Harapan semu

1018 Words
Renata Ornela Gandawasa menatap wajahnya dicermin, hari ini ia berencana akan datang ke pesta ulang tahun Nenek kekasihnya yang telah menjalani hubungan selama dua tahun dengannya. Wajahnya telah ia poles dengan makeup dan ia terlihat sangat cantik, apalagi ia memakai gaun berwarna biru navy yang telah ia siapkan, sejak dua minggu yang lalu, hanya untuk datang dipesta ini. Renata tersenyum saat melihat Dimas yang telah menunggunya di ruang tamu. Dina laki-laki yang sangat ia cintai dan ia yakin jika Dimas adalah jodoh yang diberikan Tuhan padanya. Renata melangkahkan kakinya turun dari tangga dan ia mendekati Dimas, lalu tersenyum kepada Dimas. Seperti biasa, Dimas akan selalu terlihat tampan dengan kaca matanya yang membuatnya seperti lelaki yang sangat cerdas. Bibir Dimas akan tersenyum padanya ketika matanya menatap wajahnya dengan tatapan sayang. "Seperti biasa Renata ku akan selalu terlihat cantik dan menggemaskan," puji Dimas dengan mulut manisnya yang selalu membuat jantung Renata berdetak dengan kencang. Dimas selalu saja membuatnya merasa senang dengan mulut manisnya yang memberikan pujian padanya. Seorang peremepuan cantik mendekati mereka dan ia tersenyum ramah pada Renata "Wah udah mau pergi ya? Aku nyusul aja deh nggak enak kalau satu mobil sama kalian yang sedang kasmaran. Jomblo begini tetap saja nggak mau jadi nyamuk diantara kalian," ucapnya. Renata mendekati perempuan ini, lalu menggandeng lengan perempuan ini yang merupakan saudara tirinya. "Kita pergi sama-sama saja!" Ucap Renata. "Nanti aku ganggu kalian, hmmm...aku minta diantar sama Mas Wilaga saja!" Ucapnya. Perempuan cantik ini beranama Jil Adisti Gandawasa saudara tiri Renata dan selama ini, keduanya sangat dekat bagaikan sahabat karib keduanya bahkan bersekolah di sekolah yang sama dulu. "Kita pergi sama-sama saja!" Ucap Renata. "Hmmm...aku nggak enak sama Mas Dimas!" Bisik Jil membuat Renata tersenyum. Jika ia meminta Dimas untuk mengajak Jil berangkat bersama-sama, Dimas pasti tidak akan keberatan. "Nggak apa-apa Jil, Mas Dimas boleh kan Jil pergi bareng kita?" Tanya Renata dengan tatapan memohon. "Boleh, lagian tujuan kita itu sama!" Ucap Dimas tersenyum ramah membuat Jil menganggukkan kepalanya dengan pelan dan Renata tersenyum senang karena sesuai dugaannya Dimas pasti akan mengizinkan Jil pergi bersama mereka. "Ya sudah ayo berangkat!" Ucap Dimas. Mereka bertiga keluar dari rumah ini bersama, lalu menuju mobil Dimas yang ada didepan teras. Mereka melangkahkan kakinya masuk kedalam mobil dan Dimas melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Renata mengalihkan pandangannya menatap Dimas yang fokus mengemudi, ia membayangkan dirinya bisa bahagia menjalani hari-harinya bersama Dimas. Dimas akan mengajaknya mengunjungi beberapa tepat yang indah setiap mereka pergi liburan bersama. Dimas yang akan membangunkannya ketika pagi, dengan membisikan kalimat manis yang indah hingga membuatnya tersipu malu. Dimas selama ini sangat romantis padanya dan juga sangat perhatian padanya. 'Astaga...kok aku membayangkan hal yang manis ini, apa jangan-jangan Mas Dimas mau mengenalkanku dengan keluarganya, lalu ia akan segera melamarku,' Batin Renata karean ia sudah sangat siap jika Dimas ingin mengajaknya menikah. Renata mengalihkan pandangannya pada sosok saudari tirinya yang sedang duduk dibelakang sambil memainkan ponselnya. Jill memang selalu terlihat cantik dan memepesona, mudah bagi seorang Jill untuk mendapatkan pasangan, berbeda dengan dirinya yang memiliki sifat introvet. Beberapa menit kemudian, mereka sampai di kediaman Manggala yang terlihat sangat