhatian mamah ke kak Ela? Gak bisa? Inget mah kak Ela juga anak mamah!", suasana semakin panas Ela menatap Raka berharap adiknya itu berhenti membelanya, sudahlah Ela tak butuh belas kasihan dari siapapun, karna sampai kapan pun Valen akan selalu membencinya sekalipun Alena masih hidup. "Apa benar yang diucapkan Eca?", tanya Dodi membuat suasana semakin panas "Iya pah bener, percaya aja sama Eca, kalo gak entar aku lagi yang bermasalah", ucap Ela dan langsung pergi keluar dari kediaman Alexander Ela memikirkan kejadian beberapa jam lalu, ia setidaknya mempunyai alasan bahagia untuk hari ini. Kepedulian Dodi memang terkadang membuat Ela merasakan kehadirannya, sebagaimana tadi Dodi lebih memperdulikkan dirinya dari pada mobil yang hancur, hasil karangan cerita Eca "Woy!", Ela tersentak dari lamunan akibat seruan Rara yang tiba-tiba "Ciee kaget, mikirin apaan beb?" "Kepo deh" "Iya dong" "Mau tau aja apa mau tau banget", Ucap Ela sambil terkekeh "MAU TAU BANGET!", bukan hanya Rara yang menjawab melainkan Dina dan Widya yang tiba-tiba muncul "Astagritulloh, gila lo orang" ucap Ela sambil mengelus-elus dadanya, "Heheh" cengir mereka bertiga "Emang mau tau apaan sih? Gue kan kepo" ucap widya penasaran Ela yang melihat Widya yang lebih exited pun ingin menggoda sahabatnya itu "Cie widya kepoo iihh--gemes deh Ela" ucap Ela sambil menguwel-uwel pipi widya diikuti kedua kawannya yang sibuk menggelitiki Widya Mereka pun tertawa bersama, Membuat suasana terlihat bahagia, bahagia itu memang sederhana cukup tertawa dengan sahabatmu maka sedikit masalah mu akan memudar, walau tidak permanen. "Thank you guys kalian tetep ada disamping gua, melawan semua beban dunia gua, padahal masih banyak kawan yang lebih dari gua tapi kalian tetep mau berdiri disamping gua" ucap Ela sedikit lirih membuat Widya, Rara dan Dina tersenyum hangat "Tetep berada disamping gua, jangan pergi karna seorang Adel butuh kalian" ucap Ela dan menekankan kata Adel! Rara dan Dina tersenyum kepada Ela, Sedangkan Widya ia tersenyum hambar mengingat kejadian 2 hari kemarin, kejadian yang membuatnya benar-benar dilanda amarah, bingung, dan sedih Ini mungkin belum saatnya- batin Widya Lirih lalu kembali memeluk ketiga kawannya. Kini seluruh Murid INP sudah dibolehkan pulang dari 15 menit yang lalu dan sekarang Ela telah berada didepan rumahnya, baru saja Ela ingin membuka pintu rumah tapi, tidak bisa Ela kembali mencoba namu Nihil tetap tidak bisa. "Kayaknya dikunci deh," monolog Ela dan menghampiri motornya, lalu pergi meninggalkan pekarangan rumah, ia tidak mungkin menunggu semua orang pulang dan duduk saja didepan rumahnya itu, pasti akan sangat Membosankan. Kini Ela sudah sampai dirumah sederhana namun luas, mungkin ini tempat yang paling nyaman, lagipula Ela merindukan wanita pemilik rumah ini, siapa lagi jika bukan Omanya Setelah Ela berbincang oleh, Oma Ela memilih untuk kekamar, dulu kamar itu tidak hanya milik Ela namun juga milik Eca tapi itu dulu. Setelah membersihkan badan Ela berbaring ke-kasurnya, dan memainkan ponselnya untuk menghilangan rasa bosan, baru saja Ela membuka media sosialnya, kini hati Ela sakit sekali lagi-lagi Mereka hanya ber-empat bahagia tanpa Ela, sakit bukan? Terpampang jelas di layar ponsel Ela, bahwa Eca baru saja meng-uplod, foto baru bersama papah, mamah, dan Raka. Yang artinya mereka berempat tengan berlibur, pantas saja rumah alexander dikunci, mereka lupa bahwa masih ada satu orang yang tinggal dirumah itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD