#9. Kesehatan Yang Memburuk

1204 Words
Pagi ini di dalam pertemuan antara team marketing dengan team designer,Mila kembali menunjukkan ketidak sukaannya pada Shiela. Adapun tujuan pertemuan itu adalah membahas ide design pakaian remaja untuk season selanjutnya. Dan, sebagai orang baru di kantor itu, Shilea dipersilahkan untuk mengemukakan idenya. Ketika Shiela sedang menjelaskan design yang dibuat olehnya, tetiba Mila menginterupsi dan menaikkan tangannya lalu berkata "Tunggu sebentar deh, ada pertanyaan yang ingin kutanyakan" "Ya, Mila. Ada pertanyaan yang hendak ditanyakan kepadaku?" tanya Shiela agak sedikit gusar. Sudah ada peraturan tidak tertulis yang mengenai hal ini yaitu pertanyaan diajukan setelah seseorang selesai mempresentasikan idenya. Tanpa merasa bersalah, Mila melanjutkan "Shiela, tolong jelaskan kenapa ide ide pakaian kamu itu terlihat seperti anak panti asuhan? Target market kita adalah middle up, tidak akan mau menggunakan pakaian dengan warna seperti itu dan tidak bermotif pula. Too simple!" serunya dengan nada suara sinis dan meremehkan. Semua peserta pun saling berbisik satu dengan yang lainnya. "Trend season selanjutnya memang seperti ini, Remaja di Eropa dan Amerika sekarang menyukai simplicity." dipalingkan wajahnya pada Mbak Dessy seakan minta persetujuannya. Raut wajah Dessy datar saja, seakan perbedaan persepsi adalah hal yang biasa. Kemudian Shiela melanjutkan kalimatnya, "Kita lihat saja artis artis yang digandrungi para remaja sudah tidak lagi mengenakan pakaian bercorak. Pakaian merekasekarang bernuasa coklat khaki atau warna pastel. Down to earth Mila, itu ide dariku." Tak mau kalah Shiela tampaknya. Dia merasa harus membela ide idenya dihadapan semua orang yang saat ini seakan menunggu siapa yang akan memenangkan perdebatan tersebut. "Hm...kalau menurutku ide ini kurang bagus. Apalagi pakaian yang akan kita jual bukan untuk orang Eropa atau Amerika. Buatlah design pakaian yang lebih elegant dan berkelas. Bagaimana menurut member team yang lain?" tanya Mila dengan maksud memojokan Shiela. "Baiklah, terima kasih atas masukan dari team marketing. Hal ini akan kami pertimbangkan dan kita akan bahas lagi lebih detail dalam pertemuan selanjutnya minggu depan." lerai Dessy, dia dapat merasakan ketegangan diantara Shiela dan Mila sudah mulai tinggi. Segera dibubarkan meeting itu dan berjanji akan memberikan final design minggu depan. Dilirik jam dipergelangan tangan, "Masih ada waktu sebelum dimulai meeting selanjutnya'" gumam Dessy, ada hal yang perlu dibicarakan dengan Shiela. "Shiel...boleh tinggal sebentar? ada yang hendak aku diskusikan denganmu'" pinta Dessy. "Ya Mbak, hm..mengenai keributan tadi. Maaf. Mungkin apa yang dikatakan Mila ada benarnya." kata Shiela. "Aku akan perbaiki dan memperlihatkan kembali ke Mbak Dessy sore ini" tambahnya. "Apa yang telah terjadi diantara kalian? Kulihat belakangan ini kalian sering cekcok.?" selidik Mbak Dessy sedikit mendesak. Menurutnya tidak etis masalah pribadi dibawa bawa ke dunia kerjaan. Tidak professional. "Gak apa apa mbak, sepertinya ada kesalah pahaman diantara kami. Namun tidak perlu khawatir akan aku selesaikan segera dengannya" jawab Shiela, khawatir ketidakakuran mereka akan membawa dampak buruk bagi penilaian kinerjanya. "Baiklah, aku percaya dengan perkataaanmu Kembalilah bekerja." perintah Dessy sambil melangkahkan kakinya keluar ruang meeting, hari ini dia akan sibuk sekali masuk dari sebuah pertemuan ke pertemuan lainnya. Sementara itu Shiela masih disana dan mulai mencerna kejadian barusan. "Apa maksud dari ucapan Mila mengenai anak panti asuhan? Kurang ajar sekali dia" umpat Shiela. Jujur, memang design pakaian yang dibuat Shiela tampak sederhana, namun siluet dan modelnya mengikuti trend saat ini. Dering telepon gengamnya membuyarkan lamunannya, "Hallo...sayang." terdengar suara Sean dari speaker. Dilirik jam di pergelangan tangannya, "Cepat sekali sudah jam dua belas? pantas saja Sean meneleponku." Memang sudah menjadi kebiasaan Sean menelepon dan mengecek apakah Shiela sudah lunch atau belum. Hal itu tidak pernah absen sejak pertemuan terakhir mereka. Padahal Shiela belum memberikan jawaban atas pertanyaan Sean. "Hai Sean..." sahut Shiela. "Masih dikantor? belum makan siang?" tanya Sean. "Yeah...lagi nanggung nih memperbaiki designku. Ditunggu sore ini oleh Mbak