megah dan mewah. Renata pernah mendengar kabar kecelakaan besar yang terjadi pada pewaris Manggala grup dan kabarnya sampai saat ini, sang pewaris utama itu belum sadarkan diri. Kediaman utama Manggala sangatlah mewah dan sebagai perusahaan yang terkemuka, tentu saja memiliki rumah seperti ini adalah hal yang biasa. Mereka bertiga melangkahkan kakinya masuk kedalam kediaman ini dan terlihat kediaman mewah ini, sungguh membuat mata terkejut dengan pemandangan indah disetiap bantuan rumah ini. Semua mata tertuju pada mereka bertiga terutama pada Dimas, yang kemudian segera menyapa beberapa rekan bisnis keluarganya sedangkan Renata bingung ia harus kemana. "Renata, aku kesana!" Ucap Jil menujuk beberapa perempuan muda yang juga merupakan tamu diacara ini yang melambaikan tangannya, meminta Jil untuk mendekatinya. Renata yang tidak suka keramaian seperti ini, tiba-tiba ia merasa gugup dan ia berusaha untuk terlihat nyaman walaupun ekspresi wajahnya mengisyaratkan, jika ia benar-benar tidak nyaman saat ini. Tiba-tiba sebuah tangan menariknya, membuat Renata terkejut, tapi ia bernapas lega saat melihat yang memegang tangannya adalah Dimas. "Kita keatas ke tempat nenek, soalnya nenek mau berbicara empat mata dengan kamu!" Ucap Dimas membuat Renata tersenyum dan ia menganggukkan kepalanya. Renata merasa sangat senang karena ia menduga jika neneknya, ingin menanyakan bagaimana hubungannya dengan Dimas. Keduanya melangkahkan kakinya menaiki lift dan tak butuh waktu lama, saat ini mereka telah sampai dilantai dua. "Rumah nenek Mas gede banget dan mewah, apalagi ada lift jadi nggak perlu naik tangga," ucap Renata. Keduanya melangkahkan kakinya keluar dari lift beriringan. "Nanti kamu juga akan tinggal disini Renata !" Ucap Dimas membuat Renata tersipu malu. Ucapan Dimas membuatnya bertambah yakin jika Dimas akan segera menikahinya. "Iya Mas," ucap Renata. Dimas menghentikan langkah kakinya disebuah kamar mewah yang memilki dua daun pintu dan keduanya kembali melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar ini. Renata melihat seorang laki-laki terbaring lemah dengan alat medis di sekujur tubuhnya dan itu membuat Renata, menatap laki-laki yang terbaring itu dengan tatapan sendu. Ia kemudian segera mengalihkan pandangannya saat mendengar suara batuk seseorang dan tatapan Renata, tertuju pada sosok perempuan tua yang saat ini menatapnya dengan tatapan menilai. "Dia sangat mirip dengan perempuan itu," ucap sang nenek dingin membuat Renata penasaran siapa yang dimaksud Nenek ini yang mirip dengannya. Perempuan tua ini bernama Alma Manggala yang merupakan tetua di Manggala grup. "Iya Nek namanya Renata Ornela Gandawasa," ucap Dimas. "Kerja bagus Dimas," ucap Nenek Alma. "Saya Renata Nek," ucap Renata memperkenalkan dirinya dan ia tersenyum senang karena sepertinya neneknya Dimas menerima ia menjadi cucu menantunya. "Renata sesuai kesepakatan kamu akan segera menikah," ucap Nenek Alma, membuat Renata tersenyum dan ia menatap Dimas dengan tatapan penuh cinta. "Menikah dengan Elang cucu saya!" Ucapnya membuat Renata terkejut karena bukan nama Dimas yang disebut oleh Nenek Alma. Wajah Renata terlihat sangat bingung dan ia menatap kearah Dimas, meminta penjelasan karena ia sangat bingung saat ini. "Saya....sasasaya....sama Mas Dimas..." ucap Renata bingung dan ia menatap Dimas namun Dimas terlihat sangat dingin padanya. "Kamu akan menjadi istri Elang bukan istri Dimas!" Ucap Nenek Alma, menatap lelaki yang terbaring diatas ranjang yang ada dikamar ini, membuat wajah Renata memucat dan ia menggelengkan kepalanya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD