Napasku tertahan, kening mengerenyit dan mata yang menyipit memandang wanita yang sedang mengigil kedinginan itu, kedua jarinya bersilang di d**a, sesekali tangannya menyeka tetesan air hujan yang menitik ke wajahnya. Kupandangi wanita yang sedang berdiri dengan keadaan bergetar itu, dari penampilannya ia seperti bukan gadis yang berasal dari ibu kota. Tak ada yang mewah dari cara berpakaiannya, tak ada perhiasan yang menempel di tubuhnya seperti kebanyakan wanita yang tinggal di ibu kota. Rambutnya hitam panjang, polos tanpa pewarna ataupun potongan rambut model masa kini, kuku-kukunya pun sama terlihat polos tanpa pewarna, seperti yang selalu dikenakan Melta dan anak-anak gadis Om Feri. "Apa kamu serius?" tanyaku menelisik. "Aku serius, Kak, i-ini." Gadis itu mengeluarkan sesuatu