Dessy." jawab Shiela. "Kamu? Sedang makan siang?" tebaknya, "Kok tau? aku sedang makan siang dengan teman kantor." jawab Sean. Belum sempat Shiela memberikan jawabanya, samar samar terdengar suara wanita memanggil nama pria itu. "Hai Sean!" terdengar suara wanita memanggil nya. "Ehh..hai Mila" jawab Sean. Shiela mempertajam pendengarannya, hatinya tercubit, sakit dan kesal. "Apakah mereka janji untuk bertemu?" tanyanya dalam hati. Terbakar api cemburu, Shiela memutuskan sambungan telepon mereka, bahkan kemudian dia mematikan telepon gengamnya supaya Sean tidak lagi dapat menyambung pembicaraan mereka. "Huh...Mila....Mila...Kenapa si tuh anak dari dulu selalu saja merusak suasana hati orang?" gerutu Shiela "Memang cuma mereka doang yang bisa makan siang di mall? Aku juga bisa!" Shiela meraih dompet dan bergegas keluar kantor. Sebuah mall kecil yang terletak tepat di bawah kantornya menjadi tujuan Shiela siang itu. Emosi tinggi membuat dirinya menjadi lebih lapar. Matanya tidak lepas dari gambar sebuah hamburger yang terlihat sangat enak sekali. "Huh..persetan dengan larangan dokter, junk food is good for healing" batinnya. Lalu dengan senyum mengembang dia melangkah memasuki restoran dan memesan sebuah burger, kentang goreng dan minuman bersoda. Lengkap dosanya hari itu. Tidak sampai lima belas menit Shiela telah memindahkan semua makanan di atas piring ke dalam perutnya. Kenyang dan puas. Dia memutuskan untuk membeli makanan kecil di sebuah toko yang menjual berbagai jenis camilan dari kacang hingga kue kering. Dengan menjinjing sebuah kantong plastik berisi kacang mete dan keriping pedas, Shiela memutuskan untuk kembali ke kantor. Ketika menunggu lift yang akan membawanya ke lantai dua puluh lima, tetiba kepala Shiela berputar hebat dan setelah itu gelap. Ingatan terakhir adalah seruan seorang wanita yang berdiri tak jauh darinya. Shiela berusaha membuka kelopak matanya yang terasa berat, beberapa saat manik matanya berusaha beradaptasi dengan sinar putih dari lampu yang terpasang di langit langit sebuah ruangan bercat putih. Perlahan dia mecoba untuk membangunkan dirinya, "Huhhgg...." "Hei...tidurlah dulu Shiel." pinta Sean. "Kok kamu bisa disini?" tanya Shiela dengan heran "Dimana aku Sean?" lanjutnya. "Kamu di rumah sakit, tadi siang pingsan dan beruntung ada teman kantormu yang mengenali sehingga langsung memanggil ambulan dan mengantarmu ke sini" jelas Sean. "Kamu bisa disini?" tanyanya sekali lagi karena pria itu belum memberikan jawabnnya. "Aku tadi tak sengaja bertemu dengan Mila, ketika kami sedang bercakap cakap ponselnya berbunyi. Ternyata salah satu teman kantormu memberitahukan kepadanya. Huhh..tau gak tadi tuh aku menjalankan mobilku dengan kecepatan tinggi. Khawatir banget Shiel..." ceritanya. "Ohh..." "Cuma itu saja responnya?" "Memangnya mau gimana?" Shiela bingung sendiri. "Yah...ok deh, yang penting kamunya tidak kenapa kenapa. Jantungku sudah berdetak dengan normal sekarang." sahutnya salah tingkah. Dia juga tidak tahu apa yang dia harapkan dari Shiela. "Kamu istirahat saja, aku disini kok." "Papi mamiku tahu aku disini Sean?" Sean mengangguk "Mungkin sebentar lagi mereka sampai." "Hmm...aku mataku berat sekali Sean..." keluh Shiela. "Tidurlah, istirahhat. Nanti akan kubangunkan jika mereka tiba." Baru saja dia selesai bicara, terdengar suara napas berat Shiela, rupanya wanita itu sudah jatuh terlelap. Handoko dan Tina tiba sekitar setengah jam kemudian dan kebetulan kedatangan mereka bersamaan dengan dokter yang bertanggung jawab atas Shiela. "Sore, kalian keluarga dari pasien bernama Shiela?" tanya sang dokter." "Perkenalkan saya Sean, dan ini Pak Handoko, dan Ibu Tina, mereka adalah orang tua Shiela." ucap Sean sambil mnnjabat tangan dokter. "Baiklah, biar saya jelaskan kondisi Shiela. Sepertinya penyakitnya dipicu oleh asam lambung yang naik di saluran pencernaannya. Mungkin disebabkan oleh minuman ringan yang dikonsumsi Shiela sebelumnya. Tadi saya sempat USG lambungnya, sepertinya ada sesuatu yang tidak biasa. Saya belum bisa memastikannya sebelum melakukan CT Scan. Hari ini saya jadwalkan Shiela dan besok akan saya informasikan hasilnya. Semoga kecurigaan saya tidak benar." jelas dokter panjang lebar. Mereka saling pandang dengan wajah tegang, apa yang terjadi pada Shiela?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD